Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Kini Icha dkk dan Raka dkk sedang duduk di kantin di meja yang sudah menjadi hak milik mereka. Tidak ada yang berani menempati meja itu selain mereka.
"Cha, sumpah gua gak nyangka loh kalo suara lo selembut itu, padahal kan lo tukang ngomel," ujar Rezi.
"Aduh gua bingung nih mau gimana, mau tersanjung apa terhina nih," jawab Icha dan semua tertawa melihat muka Rezi. Gak tau kenapa kalo ngeliat muka Rezi tuh bawannya pengen ketawa, dia belom ngomong aja semua orang udah ketawa. Tapi beda lagi kalo sama Kay.
Dan mereka melanjutkan acara makannya sambil sesekali menertawai satu sama lain. Tanpa sadar ada yang memperhatikannya mereka dari jauh. Lebih tepatnya mengincar Icha.
"Aduh gua jadi kebelet, gara-gara lo Rez," ucap Icha dengan kaki yang tidak bisa diam menahan pipis.
"Gua lagi kan yang salah," kata Rezi dengan muka yang memelas, dan itu semakin membuat Icha tertawa. Jujur humor Icha itu rendah banget. Tapi kalo udah deket aja Icha bisa seperti itu, kalo belum ya jutek se-jutek, juteknya.
"Emang lo!" jawab mereka ber5 dengan kompak.
"Udah ah, gua mau ke toilet dulu, kebelet banget ini." kemudian Icha bangun dari duduknya.
"Gua anterin gak?" tanya Gita.
"Gak usah gua bisa sendiri," jawab Icha yang setengah berteriak karena ia sudah berlari terlebih dahulu untuk menuju toilet.
Icha setengah berlari menuju toilet, karena kalo ia lari kenceng, banyak orang yang ada ditabrak. Saat Icha berlari ia dihadapkan oleh seseorang yang menghalangi jalannya.
Icha ke kiri, dia ke kanan. Icha ke kanan dia ke kiri. Jadinya Icha tidak bisa lewat padahal udah diujung banget.
"Kemaren kita belom kenalan."
"Bisa nanti gak, gua kebelet banget ini udah diujung anu. Awas ah!" Icha mendorong badan cowo itu hingga mentok tembok cukup kencang.
Icha langsung berlari kearah toilet. Tak lama Icha selesai dengan segala ritualnya di toilet. Icha merapihkan seragamnya yang sedikit berantakan. Lalu berjalan keluar toilet. Dan betapa terkejutnya ia dihadapkan dengan cowo tadi. 'Maunya dia apa sih?'
Icha menatap tajam cowo itu, begitu juga sebaliknya. Saat Icha ingin melanjutkan jalannya, tiba-tiba ada yang memukulnya dari belakang dengan sangat kencang. Hingga Icha tidak bisa menahan lagi.
***
"Kok Icha ke toilet lama benget ya?" kata Gita yang sedaritadi cemas menunggu Icha kembali.
"Iya, perasaan gua jadi gak enak," timpal Kay dengan tak kalah cemas.
Mereka berlima mengedarkan pandangannya untuk mencari Icha. Tapi nihil, Icha belum juga kembali.
"Coba kamu telpon dulu Git, siapa tau dia ada perlu dulu," ujar Padil sambil menenangkan Gita. Yang entah kenapa bisa sepanik ini.
Gita mengambil hp nya dan langsung menelpon nomor Icha.
Drrtt drrtt
"Yah gua lupa, tadi kan Icha nitipin hpnya di gua," kata Kay. Mereka semakin panik.
"Yaudah sekarang gini, kita semua mencar cari Icha. Hp nya di aktifin biar bisa saling kasih kabar," kata Raka dengan tegas, dan mereka semua mengangguk. Setelah itu mereka berlima berpencar untuk mencari Icha yang entah kemana.
***
Raka berjalan menyusuri koridor kelas X yang kini sedang banyak ciwi-ciwi yang nongkrong didepan kelas. "Eh lo tau gak sih. Tadi gua liat kak Fano. Kalo gak salah sih dia musuh besarnya Kak Raka," ucap salah satu siswi yang tak sengaja Raka dengar.
'Fano. Mau ngapain dia disini?'
***
Cowo itu menaruh Icha di bangku dan mengikat tangan dan kakinya dengan tali. Sampai saat ini Icha belum sadarkan diri.
"Let's play the game baby."
Cowo itu tersenyum licik melihat kondisi Icha sekarang.
Ting
R
Abisin dia sekarang.
ReadCowo itu tersenyum puas melihatnya. Ini lah yang dia tunggu-tunggu dari kemarin. "Ini hukuman buat lo yang udah berani menentang Fano!"
Fano berjalan menuju tasnya, entah apa yang ia minum. Dan untungnya saat Fano berjalan menuju tas, Icha tersadar dari pingsannya.
Bukan Icha kalo tidak bisa mengatasi masalah denga tenang. Icha berusaha mencari sesuatu untuk memotong tali yang terikat pada kaki dan tangannya.
Tepat di sampinya terdapat silet, tapi Icha tidak bisa menggapainya. Icha terus berusaha sampai ia bisa mengambil silet itu. 'Bantu gua Felix!'
Deg
Silet itu sudah ditangan Icha sekarang. Tidak mau membuang-buang waktu. Icha langsung memotong tali di tangannya dan melepaskan tali di kakinya. Icha sengaja tidak membuang tali itu, tapi Icha posisikan seperti masih terikat. Padahal sudah terlepas.
Saat cowo itu membalikan badan, Icha pura-pura masih pingsan agar ia tau apa yang ingin dilakukan oleh orang aneh ini.
"Eh masih bobo ya. Cantik banget sih lo," ucap Fano sambil mengelus rahang Icha. Jujur saat ini ingin sekali Icha menghajar Fano.
***
Raka rasa semua ruangan sudah ia lihat, tapi Icha tak juga memunculkan batang hidungnya. Raka memutuskan untuk kembali ke tempat dimana mereka janjian. "Gimana ketemu gak?" tanya Gita dan Kay berbarengan. Raka hanya menggeleng dan langsung terlihat perbedaan raut wajah kedua perempuan itu.
Mereka berpikir bersama untuk mengingat ada kah salah satu ruangan yang belum mereka periksa. 'Gudang Belakang! Sekarang!'
Raka kaget mendengar ada yang berbisik tepat ditelinganya. Raka menengok kanan kira dan tidak ada siapapu yang berbicara padanya.
"Gudang belakang. Sekarang!" ucap Raka dan ia langsung berlari menuju gudang belakang seperti yang ia dengar tadi.
***
"Bibir lo bagus." Fano mendekatkan wajahnya pada wajah Icha. Icha yang emosinya sudah di ubun-ubun pun langsung menendang perut Fano.
Alhasil Fano tersungkur kebawah sambil memegang perutnya. Lalu Icha berdiri dengan tatapan tajamnya. Fano tersenyum miring melihat Icha.
"Hai."
Icha berjalan menuju pintu keluar yang sialnya pintu itu dikunci dan kuncinya dipegang oleh Fano. "SINI IN KUNCINYA!"
"Oh, lo mau ini? Sayang nya gak bisa sayang!" Fano bangun dan berjalan mendekat pada Icha. Yang mau gak mau Icha harus mundur untuk menghindari Fano.
Sialnya badan Icha bertabrakan dengan tembok. Dan hasilnya ia terkunci oleh badan Fano.
"Jangan main-main sama gua! Ngerti lo!"
Icha terus memandang tajam wajah Fano tak ada takutnya. "Lo salah orang FANO DIRGANTARA!"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha