Hari ini adalah hari minggu, dan pagi-pagi sekali Raka sudah berada dirumah Icha. Ia mengajak Icha lari pagi untuk sekedar menyegarkan pikiriannya.
Dan Icha? Jangan ditanya, anaknya pasti masideh tidur. Mbok Jum keluar dari kamar Icha lalu mengghampiri Raka. "Ichanya susah banget dibangunin. Coba kamu yang bangunin, kalo sama Mbok kan udah biasa makanya dia gak bangun."
Raka menggelengkan kepala melihat tingkah Icha yang seperti anak kecil. "Yaudah bangunin Ichanya Mbok bikinin sarapan dulu."
"Iya Mbok."
Setelah Mbok Jum ke dapur kemudian Raka langsung naik keatas, tempat kamar Icha. Lalu Raka membuka pintunya dengan perlahan dan langsung terlihat Icha yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut.
Raka berjalan kearah jendela untuk membuka gorden agar cahaya matahari masuk kedalam kamar. Setelah gorden terbuka cahaya matahari langsung masuk kedalam dan Icha terpaksa membuka matanya.
"Bangun!" ucap Raka yang sedang berdiri disamping jendela sambil memperhatikan Icha. Icha mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Bangun, ganti baju, gua tunggu dibawah!" ucap Raka, dan Icha hanya diam karena belum mengerti apa yang Raka ucapkan.
"Emang mau kemana?" tanya Icha sambil mengucek matanya.
"Lari pagi!"
Icha menghembuskan nafasnya, jujur Icha hari ini malas untuk melakukan aktifitas. Karena ia merasa sangat lelah tapi bukan lelah fisik. Icha merebahkan badannya lagi, Raka yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kelakuan cewe didepannya.
Raka menarik tangan Icha yang membuat Icha kembali duduk. Raka mendekatkan mukanya dengan muka Icha. Icha yang tak siap langsung mundur dan memejamkan matanya.
Raka yang melihat itu pun tersenyum, mungkin sekarang mengerjai Icha menjadi hobi Raka.
"Mau ganti baju sendiri atau gua yang gantiin?" pertanyaan Raka berhasil membuat Icha membuka matanya dan langsung mendorong badan Raka.
"Gak usah belajar GILA. Gua bisa sendiri!"
"Cepet! Gua tunggu dibawah!"
Kemudian Raka keluar kamar, dan Icha langsung mengganti bajunya.
Setelah selesai Icha langsung keluar kamar dan ternyata sudah ada Gita, Kay, Rezi, dan juga Padil.
Icha turun dengan malas. Rencananya untuk bermalas-malasan dirumah ini gagal lagi karena mereka.
"Yaudah yuk!" ucap Padil.
"Mbok kita jalan dulu ya," teriak Gita.
"Iya hati-hati ya, pintunya ditutup aja nanti Mbok kunci abis nyuci piring!" balas Mbok Jum dari dapur.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
"Halo bos, dia sekarang ada di gor."
"Lakukan sekarang!"
"Siap."
***
Sekarang Icha sedang berlari, itu karena paksaan dari Raka dan juga yang lainnya. Gita dan Padil sudah berada di depan Icha, sementara Kay dan Rezi ada di sampingnya dan seperti yang kalian tau mereka tidak pernah akur. Entah apa yang membuat mereka bertengkar. Sedangkan Raka berada di belakang Icha mengawasi semuanya.
Icha berhenti sejenak dan Raka yang melihat itu langsung menghampiri Icha takut seandainya cewe itu mimisan lagi. "Lo kenapa?" tanya Raka dengan muka yang khawatir.
Icha yang melihat raut khawatir Raka malah tersenyum. "Gua gapapa."
"Gua pengen pipis," lanjut Icha.
"Pipis disini?" beo Raka.
"Iya!"
"Gila."
Seketika Icha langsung tertawa melihat Raka yang kelewat polos. "Ya gak disini lah, gila aja lo!"
"Gua ke toilet dulu! Nitip hp!" Raka hanya mengangguk dan mengambil hp Icha. Icha berjalan ke arah toilet sedangkan Raka menghampiri teman-temannya yang entah sejak kapan sudah duduk dan memegang minuman.
"Icha mana?" tanya Kay.
"Toilet."
***
"Huh legaaa." Icha merapihkan bajunya terlebih dahulu sebelum membuka pintu.
Saat Icha ingin membuka pintu, entah kenapa pintunya tidak bisa dibuka. Seperti ada yang mengunci dari luar. Icha terus menarik pintunya supaya bisa terbuka.
Tapi saat Icha sedang berusaha menarik pintu, ada yang menyiram air dari arah sebelah. Alhasil Icha jadi kuyup sekarang.
"SIAPA LO? BUKA GAK PINTUNYA! WOY!"
Tidak ada jawaban dari luar dan Icha masih berusaha membuka pintunya. Tapi tiba-tiba pintunya bisa terbuka dengan mudahnya.
Setelah pintu terbuka Icha langsung keluar untuk mencari siapa pelaku yang membuat baju Icha basah dari ujung rambut sampai ujung kaki. Icha membuka pintu setiap bilik dan sial tidak ada orang sama sekali.
Kemudia Icha berjalan kearah wastafel dan kalian tau apa yang Icha lihat?
'KAMU HARUS MATI!'
Tulisan itu terlihat jelas di tembok dengan menggunakan cat merah.
"Aaaaaa."
Icha berlari kearah pintu keluar dan sialnya pintu itu juga terkunci. Icha berusaha tenang dan terus menarik pintu itu.
'Kamu harus mati Aisha Aileen Nathania!'
Suara itu terdengar sangat helas ditelinga Icha.
"Siapa lo? KELUAR LO KALO BERANI!"
***
"Kok Icha ke toilet lama banget ya?" tanya Kay kepada semua temannya.
"Lagi eeq kali makanya lama. Udah biarin aja, nanti kalo diganggu eeq nya gak jadi keluar," timpal Rezi.
Plak
Kay menabok lengan Rezi dengan keras yang membuat tangan Rezi seketika merah. "Bocah bego, orang lagi pada makan lo bahas begituan!" Rezi hanya menyengir tanpa dosa.
"Coba gua telpon," ucap Gita
Drrtt drrtt
Raka merasakan getaran di celananya. Lalu ia mengambil hp miliknya, ternyata bukan hp itu yang bergetar. Kemudain Raka merogoh kantong sebelahnya dan mengeluarkan hp.
Itu hp Icha, dan semua langsung menghembuskan nafas kencang. "Gua lupa, tadi dia nitipin hp nya ke gua."
Semua terdiam. "Kalian gak ada yang dapet bisikan atau apa gitu? Biasanya Felix suka bisikin, perasaan gua gak enak soalnya" ujar Gita.
'TOILET SEKARANG!'
"ASTAGFIRULLAH," teriak Padil sambil menggosokan telinganya. Semua tatapan langsung tertuju pada Padil.
"Kamu kenapa?" tanya Gita panik.
"Toilet sekarang!"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha