47

362 32 0
                                    

"Kamu dari mana?"

Deg

Dengan ragu Icha turun dari motor dan melepaskan helm nya, kemudian menggantungnya di kaca spion.

Icha menyengir seperti tidak bersalah. "Kok kamu mau kesini gak bilang aku?"

"Coba cek hp nya!" ucap Raka dengan nada yang sangat serius.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Icha mengambil hp nya di tas. Dan ternyata benar, sudah banyak sekali chat dan telpon yang tidak dilihat oleh Icha.

Icha menyengir tanpa dosa. "Aku dari tadi chat kamu gak di jawab, telpon kamu juga gak dijawab. Kamu tau gak sih aku tuh khawatir sama kamu, tapi yang di khawatirin malah kelayaban."

"Maaf ya sayang," ucap Icha dengan memasang puppy eyes dan bergelayut di lengan Raka.

Raka yang tadinya mau lanjut ngomel, malah gak jadi karena melihat muka Icha yang sangat menggemaskan.

"Masuk!" perintah Raka.

"Ini tuan rumahnya aku apa kamu sih?" tanya Icha.

"Ya kamu, cepet mana kuncinya!"

"Kamu tuh, kalo gak bisa marah sama aku jangan gini deh. Kan jadi gemoii liatnya," ucap Icha dengan mengedipkan sebelah matanya.

Lalu Icha membuka pintunya keburu Raka nyap nyap nanti. Raka duduk di sofa dan Icha berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

"Nih minum dulu biar gak esmosi."

Mereka berdua minum dengan tenang. Setelah minum Raka habis, ia langsung menatap Icha tajam.

"Weehh, santai dong pa bos matanya. Mau gua colok lo!" ucap Icha sembarangan dan muka Icha langsung di keruwek oleh Raka.

"Dari mana?!"

"Dari hati kamu."

"Serius!"

"Iya aku juga serius sama kamu, dua rius malah."

"Cha!"

"Iya, iya, jadi...

Icha pun langsung menceritakan semuanya dari awal hingga akhir kepada Raka. Dengan serius Raka mendengarkan cerita Icha.

Tak lupa Icha menunjukkan kamera dan isi di dalamnya. Raka mengangguk paham, jadi selama ini Rio hanya salah paham pada Icha.

...jadi gitu ceritanya."

"Salah paham."

"He'em."

Kedua diam dan rumah menjadi hening seketika. Terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Rencananya, hari ini aku mau kasih liat ini sama Rio. Tadi dia masuk gak?" tanya Icha.

"Masuk," jawab Raka singkat.

"Gimana caranya dia ngelepas iketannya ya? Kan tebel banget tuh tali, tangan aku aja sampe berdarah," oceh Icha.

Sementara itu Raka masih diam. "Kamu kenapa sih? Aku ngomong panjang kali lebar kali tinggi, gak kamu tanggepin," ujar Icha.

Raka hanya melirik sekilas kearah Icha. Icha tau pasti Raka masih marah karena dirinya tidak mengabari tentang ini.

"Ututututu, marah ya ceritanya sama aku? He'em?" tanya Icha sambil menangkup wajah Raka.

Hati Raka langsung jedag jedug melihat Icha yang sangat manja padanya. Berbeda dengan Icha yang pertama kali ia kenal.

"Jangan marah ya, ya, ya. Plis."

"Gak."

"Masa?"

"Iya."

"Masa?"

"Iya."

"Coba liat aku kalo kamu gak marah!"

"Gak."

Icha tersenyum jahil. Ia berniat mengerjai Raka, udah bikin khawatir punya niat ngerjain pula. Gak ada akhlak emang si Icha.

Dengan cepat Icha mencium pipi Raka satu kecupan.

Cup

Raka yang terkejut pun langsung menengok kearah Icha. Icha hanya tersenyum manis melihat wajah Raka yang mulai memerah. Tapi Raka menutupi semua itu dengan tampang cool nya.

"Ngapain tadi?"

"Cium kamu, emang gak boleh? Boleh kan?" jawab Icha dengan mengedipkan sebelah matanya.

Kalo kaya gini gimana Raka bisa marah coba?

"Kamu tuh ya, aku tadi lagi marah loh sama kamu."

Icha memasang puppy eyes nya yang langsung membuat Raka ingin menggigit pipinya yang gembul.

Pantes di panggin Mbul sama Mbok Jum. Orang pipinya temblem sih, siapa pun orang yang liat juga jadi gemes.

"Kan kalo kaya gini aku jadi gak bisa marah sama kamu," ucap Raka.

Kemudian ia menarik Icha kedalam dekapannya dan mengelus puncak kepala Icha dengan penuh kasih sayang.

"Kamu kalo mau kemana-mana tuh kabarin aku dulu ya. Biar aku gak Khawatir kaya tadi," ujar Raka yang masih setia mengelus puncak kepala Icha.

"Siap bos."

Dengan sayang Raka mengecup jidat Icha dan mereka berdua saling tatap satu sama lain. Menyalurkan rasa sayang yang teramat dalam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Mbok Jum masuk kedalam rumah dengan menenteng belanjaan yang cukup banyak.

"Loh ada Raka ternyata," kata Mbok Jum.

"Iya Mbok, mau Raka bantuin gak Mbok?" tawar Raka.

"Ndak usah. Yowes kalian lanjut pacarannya, Mbok mau masuk kedalem. Gak mau ganggu kalian berdua," ujar Mbok Jum.

"Yeh si Mbok."

Setelah Mbok Jum masuk dapur, Icha mengambil posisi bersandari di dada bidang Raka. Menyetel tv yang menayangkan dua kembar botak yang selalu ia suka dari kecil.

"Nanti aku temenin ketemu Rio nya ya!"

"Sip."
______________________________________

Aisha Aileen NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang