Hari ini tepat 2 minggu Icha bersekolah. Dan setiap harinya selalu dibuat kesal oleh cowo yang bernama Raka dkk.
Pagi ini langit sedang tidak mendukung, gelap dan sedikit gerimis. Icha berjalan menyusuri koridor sekolah dengan sesekali mengeratkan jaket yang ia kenakan.
Entah kenapa sejak kembali kerumah ini Icha lebih sering merasa depresinya kembali kumat. Dan niatnya hari ini ia hendak ke rumas sakit untuk kontrol dengan dokter.
Dulu Icha sempat sangat depresi karena ditinggalkan orang tersayangnya. Yang berarti sudah tidak ada lagi yang akan mendengarkan ceritanya. Mamah papahnya? Jangankan cerita panjang, Icha berbicara sedikit saja langsung ditinggal. Icha merasa sangat tertekan.
Pagi ini Icha merasa sedikit pusing, padahal ia sudah sarapan dan minum obat. Tapi kenapa pusingnya tak kunjung hilang. Icha sempat berhenti dan berpegangan pada tembok, karena ia merasa kepalanya kembali berdenyut. Kali ini lebih kencang. 'Gua bakalan tumbang sebelum gua sampai kelas.'
Raka. Tumben sekali hari ini ia berangkat pagi, biasanya 5 menit lagi bel masuk baru datang. Entah kesambet setan apa ia datang pagi.
Dari jauh Raka sudah melihat Icha yang berbeda. Ia terlihat sangat lemas. Raka terus memperhatikan Icha sampai Icha berpegangan ada tembok. Dan Raka langsung menghampirinya.
"Icha," panggil Raka. Karena merasa namanya dipanggil Icha langsung menoleh ke arah sumber suara.
Tes
Satu tetes darah mengenai seragam Icha, dan disusul dengan darah lainnya. Raka yang melihat itu pun panik dan berlari ke arah Icha.
Pandangan Icha mulai kabur dan Icha sudah tidak bisa mendengar apapun, karena dengungan sangat kencang di telinga Icha.
Bruk
Icha jatuh tepat di pelukan Raka. Raka yang melihat itu langsung menyelipkan tangannya di leher dan kaki Icha. Raka menggendong Icha untuk dibawa ke Rumah Sakit.
Untung tadi ia membawa mobil bukan motor. Itu karena suruhan bundanya dengan alasan. 'Hujan nanti kamu sakit.' biasa lah emak-emak emang sedikit rempong.
Raka mendudukan Icha di kursi penumpang, setelah itu ia sedikit berlari untuk masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya keluar sekolah. Ternyata Padil dan Rezi melihat mobil Raka keluar sekolah.
"Lah dia ngapa Dil?"
"Mana saya tau, saya kan Ikan."
"Gua kira anjing."
***
Saat Icha membuka mata, ia langsung disuguhkan dengan bau khas rumah sakit dan ruangan yang serba putih. Icha mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
Setelah Itu ia melihat ke arah samping dan terlihat Raka yang sedang tertidur sambil menggenggam tangannya. Icha melihat muka Raka yang sangat damai saat tertidur. Berbeda sekali saat ia sedang terbangun.
Tanpa sadar saat memperhatikan wajah Raka. Sebuah senyuman manis terukir di wajah Icha. "Rak, Raka."
Raka menggeliat dan terbangun dari tidurnya, setelah itu ia langsung melihat Icha yang sudah terbangun. "Dah bangun?" Icha hanya tersenyum lesu.
Badannya masih terasa lemas. "Makan dulu!" ucap Raka, dan Icha hanya mengangguk. Raka membantu Icha untuk duduk, manyelipkan tanggannya di leher Icha yang membuat jarak wajah mereka sangat dekat. Jantung Icha berdetak lebih cepat.
"Lo tahan napas?" tanya Raka.
"E-engga," jawab Icha dengan gugup.
Raka memundurkan wajahnya dan Icha bisa bernafas dengan lega. Raka menggelengkan kepalanya melihat kelakuan perempuan didepannya ini.
Raka menyiapkan makanan yang tadi diberikan oleh suster. "Nih makan!"
Icha memakan makanan yang diberikan Raka. Dan Raka hanya memperhatikan Icha. Memperhatikan setiap inci wajah Icha yang membuat hatinya memghangat.
"Udah ah pait," ucap Icha seraya memberikan makanannya kepada Raka. Baru 3 suapan yang masuk kedalam mulut Icha. Raka mengerutkan alisnya.
"Dua suap lagi!"
"Gak Raka, gak enak, pait."
"Dua suap lagi Cha!" Icha hanya menggeleng kan kepalanya. Dengan sangat amat terpaksa Raka menyendokan makanannya dan menyuapi Icha.
Icha terus menutup mulutnya. "Dua suap lagi Cha!"
"Pait Raka."
"Nanti abis pulang gua beliin es krim, tapi dua suap lagi dulu." Icha yang mendengar kata es krim pun langsung berbinar. Icha sangat suka dengan yang namanya es krim.
"Bener ya?"
"Iya, yaudah makan dulu dua suap lagi!" Icha menurut dan membuka mulutnya.
Drrtt drrtt
Raka membuka handphonenya yang bergetar. Terlihat jelas nama Rezi disana. Raka mengangkat telponnya dan langsung disambut dengan wajah ke empat temannya. Ada Rezi, Padil, Kay, dan Gita disana.
"Heh lo dimana?" tanya Padil.
"Rumah sakit," jawab Raka singkat.
"Rak, kok Icha gak masuk ya? Lo tau gak dia kemana? Soalnya gua telpon gak diangkat," tanya Kay dengan sangat khawatir.
Raka yang mendengar itu langsung mengarahkan kameranya kearah Icha. Dilihat teman-temannya langsung membulatkan matanya.
"Heh kunyuk, lo ngapain disitu?" tanya Gita. "Kenapa gak ngabarin sih? Gak tau orang khawatir apa?" lanjut Gita.
Icha hanya tersenyum melihat kedua sahabanya yang selalu seperti itu. Ngomel setiap ia tidak ada kabar, tapi nyatanya mereka sangat khawatir.
"Maaf, hp gua di tas soalnya." jawab Icha. Raka memberikan hp nya untuk dipegang oleh Icha, sementara itu Raka kembali menyendokan nasinya. Icha yang merasa sudah dua suap pun protes.
"Katanya dua suap!"
"Satu lagi ini tanggung!" Icha hanya menurut dan kembali membuka mulutnya.
Kalian tau reaksi teman-temannya di sana? Jelas mereka sangat girang melihatnya. Karena baru kali ini Raka bersikap begitu hangat pada perempuan.
"Yaudah nanti pulang sekolah kita kesana!" ujar Rezi.
"Gak usah, bentar lagi pulang," ucap Raka.
Krriinngg
Terdengar bel masuk setelah jam istirahat berbunyi. "Yaudah kita masuk dulu," ucap Kay.
"Iya, eh Git, nanti gua minta catetan pelajaran hari ini."
"Oke," jawab Gita.
"Ayo cepetan bego, sekarang pelajaran si mini cabe, cape gua kalo harus demgerin dia ceramah!" ujar Kay di sana. Icha hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabatnya itu.
"Bye Cha." setelah itu Gita ditarik oleh Kay. Sekarang tersisa Padil dan Rezi.
"Yaudah Rak, gua mau masuk dulu," ucap Padil.
"Masuk mana lo?" tanya Raka.
"Masuk lobang, ya masuk kelas lah bego!" jawab Padil sedikit ngegas.
Tut
Telpon itu mati dengan sepihak, dan pelakunya adalah Raka karena malas mendengarkan ocehan temannya.
Sekarang perhatian Raka kembali pada Icha. "Rak ambilin hp gua dong di tas!"
Raka berdiri dan mencari hp Icha. Tanpa sengaja ia melihat buku kecil seperti diary. 'Cewe bar bar kaya dia suka nulis diary juga?'
"Ketemu gak? Itu loh di depan, yang paling depan," ucapan Icha menyadarkan kembali Raka dari lamunannya.
Setelah menemukan ponselnya, Raka langsung memberikannya ada Icha.
"Lo suka nulis diary?"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha