Duduk menyendiri sudah menjadi kebiasaan bagi seorang Icha. Ia masih merasa pusing dikepalanya, walaupun sudah meminum obatnya. Mungkin karena perutnya belum diisi apapun.
Sesekali Icha memijat kepalanya. Dengan earphome yang setia menempel ditelinganya. Tanpa Icha sadari ada seseorang yang terus memperhatikannya.
Sekarang Icha memutuskan untuk kembali ke kelas. Saat hendak bangun dari duduknya, tiba-tiba ada yang menghampirinya sambil membawa makanan.
"K-kak, ini ada titipan makanan," ucap anak itu dengan gugup. Sepertinya Icha mengenal cowo itu.
"Lo yang nabrak gua tadi pagi kan?" tanya Icha. Anak berkacamata itu hanya mengangguk kaku.
"Dari siapa?" tanya Icha tak menghilangkan muka datarnya.
"A-aku gak tau kak." Setelah itu Icha mengambil makanan dan teh dari tangan anak tersebut. "Sana!"
Setelah anak itu pergi, Icha menatap donat dan teh yang anak iti berikan. Dan tak sengaja matanya menangkap ada seseorang yang terus memperhatikannya.
Aneh. Karena merasa cukup menyendiri, Icha memutuskan tidak jadi ke kelas, melainkan pergi ke kantin untuk menemui kedua sahabatnya.
Setelah Icha melanglah pergi, seseorang yang memperhatikan Icha ikut pergi dari tempat itu.
***
Kantin tampak sangat ramai, hampir seluruh tempat diisi oleh manusia. Icha mengedarkan pandangannya untuk mencari kedua sahabatnya.
Yap, akhirnya ketemu
Dipojok kantin, kedua sahabatnya sedang tertawa dengan dua orang cowo. Icha langsung menghampiri mereka berdua.Brak
Icha menggebrak meja menaruh donat dan teh yang entah dari siapa. "Lo niat ya bikin gua jantungan?," ucap Gita yang kaget setengah mati, karena Gita tepat di samping meja yang digebrak Icha.
"Dari siapa? Bukannya lo abis dari taman belakang?" tanya Kay yang melihat donat dan teh di meja. Karena dari cerita Padil dan Rezi, Icha ketaman belakang tidak membawa apapun.
"Gua gak tau, tiba-tiba ada yang ngasih aja." setelah itu Icha duduk disamping Gita, dan meminum minuman milik Gita.
"Oh iya, kenalin ini Padil, kalo yang ini Rezi," ucap Gita.
"Dean Fadillah, panggil Padil aja."
"Alfarezi Arjune, panggil Rezi aja."
Icha membalas jabatan tangan mereka sambil mengenalkan namanya.
"Aisha Aileen Nathania, panggil Icha aja." setelah itu mereka mengobrol asik. Tak di sangka ternyata Icha asik di ajak ngobrol. Padil dan Rezi kira Icha itu anak yang pendiam dan jutek. Tapi ternyata tidak.
Benar yang dikatakan Raka. "Gak semuanya yang kita lihat itu seperti apa yang kita bayangkan."
"Itu dimakan Cha!" ucap Rezi.
"Gak ah," jawab Icha singkat dengan memasang muka malas.
"Lah? Kenapa?" kali ini yang bertanya bukan Rezi melainkan Kay.
"Siapa tau ada racunnya, nanti gua mati. Kalo gua mati lo semua sedih, kan jadi gak enak gua bikin lo semua sedih," ucap Icha yang membuat mereka berempat memasang muka seolah ingin muntah. Dan setelah itu mereka tertawa.
Di saat mereka sedang asik mengobrol, datang Raka yang entah dari mana. Raka langsung duduk di samping Padil. Dan tepat di depan Icha.
"Abis dari mana lo?" tanya Padil.
"Kepo lo kaya dora," jawab Raka ketus.
Raka terus memandang wajah Icha yang sedikit mirip oleh teman kecilnya. Bukan hanya wajah, tapi kelakuan Icha yang mengingatkan Raka pada teman kecil yang sangat ia rindukan.
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha