Kini Syifa sedang menyiapkan makan malam untuk Suaminya. Wajahnya masih terlihat lesu. Setelah kejadian tadi siang, Syifa hanya diam, bahkan tak berbicara sepatah kata pun dengan Bi Indah.
Syifa tau, meskipun Ia memasakan makan malam, Suaminya tak akan memakannya. Ini hanya untuk berjaga - jaga jika Vino kelaparan.
Setelah selesai masak, Syifa langsung melaksanakan sholat isya. Menikmati waktu dengan Allah, sungguh menenangkan. Tapi sayangnya, Ari terbangun dari tidurnya.
Syifa menghampiri anaknya yang baru berusia satu tahun itu. Ia menggendong dan mengayunya agar tidur kembali.
"Kamu mirip banget sama Papa, Nak. " ujar Syifa mengelus pipi Ari.
Hanya Ari alasan Syifa bertahan dengan Vino. Ia tak mau Ari tumbuh besar tanpa seorang Ayah. Syifa tak mau egois.
Ari pun terlelap. Syifa menaruh Ari kembali ke boxnya. Syifa bingung mau tidur atau menunggu Vino. Ia takut jika Vino pulang dan melihatnya sedang tidur di kamar, Ia akan mengamuk lagi pada Syifa.
Akhirnya Syifa memutuskan untuk menunggu di samping box Ari. Syifa sudah mengantuk berat. Ia pun menyenderkan kepalanya pada pinggir box.
Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, namun Vino belum juga pulang. Syifa yang sedari tadi menunggu Vino hingga ketiduran, mulai merasa khawatir. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk menelpon Vino.
Tidak diangkat. Syifa pun keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Syifa menelpon Vino berkali - kali, namun tetap tak diangkat.
Tiba - tiba terdengar suara klakson dari luar rumah. Syifa langsung membukakan gerbang dan menghampiri Vino.
Vino keluar dari mobilnya dengan kondisi tubuhnya berlumuran darah. Syifa terpelongo. Vino tampak tak sadarkan diri, Ia berjalan gontai mendekati Syifa.
Syifa tak berani bergerak, ia takut melihat darah yang ada di pakaian Suaminya. Vino pun terjatuh dipelukan Syifa.
"Mas!"
"Mas, bangun!"
Karena panik, Syifa langsung menuntun Vino menuju kamar. Syifa berjalan tertatih - tatih menahan berat Vino. Sesampainya dikamar, Syifa membaringkan tubuh Vino dikasur. Vino terlihat sangat lemas, hingga deru nafasnya bisa terdengar.
"Mas, Syifa panggilin ambulance aja ya?" ujar Syifa hendak mengambil ponselnya di ruang tamu, namun Vino mencegatnya.
"Gak usah. Saya gak apa - apa." ujarnya parau.
"Tapi, Mas berdarah, Syifa gak tega ngeliatnya." ujar Syifa memelas.
"Saya gak apa - apa, itu cuma darah dari luka lecet."
"Syifa bersihin ya, Mas. Syifa ambil kain dulu." ujar Syifa seraya pergi mengambil kain dan air hangat.
Syifa membuka jas dan kemeja yang di pakai oleh suaminya. Sebenarnya Syifa malu, tapi karena Vino terlihat kesakitan, Ia harus segera membersihkan lukanya. Terlihat segaris goresan pada perut Vino yang mengeluarkan darah lumayan banyak. Syifa mengelap darahnya dengan sangat pelan.
"Arggh!"
"Ma-maaf, Mas."
Setelah selesai mengobati luka yang ada di perut Vino, Syifa mencari luka lainnya.
"Ada luka lain, Mas?" tanya Syifa.
Vino menggeleng.
"Emm.. Mas kok bisa sampai kayak gini sih?"
"Kamu gak perlu tau."
Syifa menunduk.
"Kalau kamu tau, kamu pasti akan menjauh dari saya." ujar Vino menatap ke arah Syifa.
Syifa masih menunduk, Ia tak mengerti apa yang dimaksud Vino.
"Y-yaudah, Mas. Mas tidur ya, Syifa keluar dulu." ujar Syifa seraya membereskan obat - obatan Vino dan menaruhnya kembali ke dalam lemari.
"Kamu tidur disini temenin saya." titah Vino.
"Ehm.. Kalo misalnya Syifa tidur sama Mas, nanti takutnya kesenggol lukanya." ujar Syifa.
"Jangan melawan." ucap Vino datar.
"I-iya, Mas."
Dengan takut, Syifa membaringkan tubuhnya dikasur dengan jarak yang lumayan jauh dari Vino. Syifa membelakangi Vino, dengan mengahadap ke kiri.
Syifa merasakan pergerakan. Vino memeluk pinggang Syifa dan meletakkan wajahnya dipunggung Syifa.
Refleks, Syifa merinding. Vino jarang sekali memperlakukannya seperti ini. Jantungnya berdetak sangat cepat, membuat Syifa sulit bernafas.
"Peluk saya, saya kedinginan." ujar Vino berbisik tepat ditelinga Syifa.
'Astagfirullah'
'Masya Allah'
'Allahu Akbar' ucap batin Syifa."Saya tau kamu belum tidur."
'Syifa harus gimana nih, Ya Allah.'
Tiba - tiba Vino menarik lengan Syifa, hingga membuatnya menghadap ke arah Vino. Sontak, Syifa menutup matanya.
Vino menenggelamkan Syifa kepelukannya. Syifa kaget bukan main, hingga membuatnya gemetaran.
Syifa menarik tubuhnya dari dekapan Vino, namun pelukan Vino semakin erat.
Sejujurnya, Syifa merasa sesak, tapi Syifa juga tak mau melewatkan momen ini.
Inilah kebahagiaan yang jarang Syifa dapat, dari awal nikah sampai sekarang.
Nikah sama es batu emang sakit, tapi In sya Allah perlahan Syifa bisa merubah es batu menjadi air hangat.
Enjoyed.. Konfilk akan terjadi sebentar lagi guys..
Stay tuned!
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]
Teen Fiction"Saya mohon, satu hari aja, jangan buat masalah!" pinta Ian. "Emang gue pernah buat masalah?" Tissa yang biasanya hidup bebas, kini harus terkekang dengan aturan pesantren. Ditambah lagi dengan pengawal amatiran yang diperintahkan untuk mengawasi...