Pagi ini adalah hari pertama Aisha masuk sekolah. Mungkin bagi murid lain ini adalah minggu kedua mereka bersekolah kembali.
Senin. Hari yang tidak salah apa-apa tapi selalu tidak disukai oleh seluruh siswa/i.
Kriingg
Bel sekolah sudah berbunyi, banyak anak yang berlari untuk mengejar jam upacara. Karena kalo tidak sudah dapat dipastikan mereka akan dijemur lebih lama.
Dengan santai Aisha berjalan sambil mengunyah peremen karet dan melepaskan earphone yang sejak tadi menempel di telingannya.
Tanpa sengaja ada seseorang yang menabraknya. Dapat dilihat dari penampilan kalo anak ini sering dibuly. Karena ia terlihat sangat ketakutan ketika menabrak Aisha.
"M-maaf, aku gak sengaja," ucapnya dengan sangat gugup.
"Iya gapapa. Lain kali kalo lari matanya dipake." sedikit tapi menyakitkan. Itu lah Aisha, sedikit ngomong tapi selalu berhasil menusuk hati.
"I-iya. Maaf." sebelum anak itu pergi Aisha terlebih dahulu menahan lengannya. "Tunggu!"
"A-ada apa? Jangan buly aku dulu ya, aku mau upacara." ucap anak itu semakin gugup.
"Gak. Gua bukan mau buly lo. Ruang kepala sekolah dimana ya?" tanya Aisha.
"Di sebelah sana. Kamu lurus mentok terus belok kanan."
"Yaudah. Thanks ya." Setelah itu Aisha langsung berjalan menuju ruang kepala sekolah.
Ia melihat banyak siswa/i yang masih berlarian kareba upacara sebentar lagi dimulai. Aisha berhenti tepat di depan pintu ruang kepala sekolah.
Tok tok tok
Aisha mengetuk pintunya dan tak lama terdengar sahutan dari dalam. "Masuk!"
"Permisih pak." Aisha melongokan kepalanya terlebih dahulu. Melihat situasi didalam ruangan. Sepi dan hanya ada satu bapak-bapak yang sudah Aisha tebak adalah kepala sekolah.
"Masuk nak!" Aisha tersenyum dan masuk kedalam ruangan. "Kamu anak baru ya?"
"Iya pak."
"Namanya siapa?"
"Nama saya Aisha Aileen Nathania. Biasa dipanggil Icha pak."
"Nama bapak. Pak Roni, kepala sekolah disini," ucap pak Roni sambil tersenyum. "Silahkan duduk dulu nak!"
Aisha menuruti perkataan pak Roni. Menjadi murid baru itu membuat kebanyakan orang deg-deg an. Tapi tidak denga Aisha. Ini sudah biasa menurutnya. Ini sudah kali ke-4 Aisha di pindahkan sekolah oleh orangtuanya. Entah apa mau mereka, Aisha tidak mengerti.
"Yasudah, kamu tunggu disini dulu sampai upacara selesai. Setelah upacara selesai akan ada wali kelas kamu kesini. Kalau bapak belum datang, kamu ikut saja sama beliau."
"Oke pak."
"Bapak tinggal ya. Oh iya, bapak minta tolong kamu liatin kaca belakang. Soalnya suka ada yang terlambat terus lewat belakang. Kalo dari sini keliatan."
"Siap pak."
"Kalo ada kamu buka pintu, di depan pintu persis ada guru BK. Kalau kamu juga kena, bilang disuruh pak Reno. Okee."
"Oke pak!"
"Yasudah. Terimakasih ya nak."
"Sama-sama pak."
Setelah pak Reno meninggalkan ruangan. Aisha menghela nafas panjang. Bersyukur sekali pagi ini. Tidak terlambat karena menunggu angkot. Tidak ikut upacara. Menunggu di ruangan ber AC lagi. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan.
Aisha duduk menghadap jendela belakang seperti yang pak Reno suruh. Dan upacara pun dimulai. Tak lupa ia menyumpal telinganya dengan earphone. Tapi tenang, kali ini cuma satu telinga.
Aisha bersenandung sambil melihat sekeliling ruangan pak Reno. Ternyata lumayan banyak piala. Karena penasaran Aisha memutuskan untuk melihatnya lebih dekat.
Karena ia rasa sudah cukup melihat semua, Aisha kembali ketempat asalnya. Dan ternyata benar yang dikatakan pak Reno. Ada 3 orang cowo yang mengendap-endap.
Dengan segala keisengannya, Aisha melongok ke jendela. Dengan bantuan kursi yang sudah ia siapkan sejak tadi. "Heh, mau ngapain lo? Kalo telat ya telat aja!" bisik Aisha. Ia tidak berniat mengadukan mereka pada guru BK yang seperti ia bilang pada pak Reno. Itu hanya pencitraan lah, biar bagus sedikit namanya.
"Sstt, berisik lo!" ucap salah satu dari mereka.
"Gua bilangin ah, didepan ada guru BK," ucap Aisha dengan seolah ia akan mengadukan mereka pada guru BK.
"Plis gua mohon jangan ya."
"Tapi ada syaratnya!" ucap Aisha dengan tampang tengilnya.
"Lama lo!" ucap salah satu dari mereka yang tampak sangat mencolok.
"Lo semua harus jajanin gua jam istirahat! Deal?"
"Oke. Deal." ucap mereka serempak.
"Yaudah sana buruan. Sebelum gua berubah pikiran!" setelah Aisha mengucapkan itu, mereka semua langsung berlari menuju kantin. Karena lorong itu menghubungkan gerbang depan dan kantin.
Aisha dibuat cekikikan sendiri melihat tingkah mereka. "Oh jadi gini rasanya nge gep in orang telat," ucapnya sendiri. Setelah itu ia duduk kembali dan malanjutkan kegiatan bersenandungnya.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha