Waktu sudah menunjukan pukul 20:30. Icha yakin kalo Mbok Jum sudsh beristirahat. Raka mengantar Icha sampai tepat di depan pintu rumah.
"Langsung masuk gih!" ujar Raka.
"Iya ini juga mau masuk. BTW makasih ya," balas Icha.
"Iya sama-sama."
"Emm Rak!" panggil Icha.
"Hm?"
"Kasih gua waktu satu minggu buat ceritain ini semua ke lo."
Raka hanya tersenyum seraya mengelus puncak kepala Icha dan membawa Icha kedalam dekapannya. Entah mungkin sekarang memeluk Icha adalah hal yang Raka suka.
'Padahal dulu berantem udah kaya kucing sama tikus.'
"Sesiap lo aja. Kapan pun lo mau cerita pasti gua dengerin."
Kemudian mereka melepas pelukannya dan menatap satu sama lain. Bukan tatapan tajam melainkan tatapan teduh yang mereka lemparkan.
Cup
Dengan cepat Icha mencium pipi Raka. Tanpa Icha sadari perbuatannya membuat badan Raka seperti tersengat listrik.
Raka terdiam sejenak sampai ucapan Icha menyadarkannya.
"Heh biasa aja kali ngeliatnya. Gua tau gua cantik."
Tuk
Dengan gemas Raka menyentil jidat Icha.
"Aaww. Sakit kudil."
"Kudil?"
"Yaa, semacam kutil tapi ya gitu lah. Udah deh lo pulang sana!"
Raka tertawa mendengar penjelasan Icha. Ada-ada saja bahasanya.
"Yaudah gua pulang dulu."
"Iya. Lo hati-hati di jalan, jangan ngebut!"
"Iya bawel. Yaudah bye Cha."
"Bye."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Pagi-pagi sekali Raka sudah menjalankan motornya untuk menuju rumah Icha. Menjemput cewe yang sudah mengganggu pikirannya. Setelah sampai Raka langsung memarkirkan motornya.
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Ceklek
Terlihatlah Mbok Jum yang masih menggunakan celemek dan tangan yang penuh terigu.
"Ichanya ada Mbok?" tanya Raka.
Mbok Jum terlihat gugup saat ingin menjawab.
"Mbok. Icha ada?" tanya Raka sekali lagi.
"Emm. Icha udah berangkat tadi, emang gak tau?" ujar Mbok Jum.
"Oh, Raka gak tau Mbok. Yaudah Raka pamit mau langsung kesekolah ya Mbok."
"Yowes, hati-hati kamu."
"Iya Mbok. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Kemudian Raka langsung menancap gas menuju sekolah.
"Maafin Mbok ya, Mbok sudah bohong sama kamu."
***
Setelah sampai disekolah Raka langsung memarkirkan motornya dan berlari menuju kelas Icha. Sangking paniknya ia sampai menabrak banyak orang.
"RAKAAAA." sampai teriakan Bu Rusmini pun tak didengar olehnya.
Setelah sampai di kelas Icha, ia langsung mencari keberadaan perempuan yang membuat ia panik. Dan ternyata Icha tidak ada dikelas. Hanya ada Gita dan Kay.
Rak menghampiri Gita dan Kay dengan raut muka yang masih panik.
Brak
"Icha mana?" tanya Raka.
"Astagfirullahaladzim. Raka! Lo bisa gak sih dateng-dateng gak usah ngagetin. Lo emang niat bikin gua jantungan ya?" oceh Kay.
"Icha mana?" tanya Raka sekali lagi.
"Mana kita tau. Kan kemaren lo yang bawa dia, harusnya kita yang nanya ke lo. Icha mana?" ujar Gita.
"Ya mana gua tau. Kalo tau gua gak usah nanya."
"Tau ah, gak jelas lo. Git ke perpus yuk!" ajak Kay.
Setelah itu mereka berdua meninggalkan Raka yang masih bingung mencari keberadaan Icha.
"Git, kita gapapa gak ngasih tau Raka. Kasihan tuh anak, gua takut dia gila aja," ucap Kay.
"Biarin dulu. Kan Icha yang nyuruh, lagian gua yakin Icha pergi pasti punya rencana lain."
***
Raka panik mencari Icha. Dia gak ada di mana-mana dan gak ada yang tau Icha dimana. Sampai ia bertanya ada guru, dan guru itu hanya bilang kalo Icha izin dan guru pun tidak tau Icha kemana.
Raka bingung, akhirnya ia memurtuskan untuk berdiam diri di rooftop agar pikirannya sedikit tenang.
Tapi nyatanya ia tidak bisa tenang karena terus memikirkan dimana keberadaan Icha.
"ICHAAAA."
Ia mengusap mukanya dengan kencang. Raka terlihat kacau sekarang, yang ada di pikirannya hanya Icha dan Icha.
Raka berdiri di ujung sambil menatap langit-langit. Memejamkan matanya dan merasakan angin yang menabrak tubuhnya.
"RAKA LO GILA! JANGAN BUNDIR GOBLOK!" teriakan itu berasal dari pintu.
Muncul lah dua orang yang dapat ditebak kalo mereka sedang bolos pelajaran.
Rezi melarik baju Raka dan membuat Raka mundur beberapa langkah. "Heh sadar. Lo kenapa sih?" tanya Padil.
"Lo tau Icha dimana?" tanya Raka dengan tatapan yang lesu.
Kemana Raka yang selalu menatap orang lain dengan tajam?
"Lah kan kemaren dia sama lo. Mana kita tau," ucap Rezi.
"ARRGGHH."
Rezi langsung menempelkan tangannya di jidat Raka dan langsung mendapat tabokan dari Raka.
"Lo gak kesurupan kan Rak?" tanya Rezi.
Tatapan Raka langsung menusuk dan membuat Rezi menciut di tempat.
Raka terlihat sangat bingung. Sementara ia tidak tau tentang kekuarga Icha. Hanya Mbok Jum yang Raka tau.
***
"Dia gak ada disini. Gua mau lo lacak keberadaan dia, kalo udah kasih tau gua! Gua mau hari ini juga!"
***
Mereka bertiga masih berada di rooftop. Rezi sibuk dengan game yang ada di hp nya. Dan Padil sibuk membalas chat dari Gita yang memarahinya karena bolos pelajaran.
Sementara Raka. Ia masih terdiam dan tatapannya kosong. Entah kenapa ada rasa khawatir yang sangat dalam di hati Raka.
Ting
Hp Raka berbunyi, tapi Raka malas melihatnya. Raka membiarkan hp itu tergeletak.
Dan mereka melanjutkan kegiatannya masing-masing.
20 menit berlalu tak terasa sebentar lagi waktunya pulang sekolah.
"Rak hotspot bentar dah. Paketan gua abis, bini gua ngomel-ngomel nanti" ucap Padil.
"Nyalain sendiri!" jawab Raka yang tak ada semangatnya. Raka memang tidak pelit masalah kuota apa lagi hp nya. Siapapun dapat membuka karena kunci hp nya ia catat dan disimpan di belakang casing hp.
Padil mengambil hp Raka, dan setelah selesai ia memberikan hp itu kembali pada pemiliknya.
"Tadi Icha ngechat lo. Lo gak mau bales?"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha