Tatapan tajam yang menusuk di perlihatkan oleh Raka. Raka memang ingin menyusul Icha, ia sudah memperhatikan Icha sejak awal Icha keluar perpustakaan.
"Santai aja dong bro, gak usah pake otot!"
Keduanya langsung menengok ke samping dan Icha langsung membulatkan matanya sementara Rio memutar bola matanya dengan malas.
"Gak usah ikut campur deh lo!" ucap Rio.
"Oh lo gak tau? Nih gua kasih tau. Gua udah bilang semua yang bersangkutan sama Icha akan bersangkutan juga sama gua. Jadi paham?" jelas Raka dengan penuh penekanan.
"Emang lo siapanya dia?" tanya Rio dengan muka tengilnya.
"Pacarnya, mau apa lo?" jawab Raka dengan enteng, sementara tangan Icha menggenggam kuat tangan Raka yang sudah dipegang sejak awal Raka menghampirinya.
"Baru pacarnya aja belagu lo!"
"Besok nikah."
Icha semakin membulatkan mata mendengar ucapan Raka. Sementara Raka hanya menampakan muka datarnya.
"Udah gak ada urusan kan sama calon bini gua? Mending sekarang lo pergi!" ucap Raka.
Rio menatap keduanya tak kalah tajam. Dan kemudian meninggalkan Raka dan Icha di lorong sekolah.
'Permainan belom selesai baby!'
***
Icha menarik Raka ke lapangan indor, karena disini tempat paling dekat dan tidak ada orang satupun.
"Lo apa-apaan sih?" tanya Icha.
"Apaan apanya?" bukan menjawab Raka malah balik bertanya.
Icha menarik nafas dalam. Butuh kesabaran lebih untuk menghadapi manusia seperti Raka.
"Ya lo apa-apaan tadi pake bilang kalo gua calon bini lo?"
"Loh emangnya kenapa?"
"Jijik gua tau gak!"
Raka mendekatkan wajahnya ke wajah Icha yang membuat Icha otomatis mundur. Sampai badan Icha bertabrakan dengan tembok dan Raka masih melangkah maju.
"Rak, Rak. Lo mau ngapain?" tanya Icha dengan tangan yang menutupi bagian dadanya.
"Rak, Rak. Lo kira gua rak buku?" ucap Raka.
"Y-ya abis, lo mau ngapain?"
Raka semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Icha. Dan Icha memejamkan matanya, detak jantungnya semakin tidak karuan.
"Tapi kalo di jadiin calon bini beneran mau kan?" bisik Raka tepat di telinga Icha yang membuat Icha merinding sebadan-badan.
"NAJIS!"
Entah kekuatan dari mana Icha mendorong Raka hingga menjauh dari tubuh Icha.
"WOII!"
Panggilan itu mengalihkan perhatian keduanya. Dan ternyata itu Padil, Rezi, Gita, dan Kay.
Padil terlihat merangkul Gita. Rezi dengan santai mengemut permen yang ia beli dan sebelah tangannya memegang tas Raka.
Sementara Kay terlihat sangat kusut sambil membawa tas Icha di tangannya.
"Nih tas lo!" ucap Kay sambil melempar tas Icha yang hampir mengenai muka Icha. Untung saja Raka dengan sigap menangkap tas Icha.
"Makasih." ucap Icha.
"Gua cariin kemana-mana taunya disini lo berdua. Nih tas lo, nyusahin aja!" ucap Rezi, kemudian Raka langsung mengambil tasnya dari tangan Rezi.
"Lo kenapa si Kay?" tanya Icha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha