Tetes demi tetes air mata Icha turun. Raka menenangkan Icha dalam pelukannya. Dan satu fakta yang Raka tau.
Kalo Chia, atau Ileen itu orang yang sama. Dan dia adalah adik kembar Icha. Pantas pada saat pertama kali Raka melihat Icha itu seperti melihat Chia.
Dan mengapa foto kecil Icha dan Chia sama itu karena mereka kembar. Dugaan Karen salah. Icha itu bukan Chia.
"Gua baru tau setelah liat foto lo sana Ileen. Sorry Rak."
Dengan tulus Raka mengelus puncak kepala Icha dan itu selalu membuat Icha nyaman.
"Gapapa Cha. Sekarang biarin gua jagain lo. Gua gak mau kehilangan perempuan yang gua sayang untuk kedua kalinya."
***
"Gua gak mau tau lo semua harus bawa dia dihadapan gua. Kalo sampe gagal lo semua mati di tangan gua!"
***
Hari sudah mulai gelap, Raka mengembalikan Icha ke rumahnya.
"Jangan nangis lagi ya, gua gak suka liat lo nangis," ucap Raka sambil mengelus puncak kepala Icha dan mengecup jidat Icha.
"Maafin gua ya Rak." lagi-lagi Icha meneteskan air matanya.
"Lo gak usah minta maaf, bukan salah lo."
"Lo gak bakalan kehilangan temen kecil lo kalo gua jagain dia lebih baik," ujar Icha menyalahkan diri sendiri.
"Jangan nyalahin diri sendiri."
Ada sesak di dada mereka berdua. Icha terus menangis dan Raka membawa Icha kedalam dekapannya.
"Gua sayang sama lo," bisik Raka tepat di telinga Icha. Dan ada desiran di dada Icha yang membuat hangat.
Raka melepas pelukannya dan menangkup wajah Icha dengan kedua tangannya. Menatap Icha dengan tatapan banyak arti.
Icha tersenyum melihat wajah Raka. Ternyata ini sebabnya Ileen sangat menyayangi sahabat kecilnya, yang sekarang menjadi kekasihnya.
Sifat lain Raka yang sangat menyayangi orang terdekatnya membuatnya sangat nyaman di dekat Raka.
"Gua beruntung bisa ketemu lo," ucap Icha dan lagi-lagi air matanya mencelos tanpa permisih.
"Gua juga beruntung pake banget bisa kenal sama lo. Jangan tinggalin gua ya Cha."
Sekali lagi Raka memeluk Icha dan menyalurkan segala kesedihannya ketika mengetahui sahabat kecilnya yang ia cari ternyata sudah tenang di alamnya.
Mulai hari ini, Raka berjanji akan menjaga Icha dengan sepenuh hatinya, ia tidak ingin kehilangan wanita yang ia sayang untuk kedua kalinya.
Icha mengendurkan pelukannya dan menatap mata Raka dengan sangat dalam. Mengelus rahang Raka dan Raka pun mengecup tangan Icha.
"Gua juga sayang sama lo," kata Icha.
Raka mengembangkan senyuman manisnya dan kemudian ia menyentuh jidat Icha dengan bibirnya.
Setelah sekian lama mereka saling tatap, akhirnya Raka pamit untuk pulang kerumah karena sudah malam.
"Gua pulang dulu, gak enak di liat tetangga udah malem gua masih di rumah lo," ujar Raka dan langsung diangguki oleh Icha.
"Hati-hati ya."
"Iyaa sayang," ucap Raka dengan entengnya. Dan Icha yang mendengar itu langsung membulatkan matanya. Apa Raka tidak tau, ucapannya itu berhasil membuat jantung Icha hampir copot.
"A-apa lo bilang?" tanya Icha dengan gugup.
"Sayang. Kenapa emang? Kan lo udah jadi pacar gua, jadinya gapapa dong," jawab Raka sambil menaik turunkan alisnya.
Seketika wajah Icha berubah merah seperti tomat.
"Lo lucu kalo lagi salting," bisik Raka tepat di telinga Icha.
Icha memukul pundak Raka agar menjauh darinya, karena itu tidak baik untuk kesehatan jantung Icha.
"Apaan sih lo, udah sana pulang katanya mau pulang."
"Lo ngusir gua?"
"Iya! Udah ah Raka gua malu."
"Iya...iya gua pulang. Assalamualaikum."
"Waalailumsalam."
Setelah kepergian Raka, Icha langsung menutup wajahnya menahan diri untuk tidak teriak di saat itu juga.
"Kenapa sih dia seneng banget ngeliat gua salting. Dia gak tau jantung gua jedag jedug kaya lagi disko."
Lalu Icha berbalik untuk masuk kedalam rumahnya. Belum sempat melangkah, tiba-tiba ada yang menyekap Icha dan membawanya menjauh dari rumah.
"Aaa-mmpphhh."
***
Setelah menghadapi jalanan yang cukup padat, akhirnya Raka sampai di rumahnya dan langsung duduk di depan rumah.
Merenung, memikirkan semua kejadian dan fakta yang baru ia ketahui hari ini.
Raka terus melihat foto Ileen yang dari dulu salalu ia simpan di balik casing hp-nya.
"Gua gak nyangka sekarang kita udah beda alam, gua kangen waktu lo manggil gua Aka."
"Makasih ya Chia buat semunya. Gua minta maaf kalo dulu sering jail sama lo."
"Makasih Chi, sekarang gua udah ketemu kaka lo. Icha, gua janji bakalan jagain dia gua gak bakalan biarin dia terluka sedikit pun."
Ceklek
Pintu utama terbuka dan memperlihatkan Karen dengan daster kebanggaannya.
"Bang, kemana aja lo tadi bunda nyariin tau," ujar Karen sambil mengucek matanya.
"Dugaan lo salah de."
"Maksud lo?"
"Icha. Dia itu bukan Chia, tapi kaka kembar Chia."
Ucapan Raka mampu membuat Karen yang tadinya mengantuk menjadi tidak mengantuk.
"SERIUS LO?!"
Raka hanya menganggukan kepalanya.
"Pantesan mirip banget. Terus kak Chia kemana?"
"Chia udah meninggal."
Lagi-lagi Karen terkejut dengan jawaban yang di berikan abangnya.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun."
Raka hanya menundukkan kepala menahan sedihnya. "Lo yang sabar ya bang."
Karen memeluk Raka dan Raka pun membalas pelukan Karen. Karen dapat merasakan kesedihan yang abangnya alami sekarang.
Drrtt... Drrtt...
Tiba-tiba hp Raka berbunyi. Raka langsung mengambil hp-nya dan melihat ada nomor tidak dikenal menelponnya.
"Siapa bang?" tanya Karen. Dan Raka hanya mengangkat bahunya.
"Halo."
"Halo, ini bener Raka kan?"
"Iya bener. Ini siapa ya?"
"Ini Mbok Jum."
"Ada apa Mbok?"
"Raka, Icha di culik."
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Jugendliteratur"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha