Sepanjang jalan menuju rumah Icha, Raka terus meningat tentang alamat itu. Karena dulu rumah Raka di sana, dan Raka yakin rumah yang ditempati Icha adalah rumah teman kecilnya.
Setelah sampai, Raka bukan memarkirkan motor didepan rumah Icha, tapi setelah rumah Icha. Raka terus melihat rumah itu dan Raka yakin itu adalah rumah teman kecilnya. "Cuma kebetulan kali," gumam Raka pada dirinya sendiri.
Tak lama Raka melihat rumah itu, akhirnya pemilik rumah itu keluar dengan tentengan di tangannya. "Yaudah Mbok, Icha jalan dulu ya," ucap Icha sambil menggantungkan makanannya dimotor.
"Yowes, kamu hati-hati bawa motornya ya mbul."
"Iya Mbok. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah berpamitan, Icha langsung menancapkan gas ketempat tujuannya. Yaitu kolong jembatan.
Loh mau ngapain? Dulu sebelum ia dipindahkan ke Bandung. Icha selalu memberikan makan pada anak-anak jalanan. Dan kolong jembatan adalah tempat mereka biasanya beristirahat.
Dan pada saat Icha di Bandung, Icha terus memikirkan anak-anak itu. Karena siapa lagi yang mau memberikan mereka makanan?
Raka yang melihat Icha pergi pun langsung mengikutinya dari belakang. Tenang, Icha pasti tidak akan tau kalau Raka mengikutinya dari belakang.
Tak lama Icha sampai di kolong jembatan, dan Raka pun sama. Raka terkejut melihat tempat tujuan Icha. "Mau ngapain dia kesini?" ujar Raka dalam hati.
Icha langsung turun dari motor dan melepaskan helmnya. Setelah itu Icha mengambil makanan yang ia gantung di motor, dan langsung menghampiri anak-anak yang ternyata sedang berkumpul.
"Hai semua," sapa Icha. Dan saat itu juga anak-anak itu langsung menghamburkan pelukannya pada Icha. Icha senang sekali bisa bertemu mereka kembali.
"Ya ampun, kalian apa kabar?" tanya Icha.
"Baik kak," jawab anak-anak itu dengan serempak.
"Kita kangen banget sama kakak," ucap salah satu dari mereka.
"Kak Icha masih inget sama Iko kan?" tanya Riko. Riko adalah salah satu anak yang paling kecil diantara yang lainnya. Dan bisa dibilang, paling manja dengan Icha.
"Aduh siapa ya? Kaka lupa nih."
"Aaaa masa kak Icha lupa sih sama Iko."
"Gak kok, kak Icha inget sama semuanya. Masa iya kak Icha lupa sama kalian," ucap Icha sambil memeluk mereka sekali lagi.
"Yaudah, kalian belom makan kan?" tanya Icha.
"Belom kak," jawab mereka semua dengan kompak.
"Yaudah sekarang kita makan yuk, nih kakak udah bawain makanan," ucap Icha sambil menunjukan tentangan makanan yang ia bawa dari rumah.
Setelah itu Icha membagikan piring plastik terlebih dahulu kepada semua anak. Melihat senyuman dan kegembiraan mereka adalah salah satu kebahagiaan bagi seorang Aisha Aileen Nathania.
Disisi lain ternyata Raka masih memantau Icha. Ia melihat betapa berbedanya Icha yang disekolah dengan Icha yang ia lihat sekarang.
Icha di sekolah adalah Icha yang jutek, judes, dingin. Berbeda dengan Icha yang sekarang, menurut Raka Icha yang sekarang ada dihadapannya adalah Icha yang lembut, penyayang. Dan ia terlihat lebih cantik sekarang.
Dengan senyuman dan tawanya kepada semua anak-anak yang membuat sedikit getaran di hati Raka. Raka juga tak tau apa yang ia rasakan saat ini.
Pada saat Icha membagikan makanan Riko atau Iko menarik bahu Icha. Ternyata Riko membisikan sesuatu.
"Kaka, itu di ujung sana ada yang liatin kita tau. Tapi kaka jangan langsung nengok ya. Bajunya sama kaya kaka," bisik Riko sambil menunjuk seragam Icha. Memang tadi Icha belum mengganti seragamnya.
Icha melihat kearah yang ditunjukan oleh Riko. Tapi tenang bukan yang nengok langsung, tapi Icha mengedarkan pandangannya.
Yap
Icha tau itu siapa. Dia adalah cowo ngeselin disekolahnya tadi. 'Mau apa dia di sini?'
"Yaudah, kalian makan yang pinter ya, kaka tinggal dulu sebentar. Oke?"
"Oke ka."
Setelah itu Icha bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri cowo yang dari tadi memperhatikannya.
Di sisi lain, jantung Raka sudah dag dig dug seerr. Mau jawab apa coba? Tapi bukan Raka namanya kalo tidak bisa menutupi kepanikannya dengan muka yang kelewat datar itu.
Satu hal yang baru Raka sadari. Senyuman itu, senyuman yang sejak dulu selalu Raka cari.
Setelah sampai tepat didepan Raka. Icha mengangkat sebelah alisnya. "Ngapain lo disini?" tanya Icha dengan muka yang tak kalah datar.
"Bukan urusan lo!"
"Lah terus mau ngapain? Nongkrong? Mau nongkrong sama siapa? Setan?" tanya Icha asal.
"Kalo iya kenapa?" jawaban Raka berhasil membuat kerutan di jidat Icha.
"Emang lo bisa ngeliat gituan?" tanya Icha yang sebenarnya sedikit takut dengan ucapan Raka.
"Bisa." Icha terkejut dengan jawaban yang Raka ucapkan.
"Mana?"
"Nih depan gua." mata Icha berhasil membulat dengan sempurna. Bisa-bisanya cewe secantik Icha dikatakan setan.
"Maksud lo gua setannya?"
"Menurut lo?" Pengen banget Icha menjambak rambut Raka. Tapi saat Icha ingin memuluk lengan Raka, Icha merasakan ada yang menarik rok yang Icha kenakan.
Ternyata itu Riko dengan muka yang celemotan makanan. Icha dibuat gemas sekali dengan anak yang ada didepannya. "Kenapa Iko? Ih mukanya cemot, sini kaka bersihin dulu." Icha langsung berlutut dan Riko langsung duduk di paha Icha.
Icha membersihkan muka Riko dengan sangat telaten. Tisu yang ditangannya di usapkan dengan lembut. Raka yang melihat itu merasa ada getaran di dadanya.
Setelah Icha selesai membersihkan muka Riko. Riko pun melompat dari pangkuan Icha untuk menghampiri Raka yang masih berdiri dan setia memperhatikan Icha. Icha pun berdiri dan menunggu kejadian ajaib apa yang akan dilakukan anak ini.
"Kaka pacarnya ka Icha ya?" pertanyaan Riko berhasil membuat keduanya terkejut dan membulatkan mata.
"ENGGA, BUKAN!" jawab keduanya dengan sangat kompak. Riko yang melihat itu hanya tertawa sambil menutup mulutnya.
"Nama aku Riko. Panggil aku Iko."
"Nama kaka, kak Raka," balas Raka sambil berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan Riko.
"Kaka ikut aku aja yuk. Makan. Kaka mau gak suapin aku? Boleh kan ka? " tanya Riko dengan mengeluarkan jurus puppy eyes nya.
"Iko, makannya sama kaka aja yah, yuk!" ajak Icha, tapi entah kenapa Riko ingin sekali kalo Raka ikut dengannya.
"Yaahh, padahal aku pengen banget kalo kak Raka ikut sama kita. Kan kata kak Icha biar banyak temen."
Icha bingung harus membujuk Riko seperti apa lagi. Memang dari dulu sifat anak ini tidak berubah. Kalo katanya iya ya harus iya.
"Yaudah tanya ke kaka Raka nya dulu!" setelah mendengar jawaban Icha. Riko langsung menghadap ada Raka. Raka pun tersenyum melihat tinggak bocah dihadapannya.
Apa? Raka tersenyum? Sungguh kejadian yang langka.
"Kaka Raka. Kaka mau kan ikut aku? Pliiss," tanya Riko dengan kedua tangan yang disatukan seperti orang sedang memohon.
Tanpa di duga-duga Raka langsung menggendong Riko dan menjawil hidung Riko.
"Let's go kita makan!" ujar Raka dan langsung melangkah pergi meninggalkan Icha yang masih bengong melihat tingkah ajaib kedua orang itu.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha