17

529 40 0
                                    

Dengan sangat amat terpaksa, Icha memasuki toilet yang sangat amat Icha hindari.

"Huwweekk. Gila ya, nih cowo-cowo kalo pipis disiram gak sih? Bau banget!"

Icha tadi menyempatkan untuk membeli masker di koprasi sekolah. Dan sebelum masuk ia memakai masker itu.

"Sedikit berkurang lah," ujar Icha.

Icha menjalankan hukumannya, diawali dengan menyiramkan pewangi keseluruh penjuru toilet. Setelah itu ia melanjutkan mengepel seluruh lantai toilet.

"Mau ngapain lo?" tanya Icha ada cowo yang baru masuk toilet.

"Lah kok ada cewe di toilet cowo? Mau mesum ya lo?"

Plak

"Gak liat gua lagi ngepel? Keluar!" perintah Icha.

"Awas ah gua mau bab nih udah di ujung. Nanti kalo keluar disini kan gak lucu!" ucap cowo itu dan langsung berlari kedalam.

Bret

Brot

Prrtt

"Anjir gila ya tuh orang. Mana bau banget lagi ih. Najis!"

Icha melanjutkan hukumannya. Tak lama cowo itu selesai dan keluar. "Makasih ya, iya sama-sama." gerutu Icha. Dan cowo itu hanya melengos pergi begitu saja.

"Monyong tuh cowo! Kampret!"

***

Kriingg

Bel pulang sekolah berbunyi, saatnya semua anak untuk pulang. Tapi berbeda dengan Icha, ia harus menyelesaikan ulangannya yang tertunda.

"Cha, kita nungguin lo aja deh ya," ucap Gita sambil menutup resleting tasnya.

"Gak usah, kalian pulang duluan aja."

"Tapi nanti lo pulang sendiri," ujar Kay.

"Udah biasa." setelah selesai membereskan barangnya Icha langsung memakai tasnya. Dan berjalan keluar bersama kedua sahabatnya. "Gua cabut duluan ya, di tungguin sama mami," lanjut Icha.

"Yaudah, hati-hati ya Cha. Kita berdua pulang duluan!" ujar Kay yang hanya diacungi jempol karena jarak mereka sudah cukup jauh.

Icha berjalan menuju ruang guru untuk menyelesaikan ulangan yang tertunda tadi. Icha berjalan dengan tatapan tajam ke semua orang. Dijamin siapapun yang melihatnya langsung mengkerut.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Cari siapa nak?" tanya Bu Rusmini.

"Nyari Bu Even, Bu Evennya ada Bu?" tanya Icha.

"SINI CHA, IBU DISINI!" teriak Bu Even dari arah belakang.

"Permisih bu," ucap Icha kepada Bu Rusmini.

"Yaudah masuk!" ujar Bu Rusmini.

Setelah itu Icha langsung menghampiri Bu Even yang sudah siap dengan lembar soal ulangan yang tadi di berikan pada kelasnya.

"Nih kamu kerjain. Yang teliti!" ucap Bu Even dan Icha hanya menjawab dengan anggukan. Setelah itu ia duduk dan mengerjakan soal yang diberikan Bu Even.

Icha mengerjakan dengan sangat teliti, karena ia tidak mau kalo nilainya sampai jelek. Tipe anak perfeksionis.

Tok tok tok

"Permisih Pak, Bu!"

"Ada apa Rio?"

Rio, satu nama yang terlintas di telinga Icha yang mampu membuatnya naik darah. Mendengar namanya saja sudah membuat Icha seperti ini, apa lagi melihat mukanya.

"Sama mau cari Bu Even," ujar Rio.

Deg

'Dia mau ngapain kesini?'

"Sini Rio, Ibu di belakang," ucap Bu Even yang berada didepan Icha.

Setelah itu Rio berjalan menuju meja Bu Even, dan terlihat satu siswi yang sedang berada didepannya. Dan Rio hafal sekali dia siapa. Rio tersenyum miring melihatnya.

"Ada apa ya Bu panggil saya?" tanya Rio yang duduk tepat disamping Icha.

"Kamu tuh Yo, niat sekolah gak sih? Liat nih nilai kamu merah semua."

"Pfftt." Icha berusaha menahan tawanya.

"Kalo kaya gini kan Ibu bingung nanti naro di rapot kamu gimana," ujar Bu Even. Icha berusaha untuk tidak tertawa walaupun sebenarnya dihati sudah puas menertawai Rio.

'Tampang doang bagus, tapi otaknya setengah sendok nyam-nyam' gumam Icha.

"Yaudah kamu keluar sana! Ibu cuma mau bilang itu doang. Belajar lagi ya Rio!"

"Iya Bu."

Setelah itu Rio keluar dari ruang guru dan Icha masih terus berkutat dengan kertas ulangannya. Tidak butuh waktu lama untuk Icha menyelesaikan ulangannya.

"Saya udah selesai bu," ucap Icha.

"Loh cepet banget? Kamu bener gak ngerjainnya?" tanya Bu Even curiga. "Bener bu, kalo gak percaya ibu periksa aja!"

"Yaudah ya bu, ulangan saya kan udah selesai. Saya pamit pulang," lanjut Icha sambil mencium tangan Bu Even.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Bu Even masih terus memperhatikan kerjas jawaban Icha. 'Pinter juga.'

***

Icha berjalan menyusuri koridor menuju gerbang, rasanya lelah sekali ia hari ini. Icha merasa jarak antara dirinya dan gerbang sekarang jauh sekali.

Sekolah sudah sepi. Karena dapat dipastikan anak-anak lainnya sudah pulang. Icha terus memperhatikan sekeliling sekolah, sampai pandangannya tertuju pada cowo yang sedang menyenderkan badannya di tembok.

Tepat saat Icha melihat, dia juga melihat Icha. Mereka sempat eye contact sampai Icha memutuskannya terlebih dahulu. 'Dia kan yang nabrak gua tadi'

Icha berjalan dengan santai, melewati cowo itu dengan tidak peduli. Karena Icha tidak pernah mengenal dia. Sampai tiba-tiba ada tanggan yang menahan lengan Icha.

Icha langsung menengok kebelakang untuk melihat siapa pelakunya. Dan ternyata dia. Cowo yang menabrak Icha. "Lepas!"

Cowo itu langsung melepaskan lengan Icha dari genggaman tangannya. "Oke, oke, santai dong! Gua cuma mau kenalan sama lo."

"Gak tertarik!" ujar Icha. Dan Icha ingin melanjutkan jalannya. Tapi lagi-lagi, lengannya ditahan oleh cowo itu.

"Apaan sih? Lepas gak!" bentak Icha.

"Gua gak akan lepasin tangan lo, sebelum lo kasih tau nama lo!" ujar cowo itu.

Untung hari ini ia tidak menggunakan seragan yang ada namanya. Kalo sampai iya, pasti cowo itu sudah mengenalinya.

Dengan sisa tenaga yang Icha punya, ia memelintir tangan cowo itu.

Krek

"Sakit bego!"

"Sekali lagi lo macem-macem sama gua. Gua pastiin lo pulang tinggal nama!"

Dugh

Icha mendorong tubuh cowo itu yang membuat kepalanya terbentur tembok. Setelah itu ia pergi begitu saja meninggalkan cowo yang sedang mengusap kepalanya sendiri.

"Gua pasti bisa bikin lo jatuh cinta sama gua!"

Tanpa Icha sadari, dari tadi ada yang memperhatikannya dari arah gerbang. Duduk manis di atas motor, dengan jaket di pundaknya. Raka melihat semua kejadian itu dari pertama.

Tadinya Raka ingin membantu Icha. Tapi setelah dilihat lagi, Icha pasti bisa membereskan semuanya sendiri. Dan benar, Icha berhasil membuat mulut sampah Fano tertutup.

"Gua jadi makin tertarik sama lo."
______________________________________

Aisha Aileen NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang