"Lo suka nulis diary?" pertanyaan Raka mampu membuat Icha sangat terkejut.
"Lo buka bukunya?" tanya Icha.
"Gak, gak gua buka."
"Jangan berani lo buka buku itu. Kalo sampe lo buka, abis lo sama gua."
"Emang berani?"
"Berani lah." sekarang keduanya terdiam dan sibuk dengan hp nya masing masing. Icha yang membuka aplikasi musik yang lagi viral. Sementara Raka membuka artikel.
Dan tiba-tiba muncul pertanyaan di otak Icha. "Eh, ini kan rumah sakit-"
"Bukan, kandang ayam," sela Raka.
"Gua belom selesai ngomong panjul." Icha kesal karena omongannya di potong oleh Raka yang tidak menengoknya sama sekali.
"Apa?"
"Iya, ini kan rumah sakit, berarti lo ngurusnya pake data gua kan? Dapet dari mana?" tanya Icha.
"Dari dompet lo, sorry tadi gua terpaksa buka dompet lo." Icha hanya ber-oh ria.
"Nanti, biayanya gua ganti," ujar Icha yang tak memindahkan padangannya dari ponsel yang di pegang.
"Gak usah."
"Gua ganti."
"Gak usah."
"Lo ngeyel banget sih, gua bilang nanti gua ganti. Bisa gak sih ga usah ribet?" emosi Icha sedikit meningkat. Entah kenapa setiap ngobrol dengan cowo satu ini tidak bisa kalo tidak emosi.
"Sekarang lo simpen aja uang lo. Nanti suatu saat bakalan gua tagih," ucap Raka, dan Icha hanya bisa mengangguk. Memang keras kepala.
***
Hanya keheningan yang ada di dalam mobil. Sekarang Icha sudah boleh pulang, dan Raka akan mengantar Icha pulang.
Tidak ada yang memecahkan keheningan hingga Icha menyadari kalo ini bukan jalan pulang kerumahnya.
"Heh, ini kan bukan jalan kerumah gua. Lo mau bawa gua kemana? Atau jangan-jangan lo mau mesum ya?"
Plak
Raka menabok jidat Icha karena merasa kesal dengan omongan Icha yang kelewat ngaco. "Gak usah mikir gua mau macem-macem sama lo."
"Ya abisnya, lo mau bawa gua kemana sih?" tanya Icha. Dan yang ditanya hanya diam, fokus menyetir.
Plak
Icha menabok lengan Raka karena pertanyaannya tidak dijawab. "Lo punya kuping gak sih?"
"Punya."
"Sumpah ya, bisa gila gua ngomong sama lo!"
Diam. Kini keduanya diam dan sibuk dengan sendirinya. Raka yang sibuk menyetir dan Icha yang sudah terlanjur kesal dengan sikap Raka.
Tak lama mereka berdua sampai di rumah yang besar dengan beberapa mobil terpaekir didepannya. Disitu terlihat motor yang sering digunakan Raka untuk kesekolah. 'Ini rumah Raka?' batin Icha.
Icha masih diam dan memandangi seluruh rumah Raka. "Ayo turun!" ucap Raka. Dan setelah itu Icha tersadar dan langsung turun menyusul Raka yang sudah di depannya.
Sebelum masuk Icha menarik lengan Raka terlebih dahulu. "Lo ngapain ngajak gua kerumah lo?" tanya Icha.
"Gak usah berisik. Cepet masuk!"
Akhirnya Icha hanya mengikuti Raka dari belakang. Icha mengedarkan seluruh pandangannya ke setiap penjuru rumah Raka. Rapih.
"Assalamualaikum, bundaaa," teriak Raka dan langsung mendapat tabokan dari Icha. "Gak sopan tau teriak-teriak gitu."
Tak lama datang seorang perempuan dengan celemek dan muka yang belepotan tepung. Dapat Icha tebak kalo itu adalah bundanya Raka.
"Waalaikumsalam. Loh kok kamu udah pulang bang?" tanya Charisa (bunda Raka).
"Gurunya ngambek sama abang, makanya abang disuruh pulang."
"Hiih kamu tuh ya," ujar Charisa sambil memukul anaknya dengan kocokan kue yang ada di tangannya.
"Loh ini siapa cantik banget?" tanya Charisa berbinar. Karena baru kali ini anaknya membawa perempuan kerumah. Biasanya cowo terus yang dibawa jadi bosen.
"Aku Aisha tante. Pangil aja Icha," jawab Icha dengan sopan sambil mencium punggung tangan Charisa.
"Ih jangan panggil tante, panggil bunda aja biar sama kaya yang lain!" Icha hanya mengangguk dan tersenyum. Karena jujur ia sangat gugup sekarang, tangannya sudah mulai dingin.
"Bunda lagi bikin apa sih? Sampe celemotan begini," tanya Raka. Dan tangannya membersihkan sisa tepung di wajah bundanya. Siapa yang gak klepek-klepek coba ngeliat kaya gini? Kalo ditanya mah, dengkul Icha udah lemes banget ini.
"Ini loh bang, bunda lagi coba bikin bolu, tapi kok bantet terus ya? Abang tau gak?"
"Yeeehh mana abang tau. Kan abang bukan tukang kue," ujar Raka, dan langsung mendapatkan tabokan dari kedua perempuan dihadapannya.
"Icha boleh liat tan. Eh bun?"
"Boleh dong, ayo ke dapur."
Akhirnya mereka ber3 berjalan menuju dapur yang sudah seperti kapal pecah. Entahlah bundanya sudah berbuat apa di dapur ini. Icha hanya tersenyum melihat dapur yang super duper berantakan.
Kalo melihat ini, ia jadi teringat pada saat pertama belajar membuat kue oleh Mbok Jum. Sekarang Icha dihadapkan dengan kue Charisa yang tidak ada bentuknya. Sedangkan Raka mengambil dua minum. Yang satu diberikan pada Icha yang masih sibuk memperhatikan kue Charisa.
Charisa menggigit jarinya. Ada rasa malu dan grogi. "Eeumm, ini bunda gimana cara bikinnya?" tanya Icha. Dan Charisa langsung menjelaskan cara membuatnya dari awal hingga akhir. Dan Icha fokus mendengarkan Charisa. Sementara itu Raka hanya memperhatikan tanpa tau apapun.
Icha sedikit terkekeh karena ia sudah tau dimana letak kesalahan Charisa. "Bunda tadi masukin menteganya pas masih mendidih?"
"Iya," jawab Charisa dengan polos.
Lagi-lagi Icha dibuat terlekekeh oleh muka Charisa yang kalo dilihat sangat mirip dengan Raka.
"Bunda salahnya cuma pas masukin mentega. Harusnya yang dikerjain pertama kali itu lelehin mentega, terus biarin dulu, bunda bikin adonan. Nah pas masukin menteganya jadi udah adem. Kalo masih mendidih dia bakalan bantet bun," jelas Icha. Charisa hanya mengangguk dan sekarng ia tau dimana letak kesalahannya.
"Kok kamu tau?" tanya Charisa.
"Iya, aku dulu sering di ajarin sama Mbok Jum dirumah jadinya ngerti." Charisa hanya mengangguk.
"Yaudah coba dong bunda mau nyobain kue kamu. Pake bahan bunda aja. Sekarang bunda mau mandi dulu, ih lengket badan bunda." Icha dan Raka hanya tersenyum melihat tingkah rempong Charisa.
"Kamu buat bolunya, nanti pas bunda selesai mandi udah jadi. Oke?"
"Oke bun."
"Yaudah, bunda tinggal ya."
"Iya bun," jawab keduanya dengan kompak.
"Kompak banget sih," ledek Charisa sambil berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan badan. Icha dan Raka hanya menatap satu sama lain.
Dan Icha memulai kegiatannya membuat bolu. Karena melihat Raka diam saja. Jiwa emak-emak Icha keluar. "Dari pada lo diem aja mending bantuin gua!"
Raka mengerutkan alisnya. "Bantuin apaan? Ngerti gua gak gua."
"Lo bantuin masukin tepung sini! Cepetan!"
Raka hanya menuruti permintaan Icha. Karena kalo tidak, bisa dijamin Icha akan mengomel layaknya ibu-ibu komplek.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha