Seperti biasa, Tissa melakukan kegiatan paginya. Hari ini Tissa berencana mengajak Syifa untuk main ke rumahnya. Ia pun mengambil ponselnya untuk menelpon Syifa."Assalamu'alaikum, Syifa!" ucap Tissa.
"Wa'alaikumsalam, iya ada apa?" tanya Syifa.
"Kerumah dong, aku gak ada temen nih!" ujar Tissa memelas.
"Aku gak tau dibolehin apa enggak,"
"Pasti dibolehin, kan cuma kita berdua."
"Yaudah deh, kalo diizinin, aku langsung kesana." ujar Syifa.
"Yeayy! Thank's Syifa, ku tunggu kedatangan mu, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Syifa menutup teleponnya. Syifa ragu untuk bertanya pada Vino apakah dia boleh pergi ke rumah Tissa. Masalahnya, Vino sudah pergi ke kantornya sejam yang lalu. Jika Syifa menelponnya, Ia pasti akan marah, apalagi menanyakan hal tidak penting seperti ini.
"Aku pergi aja deh, bentar doang kok, aku cuma harus pulang sebelum Mas Vino." pikir Syifa.
Syifa akhirnya bersiap - siap untuk pergi.
Selagi menunggu Syifa, Tissa pun membeli banyak makanan ringan dan kue untuk dicemil bersama.
Setengah jam kemudian, Syifa datang bersama bayinya.
"Assalamu'alaikum." ucap Syifa seraya memencet bel.
"Wa'alaikumsalam, Akhirnya sampe juga." jawab Tissa.
Tissa langsung membukakan gerbang rumahnya."Maaf ya, Aku gak bawa apa - apa."
"Tenang, aku udah beli banyak makanan kok tadi." ujar Tissa terkekeh.
Mereka pun masuk kerumah dan langsung menuju kamar.
"Kamar kamu wangi banget, baru di pel ya?" tanya Syifa.
"Enggak sih, cuma dikasih pengharum aja." ujar Tissa.
Syifa mengangguk.
"Eh, Ari taro di kasur aja sama Aileen, Biar Aileen ada temennya." titah Tissa.
Syifa mengangguk dan meletakkan anaknya perlahan agar tidak bangun.
"Oh iya, Syifa, aku ada kado buat kamu," ucap Tissa. Ia mengambil sebuah paper bag yang ada di dalam lemari.
"Taraa! Aku beliin jilbab buat kamu." ujar Syifa menunjukkan isi paper bag nya.
"Wah, cantik banget!"
"Kemarin aku pergi toko jilbab, trus aku keinget kamu, yaudah aku beliin sekalian." ujar Tissa.
"Makasih ya, warnanya cantik banget, aku suka."
"Sini aku pakein, aku pingin liat."
Syifa mengangguk seraya duduk di depan cermin. Syifa pun membuka hijabnya dan menyisakan ciput dikepalanya.
"Nah, sekarang kita pak-" ucapan Tissa terhenti, karena melihat luka cakaran di leher Syifa.
Tissa menyentuh luka itu.
"Awh, sakit." ujar Syifa memegang lukanya.
"Ini kenapa Syif?" tanya Tissa.
"Eng-gak kenapa - kenapa, cuma kegores jarum pentul."
"Ini bukan gores, ini bekas cakaran."
Syifa menggigit bibirnya.
"Kamu abis diapain?"
"Diapain gimana?" tanya Syifa balik.
Tissa melirik curiga kearah Syifa.
"Kamu KDRT?"
Syifa terdiam.
"Jawab, Syifa!"
Syifa menggeleng.
"Kamu diapain sama Suami kamu?" tanya Tissa.
"Aku gak diapa - apain." bohong Syifa.
"Kamu gak usah bohong terus.""Aku gak bohong." tegas Syifa gemetaran.
Tissa menatap mata Syifa tajam.
"Aku tau kamu orang baik Syifa, kamu berusaha menutupi kesalahan orang lain, tapi kamu membiarkan diri kamu tersiksa. Setidaknya cerita agar tak menjadi beban batinmu." tegur Tissa.
Syifa menangis.
"Ya, Aku ngalamin KDRT! aku gak berani cerita. Aku takut Tissa, aku trauma!" ujar Syifa terisak - isak.
"Sampe segitunya dia sama kamu, sampe bikin kamu trauma?"
"Aku gak tau harus ngapain." ujar Syifa memelas.
"Kita lapor Polisi."
"Percuma,"
"Kenapa?"
"Dia itu seorang Mafia, anak buahnya banyak."
"Kalo kamu tau dia Mafia, kenapa kamu mau nikah sama dia?"
"Awalnya aku gak tau, aku baru tau sebulan yang lalu. Aku nikah sama Mas Vino bukan karena kemauan aku, Tissa."
"Terus?"
"Dia ngelamar aku. Awalnya aku tolak karena mau ngelanjutin kuliah, tapi karena Ayah nyuruh aku buat langsung nikah aja, akupun nurut. Aku kasian sama Ayah susah payah nyari uang." ujar Syifa memelas.
"Tapi gak kayak gini juga caranya."
"Trus, aku harus gimana lagi Tiss? Semua udah terlanjur."
Tissa terdiam.
"Aku ada ide!"
Thanks for reading...
Stay tuned ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Teen Fiction"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...