Ternyata benar yang orang bilang, dia terlihat lebih tampan jika berkeringat. Entah kenapa mata Icha tidak ingin lepas dari cowo yang sedang memegang kain pel.
Setelah selesai upacara Icha langsung menghampiri Raka yang sedang dihukum membersihkan toilet perempuan lantai 2. Sedangkan Padil dan Rezi di lantai 1. Raka membersihkan sendirian karena toilet itu tidak terlalu besar.
"Hai," ucap Icha dengan cengiran khasnya.
"Ngapain lo disini?" tanya Raka.
"Mau bantuin lo," jawab Icha.
"Gak usah!"
"Tapi gua mau."
"Gua bilang gak usah! Nanti lo kecapean mimisan terus pingsan gua juga yang repot."
"Gak, gua gak bakal kecapean kok. Lagian lo begini juga kan gara-gara gua, jadi gua harus tanggung jawab."
Raka menghela nafas panjang. Ribet emang kalo debat sama cewe. "Yaudah terserah lo!"
Lalu mereka berdua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak ada yang berniat memecah keheningan sampai semua pekerjaan selesai.
Setelah selesai Icha dan Raka menyenderkan badannya ditembok. Mereka berdua kompak menghembuskan nafas lelah. Raka terus memperhatikan wajah Icha yang dibanjiri keringat.
Entah dorongan dari mana Raka mengelap keringat yang ada di dahi Icha. Icha yang tidak siap pun terkejut dan langsung memundurkan wajahnya. Icha melihat Raka dengan penuh tanda tanya.
"Itu tadi keringet lo mau turun ke mata makanya gua seka," ucap Raka. Sebenarnya itu bukan alasan Raka mengelap keringat Icha, tapi karena gengsi yang besar jadi begitu.
Icha yang mendengar itu langsung mengelap semua keringat yang ada di dahinya.
Hening, lagi-lagi tidak ada yang memecahkan suasana, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Raka dan Icha terus menatap lurus sampai Pak Panji (guru kesenian) lewat saja mereka tidak tau.
"Kalian ngapain berdua disini?" tanya Pak Panji dan membuat kedua pasangan ini kaget.
"Yee kok malah diem. Ngapain disini?" tanya Pak Panji, ia curiga karena mereka berada di depan toilet, takut seandainya anak muridnya itu berbuat yang tidak-tidak.
"Abis di hukum pak," jawab Raka. Pak Panji pun menganggukan kepala. Sementara Icha hanya memandang lurus kedepan.
"Dihukumnya bisa sepasang gini ya. Lucu deh kalian kaya pasutri."
Icha dan Raka sontak membulatkan matanya. Apa katanya pasutri? Oh tidak, tidak. Kata akur itu mungkin tidak ada di kamus bahasa mereka.
"Yaudah kalian lanjutin aja ya, bapak mau ke sana dulu. Gemes deh bapak ngeliat kalian."
Setelah Pak Panji pergi Icha dan Raka saling menatap dan seketika tertawa. "Apaan katanya? Pasutri? Idih ogah banget gua," ucap Icha.
"Lo kira gua mau?"
"Ya mau lah, siapa sih yang gak mau sama gua. Secara gua kan cantik," ujar Icha dengan pede nya.
"Ih najis," ucap Raka lalu ia langsung meninggalkan Icha begitu saja.
"Ciri-ciri cowo yang gak bertanggung jawab, masa gua ditinggalin gitu aja. Gila tuh cowo."
***
Jam istirahat adalah jam yang paling ditunggu oleh semua murid termasuk guru-guru.
Icha sudah dikantin sedari tadi, karena ia memutuskan untuk tidak masuk kelas dari ia selesai membersihkan toilet.
"ICHAAAA."
Icha menutup telinga dengan kedua tangannya. Icha tau itu suara siapa, pasti kedua sahabatnya. Semua orang langsung menengok kearah Icha karena ulah kedua sahabatnya itu.
Gita dan Kay langsung menghampiri Icha yang berada di sudut kantin sendirian. "Berisik."
Gita dan Kay duduk di depan Icha dan Kay Gita menyambar minuman yang berada di depan Icha.
"Itu kan bukan punya gua."
"Ppfftt."
Kay menahan tawa karena melihat muka Gita yang ingin mengeluarkan air yang ada di dalam mulut.
"Telen! Kalo lo buang gua tampol!" ucap Icha. Terpaksa Gita menelan air yang ada di mulutnya.
"Lo serius ini bukan punya lo?" tanya Gita tidak percaya.
"Emang gua keliatan bercanda?" tatapan Icha terlihat sangat serius membuat Gita percaya.
Tak lama Icha tersenyum miring melihat muka cewe dengan kuncir kuda yang terlihat pas padanya.
"Bercanda, iya itu punya gua."
Gita menghela nafas lega. Gak kebayang kan kalo punya orang yang dia gak kenal tau nya ada penyakit yang aneh-aneh. Ih amit-amit.
"Bikin jantungan aja lo."
Brak
Rio. Ngapain lagi dia kesini. Icha menatap Rio dengan tatapan tajam.
"Hai Icha, nih gua bawain minum."
Icha menaikan sebelah alisnya. Gita dan Kay pun menatap tak kalah sinis. Mereka ingat kata-kata Raka untuk selalu berhati-hati dengan Rio. Manusia yang satu ini mempunyai banyak sekali rencana.
Tanpa permisih Rio langsung duduk disebelah Icha dan Icha langsung bergeser menjauhi Rio. Icha terus menatap lurus.
"Cha," panggil Rio.
"Hm?" jawab Icha singkat.
Sementara itu Gita dan Kay hanya memperhatikan mereka berdua, seandainya ada yang aneh baru mereka akan bertindak.
"Gua udah beli tiket nonton buat dua orang, lo mau gak nonton sama gua?" tanya Rio dengan terus menatap Icha yang membuat Icha merasa risih dan terus menjauh.
"Gua gak bisa," jawab Icha.
"Tapi kan gua udah beli, sayang Cha tiketnya, ikut sama gua ya, plis," rengek Rio dengan muka yang sengaja di imutin. Dan itu membuat Icha dkk geli, jijik, campur aduk deh.
"Lo ajak aja yang lain, masih banyak ccewe disini bukan gua doang," ujar Icha.
"Tapi gua maunya lo!" Rio mulai menaikan nada bicaranya.
"Tapi gua nya gak mau. Bisa ngerti gak sih lo?" lalu Icha bengun dari duduknya dan dengan cepat Rio menahan lengan Icha agar tidak pergi.
"Lepas!"
Gita dan Kay masih duduk. 'Lumayan drama gratis' gumam Gita.
"Gua gak akan lepasin lo kalo lo belom mau ikut gua!" kata Rio yang sekarang ikut berdiri. Itu membuat Icha harus mendongak untuk melihat mukanya yang kaya eeq.
"Sampe kapan pun gua gak akan mau ikut sama lo!" tegas Icha.
Gita dan Kay langsung berdiri. Dan Rio semakin mengeraskan cengkramannya yang membuat lengan Icha semakin merah dan sedikit tergores karena kuku Rio.
Bugh
Satu bogeman mendarat di rahang Rio yang membuat ia terpaksa melepaskan Icha. Ternyata itu Raka.
Raka langsung menarik tangan Icha untuk berdiri disampingnya.
"Sialan lo!" umpat Rio.
Kemudian tanpa malu Raka naik ke atas meja. "Mau ngapain lo?" tanya Icha dan semuanya pun heran.
Semua pasang mata sudah melihat kearah mereka sejak awal Icha berantem dengan Rio.
"BUAT SEMUANYA. SIAPAPUN YANG BERANI SAKITIN ICHA ITU BAKALAN BERURUSAN SAMA GUA. TERMASUK LO!"
"MULAI SEKARANG ICHA JADI TANGGUNG JAWAB GUA!"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Fiksi Remaja"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha