Part 29

1.8K 200 3
                                    


"Kamu jangan macem - macem, Tissa. Kamu gak usah urusin aku." ujar Syifa.

"Tenang aja."

"Nanti kalo dia marah gimana? Nanti kamu juga kena imbasnya." tegur Syifa mencoba menggagalkan rencana Tissa.

"Yang terpenting itu, Mas Ian jangan tau kalo kita ngerencanain ini."

"Tapi-"

"Udah, kamu tenang aja. Lagi pula, kalo dia udah ketangkep, mana bisa dia ngapa - ngapain kamu lagi."

"Aku punya bad feeling rencana ini akan gagal."

"Jangan menyerah sebelum berperang." ujar Tissa menyemangati.

Keesokan harinya, Tissa bersemangat untuk melaksanakan rencananya. Ia pun berangkat menuju rumah Syifa. Sebelumnya, ia sudah menitipkan Aileen ke rumah Bunda.

Sesampainya di rumah Syifa, Tissa turun dari motornya dan berjalan mendekati body guard yang sedang berjaga di depan gerbang.

'Padahal di depan gerbang perumahan ini tadi, sudah ada satpamnya, ketat banget penjagaan rumah Syifa.' ujar batin Tissa.

Tanpa rasa takut, Tissa bertanya pada body guard itu.

"Permisi, Pak Vinonya ada?" tanya Tissa.

"Ada perlu apa?" tanya Salah satu body guard yang berjaga.

"Saya sebenarnya mau ketemu sama Istrinya aja." ujar Tissa.

"Ikut saya." ujar sang bodyguard seraya membukakan gerbang.

Bodyguard lainnya menatap sinis ke arah Tissa, membuat Tissa bergidik ngeri.

Saat memasuki rumah, kebetulan mereka berpapasan dengan Vino yang sedang lewat.

"Ada apa kalian?" tanya Vino.

"Wanita ini mau bertemu dengan Bu Syifa." ujar bodyguard.

Vino menatap Tissa.

"Yasudah, kamu boleh keluar." titah Vino pada bodyguardnya yang langsung keluar dari dalam rumah.

"Syifa lagi di atas." ujar Vino datar.

"Saya sebenarnya mau bicara sama kamu."

Vino mengangkat sebelah alisnya.

Tissa memberanikan diri menatap ke mata Vino.

"Saya sudah tau rahasia terbesar kamu." ucap Tissa.

"Oh, ya?" tanya Vino santai seraya terkekeh.

"Saya tau kalo kamu sering menganiaya Syifa."

"Terus kenapa? Dia itu Istri saya, saya yang menafkahi dia,"

"Menafkahi dengan uang haram?"

"Tau apa kamu soal saya?" ekspresi Vino masih sama, santai bagai tak berdosa.

"Saya tau kamu Mafia."

Vino menatap tajam ke mata Tissa dan mendekatkan wajahnya. Sontak, Tissa mundur beberapa langkah.

"Semua polisi juga tau saya Mafia." ujar Vino seraya mundur.

"Kamu lapor saya ke polisi sekalipun, mereka gak akan bisa menangkap saya." ujar Vino tersenyum.

Tissa menatap benci Vino.

"Kenapa kamu ngelakuin ini? Untuk membela Syifa?"

Mata Tissa mulai berkaca - kaca.

"Syifa yang akan mampus karena kenekatan kamu."

"Jangan apa - apain Syifa lagi, please." ucap Tissa memelas.

Vino terkekeh.

"Tadi kamu ngancem saya, sekarang malah memohon."

Tissa mengepalkan tangannya geram.

"Lebih baik sekarang kamu pulang, dari pada kamu menyaksikan saya menyiksa Syifa di depan mata kamu."

"Jangan apa - apain Syifa! Saya gak akan pergi sebelum kamu berjanji tidak akan menyakiti Syifa lagi."

Vino tersenyum

"Saya ber - jan - ji." ucap Vino menahan tawanya.

"Kara! Bawa dia keluar!" titah Vino pada salah satu bodyguard yang ada di dalam rumahnya.

"Saya bisa keluar sendiri!" ujar Tissa seraya berbalik badan membuka pintu.

Vino terkekeh.

"Syifa - Syifa, mengadu pada orang yang salah." ucap Vino berjalan menuju kamar di mana Syifa berada.

"Syifa," ucap Vino seraya menutup pintu. Ia berjalan mendekati Syifa.

"A - ada apa, Mas?" perasaan Syifa mulai tak enak.

Plak!

Satu tamparan mendarat ke pipi Syifa. Syifa langsung meringis kesakitan.

"Sebenarnya saya ingin melayangkan tamparan ini ke sahabat kamu itu, tapi karena saya tak ingin memperpanjang masalah, saya lampiaskan saja ke kamu." ujar Vino.

Syifa mengelus pipinya yang memerah.

Karena emosi, Vino menjambak hijab Syifa hingga Syifa tercekik.

"Kamu jangan pernah meremehkan saya, saya tak akan segan - segan membunuh kamu di kamar ini." ujar Vino.

Syifa melepaskan hijab yang membuatnya tercekik, dan menormalkan pernafasannya.

"Bunuh aja, Mas! Syifa gak takut!" teriak Syifa pasrah.

"Syifa punya Allah, Syifa gak takut!" ujar Syifa menahan air matanya.

Vino mendorong Syifa hingga tersentak ke dinding dan terduduk dilantai.

"Laa ilaa ha ilallah." ucap Syifa parau.

Vino mengarahkan pisau yang ada di sakunya ke leher Syifa.

"Dasar wanita tak tau diri!" bentak Vino.

Ari pun menangis dari dalam boxnya.
Membuat Vino memberhentikan aksinya. Mendengar tangisan Ari, membuat Vino berpikir jernih.

Vino memundurkan tubuhnya dari Syifa.

Syifa yang masih sulit bernafas karena jantungnya yang berdetak kencang.

"Maaf."

Semudah itu Vino mengucapkannya. Setelah apa yang dilakukannya selama ini pada Syifa.

Syifa menatap muak Vino dan berjalan menuju bayinya.

"Eh sayang, jangan nangis, Mama gak apa - apa kok."


Kasian ya Syifa, jadi sedih :'(

Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang