Sekarang Raka sibuk membatu Icha untuk memasukan tepung kadalam adonan. Dan Icha terus memegang mixer. Tiba-tiba muncul lah ide jahil di otak Raka.
Dengan sengaja Raka mencolek terigu dan mencolek pipi Icha. Icha terkejut dan langsung menoleh ke arah Raka.
"Ih iseng banget sih jadi orang. Gua suruhnya naro di dalem adonam bukan di muka gua!" cerocos Icha. Raka yang malas medengarkan Icha ngoceh langsung mengambil terigunya lagi dan mencolekan pada hidung Icha.
"RAKAAAA!" teriak Icha.
Semetara itu Raka hanya terkekeh melihat muka Icha yang menurutnya menggemaskan kalo lagi ngomel.
Icha yang kesal pun langsung mengambil terigu sedikit lebih banyak dan langsung memeperkan pada wajah Raka. Dan alhasil wajah Raka seperti anak kecil yang baru selesai mandi dan di kasih bedak oleh mamahnya.
Icha tertawa melihat hasil tangannya. "Hahahahaha. Udah lo bagusan kaya gitu!" Icha terus tertawa sampai sedikit mengeluarkan air mata.
***
Kriinngg
"Dil, kita kerumah Raka aja yok. Lagi males balik gua." ucap Rezi sambil memainkan kunci motornya.
"Ribut?"
"Ya biasalah." Padil hanya mengangguk dan berjalan menuju kelas sang pacar. Mereka berdua sampai di depan kelas XI IPA 4 dan tak lama muncul dua perempuan yang mereka tunggu. Ralat, satu perempuan yang sangat Padil tunggu, yaitu Gita.
Gita keluar dengan muka yang ditekuk, dan Kay yang menahan tawa. Padil dan Rezi dibuat bingung dengan sikap keduanya.
"Kamu kenapa sayang? Kok ditekuk gitu mukanya? Kaya baju belom di triska aja," tanya Padil.
"Strika bego," kata Kay sambil menoyor kepala Padil. "Nah itu maksud gua."
"Kamu tau gak sih? Masa tadi aku dibilang cabe sama si mini," ujar Gita.
"Pfftt." dengan sekuat tenaga mereka bertiga menahan tawa agar kemarahan Gita tidak membesar. Dengan sayang Padil menyuruh Gita untuk duduk dulu dan bercerita.
Padil mengelus kepala Gita dengan sangat lembut. "Kok bisa dikatain kaya gitu?" tanya Padil. Kay dan Rezi hanya mendengarkan saja. Walaupun Kay sudah tau asal muasal kata cabe itu.
Flashback Onn
XI IPA 4 sedang belajar Geografi, pelajaran yang paling mereka hindari. ukan pelajaranya yang mereka tidak suka, tetapi guru yang mulutnya kelewat pedes. Rusmini, dan sesuai dengan namanya gurunya pun mini.
Semua anak tengah sibuk dengan soal yang diberikan oleh Bu Rusmini. Dan Gita dengan santai menaruh kepalanya dengan menjadikan lengannya sebagai bantal.
Gita sudah menyelesaikan pekerjaannya karena ia sudah pernah mengerjakan soal itu di tempat lesnya. Jadi dengan cepat Gita bisa mengerjakan. Sedangkan Kay, dia sibuk menyalin jawaban dari buku Gita ke buku milik Kay.
Tanpa mereka sadari Bu Rusmini berjalan kearah mereka berdua, dan terus menatap ke arah Gita. "Gita!"
Gita dan Kay dibuat kaget. Gita langsung mengangkat kepalanya sedangkan Kay terus menyumpah serapah guru itu karena karena Kay kaget jadi tulisannya kecoret lumayan panjang.
"Ada apa bu?" tanya Gita yang setengah mengantuk.
"Udah selesai?" tanya Bu Rusmini.
"Udah bu," jawab Gita singkat. Gita mengerutkan alisnya melihat guru itu menatapnya terus.
"Kenapa bu?" bukan Gita yang bertanya melainkan Kay. Kay sudah kesal dengan guru yang satu ini. Udah kalo ngasih tugas gak kira-kira, ngoceh mulu kerjaannya. Ingin pecah rasanya kepala Kay.
"Gita kamu pake lipstik ya?" tanya Bu Rusmini. Sekarang gantian Gita yang mengerutkan alisnya. Menatap guru itu dengan bingung.
"Gak bu," jawab Gita.
"Itu bibir kamu kok merah banget? Iya kan kamu pake lipstik? Jangan kaya cabe deh kamu" karena kesal dengan pertanyaan guru itu, Gita langsung mengambil tisu dan membasahkannya dengan air minun milik Kay. Setelah itu ia gosokan pada bibirnya.
"Liat sendiri kan bu? Saya itu GAK pake apa-apa," ucap Gita dengan menekan kan kata 'GAK'. Kay sedikit terkekeh melihat perdebatan antara guru dan anak murid satu ini.
"Terus kenapa bibir kamu bisa merah kaya gitu?" tanya Bu Rusmini.
"Abis ciuman bu," celetuk Kay. Dan itu berhasil membuat guru itu membulatkan mata dengan sempurna. Sementara itu Gita hanya diam saja.
"Gita! Kamu ciuman sama siapa? Kamu ini masih SMA jangan kaya cabe kamu!"
"Mau saya ciuman kek, atau gak kek. Ya terserah saya dong bu. Kalo dosa juga jadi dosa saya, bukan dosa ibu. Jadi gak usah kepo."
"GITA! Bener-bener ya kamu." Bu Rusmini langsung meninggalkan Gita dan Kay karena merasa kesal dengan kedua anak muridnya itu. Dan Gita kembali manaruh kepalanya di atas meja. Kali ini ia menggunakan tas sebagai bantalannya.
Flashback Off
"Ohh, jadi gitu ceritanya. Yaudah biarin aja lah si Mini, nanti juga dia kena karma sendiri sayang," ucap Padil yang berusaha menenangkan kekasihnya.
Gita hanya mengangguk dan menyenderkan kepalanya pada pundak Padil, dan Padil dengan senang hati mengelus lembut kepala Gita.
Kay merasa bosan melihat kebucinan dua temannyanya ini. Rezi melihat Kay yang sedang menatap sinis Padil dan Gita. "Heh ngapa lu?" tanya Rezi.
"Kalian bisa gak sih gak bucin di depan gua?" ujar Kay.
"Hahahaha," mereka bertiga seketika tertawa mendengar ucapan Kay yang jujur sekali.
"Iri bilang bos, haha pal pale pal pale," celetuk Padil dan mereka semakin di buat tertawa karena melihat wajah Kay sudah sangat kesal.
"Udah ah gua gua cabut!" ucap Rezi.
"Jadi kerumah Raka?" tanya Padil, dan Rezi hanya mengangguk.
"Kalian mau kerumah Raka?" tanya Kay.
"Iya, kenapa emang?" tanya Rezi dengan nada yang nyolot.
"Biasa aja dong, gak usah nyolot juga!" oceh Kay.
"Iya emang kenapa tuan putri?" tanya Rezi dengan nada yang sengaja di buat-buat.
"Ya gak gitu juga panjul."
Rezi mengacak asal rambutnya. Ia rasa kalo semakin lama bisa gila dibuat Kay. "Tau ah serba salah gua. Lo mau ikut gak?" tanya Rezi.
"Iya ikut lah. Lagian gua juga kangen sama bunda," jawab Kay. Padil dan Gita hanya tertawa melihat kedua manusia didepan mereka.
Memang Kay dan Gita sudah dekat denga Charisa, karena mereka sering main di rumah Raka. Itu karena ajakan Padil dan juga Rezi.
"Yaudah ayo!"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha