"Bukan papah, mamah yang bunuh."
Tak lama Padil dan Rezi datang menghampiri mereka berdua. Menatap aneh pada Icha, karena di dalam ia terlihat seperti iblis tetapi sekarang terlihat seperti kucing.
"Kenapa?" tanya Padil dengan berbisik. Dan tak ada jawaban dari Raka.
"Kita pulang dulu."
***
Sepi seperti tidak ada kehidupan di dalam rumah ini. Kay dan Gita langsung memasukan mobilnya kedalam halaman rumah Icha.
"Sepi banget ya Git," ujar Kay.
"Ya sepi lah gila, kan Icha tinggal sendiri," jawab Gita sambil menoyor kepala Kay. Dan Kay hanya menyengir tanpa dosa.
Brum
Sebelum mereka berdua masuk, mereka di kejutkan dengan motor yang masuk ke halaman rumah Icha.
Kay dan Gita tidak bisa melihat itu siapa karena lampu dari motor itu yang menyilaukan mata.
"LAMPU LO TOLOL!" teriak Kay.
Ketika lampu mati mereka dapat melihat siapa yang datang. Ada 3 motor yang sangat mereka kenal.
Dan satu perempuan yang menyenderkan kepalanya di bahu Raka. Kay dan Gita saling menatap aneh satu sama lain.
"Tolongin bego lo malah diem aja!" ujar Rezi setelah turun dari motornya. Kay dan Gita menghampiri motor Raka dengan ragu. Karena mereka tidak tau siapa perempuan yang dibawa Raka.
Penampilannya sangat hancur, rambut yang berantakan. Baju dengan banyak bercak darah.
"Cha, sayang bangun. Udah sampe," ucap Raka.
Kay dan Gita sontak membulatkan matanya mendengar nama yang Raka sebut. Mereka terkejut karena tenyata itu Icha.
"ICHA," teriak mereka berdua bersamaan.
Icha membuka matanya karena mendengar teriakan kedua sahabtnya.
"Sshh," ringis Icha.
"Awah hati-hati," ucap Raka.
Icha turun dari motor dengan di bantu oleh semuanya. Mereka membawa Icha masuk kedalam rumah layaknya ratu yang tidak boleh tergores sedikitpun.
Luka di wajah dan tangan Icha sudah mengering meninggalkan kerak darah yang masih menempel.
"YA AMPUN MBUL, KAMU KENAPA?" teriak Mbok Jum dari arah dapur.
"Aku gapapa Mbok," jawab Icha dengan senyuman yang menggambarkan seolah ia tidak apa-apa.
"Gapapa gimana. Orang, aduuhhh panjang banget lukanya," kata Mbok Jum dengan segala ke khawatirannya.
"Yowes Mbok ambilin P3K dulu sebentar."
Setelah Mbok Jum pergi Gita dan Kay langsung memusatkan perhatiannya ada Icha. Melihat luka yang cukup panjang dan dalam pada lengan dan wajah Icha.
"Kenapa bisa gini sih?" tanya Gita tak kalah khawatir.
"Panjang ceritanya," jawab Icha.
Kemudian Mbok Jum datang dari arah dapur dengan buru-buru membawakan kotak P3K.
"Nih ayo cepetan di obatin dulu," ujar Mbok Jum.
"Biar Raka aja Mbok."
"Yaudah, Mbok mau balik lagi kebelakang, titip Icha ya," ucap Mbok Jum.
"Siap Mbok tenang aja," jawab Rezi.
"Sini deketan," ucap Raka.
Icha menurut dan mendekat ke arah Raka yang sudah siap mengobati lukanya.
"Gimana ceritanya sih Cha? Pantesan aja tadi gua tiba-tiba mikirin lo," ujar Kay.
"Sshh, ah itu mah lo aja yang kangen sama gua," jawab Icha.
"Kalo gak lagi begini udah gua tampol lo Chaaa," ucap Kay.
Lalu Icha menceritakan semua kejadian dari awal ia di culik sampai keluar ruangan dan pulang.
Kay dan Gita tidak habis pikir dengan Rio. Karena dia bisa senekat itu ingin membunuh orang yang gak bersalah sama sekali.
Setelah selesai Raka membalut luka Icha dengan perban agar tidak ada debu yang masuk kedalam.
"Gila ya tuh cowo. Bisa-bisanya dia pengen bunuh lo," ujar Gita dengan wajah yang menahan kesal karena sahabatnya sudah terluka.
"Intinya kita harus hati-hati banget sama Rio. Dia bisa nekat kapan aja, terutama lo Cha," ucap Padil dan Icha hanya mengangguki perkataan Padil.
***
"AARRGGHH. SIALAN, INI GIMANA GUA BUKANYA. BANGSAT LO ICHAA."
***
Waktu sudah menunjukan pukul 01.30 tapi entah kenapa Icha tidak bisa tidur dengan tenang. Ia terbangun tepat di pukul 00.00 sampai sekarang tidak bisa tidur lagi.
Setelah mencari berita tentang pembunuhan tahun kemarin tepatnya pada tanggal 26 April 2020. Tidak ada keterangan tentang orang yang membunuh. Hanya ada lokasi kejadian.
Icha yakin orang tuanya pasti sudah menutup itu semua dengan uangnya.
"Perumahan Asyara, Blok E7/28. Gua harus kesana, semoga ada bukti yang masih tertinggal."
Icha masih tidak bisa tidur memikirkan itu semua, memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi.
Karena merasa bosan akhirnya Icha memutuskan untuk menelpon Raka. Tetapi sudah sekitar 5x Icha menelpon tidak ada jawaban sama sekali.
Karena sudah putus asa Icha menaruh hp nya di atas meja dengan sedikit kencang karena kesal dengan Raka.
"Najis gua mah, kebo banget sih tuh cowo. Dia gak denger apa kalo hp nya bunyi? Aaahhh ngeselin."
Icha menutup wajahnya dengan bantal menahan rasa kesalnya dengan Raka, kalau tidak sudah ia sudah tariak sekencang-kencangnya.
Tapi tak lama kemudian hp nya berbunyi menandakan ada yang menelpon. Icha langsung mengambil hp nya dan ternyta itu Raka.
"Halo sayang."
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha