Hari ini Ian pulang tengah malam, lagi. Ia menghela nafas lelah sesaat setelah masuk ke rumah. Ingin segera istirahat, Ian langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi, Ian menyadari tak ada Tissa di kasur.Ian pun mencari Tissa, yang ternyata sedang tidur diatas meja makan. Ia menunggu Ian pulang sampai ketiduran. Ian menggendong Tissa menuju kamar dan membaringkannya di kasur. Untuk menghargai Istrinya, Ian memakan masakan Tissa yang ada di meja makan.
Keesokan harinya, setelah sholat subuh, Tissa tidak tidur kembali seperti biasanya. Ia lebih memilih melayani suaminya yang sedang duduk di balkon kamar sambil berkutat dengan laptopnya.
Tissa membawakan secangkir kopi dan meletakkannya di atas meja.
"Ini Mas, kopinya." ucap Tissa.
"Makasih." jawab Ian tanpa melirik sedikitpun ke arah Tissa.
"Hari ini Mas libur?" tanya Tissa. Ntah kenapa, suasana yang biasanya hangat, kini menjadi canggung..
"Iya."
"Libur, atau cuma break doang?"
"Ini hari minggu, dan pekerjaan Mas tinggal sedikit lagi, jadi gak ada yang ganggu. Termasuk sekretaris, Mas." ujar Ian.
Tissa menghel nafas. Tissa tau kalau Ian sedang menyindir dirinya, membuat rasa bersalah semakin besar.
"Tissa minta maaf, Mas." ujar Tissa.
Ian melirik Tissa sekilas dan kembali ke layar laptopnya.
"Tissa minta maaf karena udah nuduh Mas Ian yang enggak - enggak." lanjut Tissa.
Karena tak di respon, Tissa berdecak kesal. Ia pun duduk di samping Ian dan merapatkan tubuhnya disamping Ian.
"Sofa disana masih luas, ngapain rapet - rapet?" tanya Ian tak mengalihkan pandangannya.
"Udah ngapa sih Mas, ngambeknya. Gak capek apa?"
Ian tak menggubris ucapan Tissa. Ia tetap sibuk dengan laptopnya.
Tissa menghela nafas.
"Tissa pergi aja deh, capek ngomong sama candi." ujar Tissa seraya bangkit dari duduknya.
"Duduk." titah Ian menahan tangan Tissa.
"Temenin Mas disini."
"Males, mending tidur."
"Duduk."
Tissa pun duduk karena Ian menarik tangannya. Setelah Tissa duduk, Ian tak kunjung bicara dengannya. Hening sekali.
"Tissa inget kata Bunda dulu," ucap Tissa memulai percakapan.
"Kalo ngambek itu gak boleh lebih dari 3 hari, ntar bisa jadi dosa. Ini udah hari ke tiga loh, Mas. Mas gak takut dosa?" tanya Tissa.
"Mas gak ngambek." ujar Ian.
"Lah trus apa dong?"
"Cuma mau diem aja."
"Ck, alasan."
"Emang bener kok." tukas Ian.
Tissa terdiam, Ia teringat sesuatu.
"Oh ya, Mas kan pernah janji kalo Mas libur kita bakalan jalan - jalan." ujar Tissa.
"Iya." jawab Ian.
Tissa kesal dan tiba - tiba menutup laptop Ian.
"Kok ditutup?"
"Pokoknya hari ini kita harus jalan - jalan." titah Tissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Roman pour Adolescents"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...