42

328 34 0
                                    

Dengan perasaan panik dan jantung yang berdegup lebih kencang. Raka menyambar jaketnya dan berlari menuju motornya.

"EH LO KENAPA BANG?!" teriak Karen. Tapi tidak ada jawaban dari Raka.

"BANG JANGAN NGEBUT LO!!" sambung Karen.

***

Bau anyir, itu yang pertama Icha cium sebelum membuka matanya. Ruangan gelap, hanya ada 3 lilin di pojok ruangan yang menjadi sumber cahaya.

Tangan dan kaki Icha di ikat di kursi dengan tali yang cukup tebal, Icha berusaha untuk memutuskan tali itu tapi tidak bisa.

Bukan tali yang terputus malah tangan Icha yang berdarah. Icha menahan sakit di tangan dan kepalanya.

Ceklek

Pintu terbuka dan melihatkan sosok laki-laki berbadan tinggi menggunakan baju serba hitam dan masker yang menutupi setengah wajahnya.

"Hai cantik."

***

Untung saja hp Icha dan Raka selalu tersambung, karena waktu itu mereka sempat menyambungkan GPS satu sama lain.

Jadi Raka dapat mengetahui keberadaan Icha sekarang. "Mati lo Rio!"

Sebelumnya Raka sempat memberi tau kedua sahabatnya untuk menyusul.

Raka melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat diatas rata-rata. Tak jarang orang-orang marah padanya.

"Bertahan ya sayang."

***

"Perasaan gua gak enak ya. Gua jadi pengen banget ke rumah Icha," ucap Gita.

"Telpon Kay dulu deh, biar bareng kesana."

Kemudian Gita langsung mengambil hp nya, belum ia memencet tombol telpon di nomor Kay. Tapi Kay sudah menelponnya duluan.

"Halo Kay, baru gua mau nelpon lo."

"Sehati berarti kita. Eh kerumah Icha yu, kok gua kepikiran dia ya."

"Sama, gua kira gua doang yang kepikiran dia."

"Yaudah lo jemput gua ya!"

"Iya."

Tut

Telpon terputus dan Gita langsung bersiap untuk menuju rumah Kay terlebih dahulu.

***

"Hai cantik."

Icha langsung mendongakan kepalanya dan melihat laki-laki di depannya. Icha hanya memperhatikan tanpa ingin mengucapkan kata-kata.

"Kita ketemu lagi. Kan kalo lo nurut kaya gini enak."

Icha sangat mengenal suara siapa itu. "Mau apa lo?!" ucap Icha dengan tegas dan tenang.

"Gua mau lo. MATI!"

Icha hanya tersenyum miring mendengar keinginan yang Rio ucapkan.

"Lo salah orang Rio."

Rio mendekatkan tubuhnya pada Icha. "Gua gak salah orang sayang. Itu bener lo."

Satu goresan panjang menghiasi wajah Icha dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Rio melakukan itu dengan sengaja.

Icha tidak meringis apa lagi teriak, ia hanya diam mengikuti permainan yang Rio jalankan.

"Bagus."

Lagi-lagi Rio mendekatkan tubuhny kearah Icha dan hendak mencium bibir lembut Icha.

Bugh

Rio terjatuh saat ia hendak mencium Icha. Ternyata yang menendang itu adalah Raka.

"BANGSAT!" teriak Raka.

Rio terduduk sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri akibat tendangan kencang Raka.

Kemudian Raka melihat Icha dengan keadaan muka yang berlumuran darah.

"Cha."

Kemudian Raka menghampiri Icha hendak melepaskan ikatan di badan Icha. Tapi belum sempat ia melangkah Rio sudah memyerangnya lebih dulu.

Raka mundur beberapa langkah karena tendangan Rio yang menurutnya tidak ada apa-apa.

Dengan gesit Raka mengambil gunting yang ada di atas meja yang ada di dekatnya lalu ia berjalan kebelakang Icha dan memberikan gunting itu padanya tanpa Rio ketahui.

"NGAPAIN LO KESINI?!" ucap Rio.

"Mau jemput cewe gua!" jawab Raka dengan tenang.

Dan lagi-lagi Rio menyerang Raka dan jadilah adu tojos di antara mereka berdua. Sedangkan Icha sibuk memotong tali yang mengikat tangannya.

Brak

"Heh anjing lo apain temen gua!" teriak Padil dari arah pintu. Icha menghiraukan itu dan tetap fokus memotong tali.

Padil membantu Raka yang kelihatan sudah lelah menghadapi berbagai serangan Rio. Dari gunting hingga pisau bisa Raka tepis. Sedangkan Rezi membantu Icha melepaskan tali.

Tak lama tali yang mengikat kaki dan tangan Icha terlepas. Dan ketiga orang itu masih adu tojos.

Icha hanya memperhatikan dan tersenyum miring melihatnya. "CUKUP!" teriak Icha dan seketika semunya berhenti.

Icha berjalan mendekati Rio. "Cha jangan!" bisik Rezi.

"Lo mau gua mati?" pertanyaan Icha mampu membuat 3 orang membulatkan matanya.

"Silahkan!" lagi-lagi Icha membuat satu ruangan terkejut dengan perkataannya.

"Tapi sebelum itu, ada beberapa pertanyaan yang harus lo jawab." katanya dengan sangat tegas.

"Pertama. Lo kan yang bolak balik neror gua?" tanya Icha. Dan tidak ada jawaban dari siapa pun.

"Lo gak jawab pun gua udah tau semuanya. Kalo itu adalah kerjaan lo!"

"Kedua. Fano. Lo yang suruh kan? Karena dia banyak hutang sama lo, dan lo manfaatin itu buat nyiksa gua?" Rio terkejut karena Icha mengetahui semua yang ia lakukan.

"Ketiga. Apa alesan lo kepengen banget gua mati?!"
______________________________________

Aisha Aileen NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang