30

380 35 0
                                    

Icha menggelengkan kepala, dengan perlahan Icha membuka kotak itu. Yang ternyata berisi boneka yang berlumuran darah dengan kepala dan badan yang terpisah. Itu benar darah bukan cat merah.

Icha mengerutkan dahinya dan ia melihat ada secarik kertas didalamnya, kemudian Icha mengambil kertas itu yang bertuliskan.

'Nyawa lo akan sama kaya boneka ini! Ucapkan selama tinggal baby!'

Seketika tubuh Icha menegang, tangannya gemetar bibirnya berubah menjadi pucat.

Seketika matanya berubah menjadi biru.

"Sebelum lo nyentuh ade gua, gua pastiin lo bakalan mati lebih dulu ditangan gua!"

***

Tidak biasanya Icha berangkat sekolah lebih awal, biasanya mepet waktu atau gak pas waktu.

Lorong sekolah masih terlihat sepi, Icha berjalan sambil membawa kotak hitam yang semalam ia teriam. Karena Icha merasa kalo ia harus memberi tau ini kepada teman-temannya.

Namun saat Icha berjalan ia dikejutkan dengan bunyi geseran kursi. Ia menengok ke arah kelas XI IPA 2 itu adalah kelas Raka dkk.

Tidak ada orang hanya ada noni belanda yang biasa ia lihat di dalam kelas, Icha hanya menganggukan kepala sedikit dan lanjut berjalan ke arah kelasnya.

Tapi lagi-lagi ia dikejutkan dengan seseorang yang baru keluar dari kelasnya, menggunakan pakaian serba hitam.

Sebelum itu Icha sempat mengecek kakinya dan ternyata napak, berarti itu manusia.

"Untung napak. Gak setan gak manusia bikin gua jantungan mulu."

Karena penasaran Icha mengikuti orang tersebut dan tanpa sadar ia sampai di taman belakang yang masih sangat sepi. Sekarang hanya ada dia dan Icha.

Icha mengumpat dibalik tembok sambil memasang kuping karena Icha merasa ada yang tidak beres.

"Tugas gua udah selesai."

"..."

"Oke gua tunggu!"

Icha mengerutkan dahinya. Tugas? Maksudnya PR?

Tak lama cowo itu membuka tutupan kepalanya dan Icha dapat melihat jelas wajah cowo itu.

"Fano?"

Waktu itu ia mengetahui nama Fano karena ada di seragam cowo itu.

"Ngapain dia kesini? Dia bukan anak sekolah sini kan?" tanya Icha pada dirinya sendiri.

Lalu kemudia Fano pergi dari sana dan Icha keluar dari tempat persembunyiannya. Karena bingung akhirnya Icha memutuskan untuk kembali kekelasnya.

***

Ternyata kelas sudah lumayan ramai, bahkan sudah ada Gita dan Kay berserta Raka dkk. 'Tumben banget main kesini.'

Icha berjalan ke mejanya dan menaruh kotak itu hingga membuat bunyi yang lumayan kencang. Kay yang tertidur langsung bangun karena terkejut dengan suara yang Icha ciptakan.

"Lo niat bikin gua jantuangan Cha?"

Icha tidak menjawab ia malah duduk dibagkunya. Semua menatap Icha aneh.

"Tadi pagi kemana? Gua jemput dirumah kata Mbok Jum udah jalan, tapi pas gua sampe sekolah lo belom ada?" tanya Raka.

Padil dan Rezi saling melirik mendengar ucapan Raka. Gita masih terus memperhatikan kotak itu dan muncul rasa penasarannya. Sedangkan Kay sibuk menguap karena ia masih mengantuk soalnya semalem ia maraton nonton drama kesukaannya.

"Buka dulu kotaknya!" perintah Icha. Gita yang sangat penasaran pun langsung mengambil dan membuka kotak itu.

"Aaaaa," teriak Gita yang membuat semua pasang mata teralihkan melihatnya.

Kemudian semuanya mendekat dan melihat apa isi dari kotak itu. Padil mencolek darah itu dan menciumnya.

"Darah bukan cat," ucap Padil dan mendapat anggukan dari Rezi.

Raka melihat ada kertas didalamnya pun langsung mengambil kertas itu. Betapa terkejutnya ia membaca tulisan yang tertera di kertas itu.

'Nyawa lo akan sama kaya boneka ini! Ucapkan selama tinggal baby!'

Dengan kompak semuanya langsung mengerutkan dahi dan melihat kearah Icha dengan penuh tanya.

"Siapa yang kirim?" tanya Raka.

"Gak tau, Mbok Jum kemaren bilang kata masnya nama pengirim gak boleh dikasih tau," jelas Icha yang membuat mereka semakin bingung.

Kemudian Icha teringat sesuatu, ia langsung mencari di loker mejanya dan ketemu. Botol minum dan donat dengan tulisan di depan botolnya.

'Dimakan ya, gua tau lo belom sarapan'

"Dari siapa Cha?" tanya Rezi.

"Fano. Tadi pagi dia kesini, gua ngeliat pake baju serba item, pake penutup kepala juga. Gua tau itu Fano waktu dia buka penutup kepalanya di taman belakang."

"Terus dia sempet nelfon seseorang tapi dia bilang tugasnya udah selesai. Abis itu dia pergi."

Sontak semuanya langsung membulatkan mata, karena mereka hanya tau kalo Fano membenci Raka.

"Ada masalah apa sama Fano?" tanya Padil.

"Gua gak ada masalah apa-apa sama dia. Gua juga gak ngerti," ucap Icha.

Seketika semua terdiam sampai terdengar bel masuk kelas berbunyi.

***

Bel pulang sekola baru saja berbunyi, dan Icha baru keluar dari perpustakaan. Karena seperti biasa jika ulangan pasti Icha akan keluar kelas lebih dulu.

Icha ke perpustakaan bukan untuk belajar, tapi untuk tidur. Tidak banyak orang yang menyadari kalo perpustakaan adalah tempat yang pas untuk tidur.

Icha berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya. Tapi di pertengahan ia melihat Rio yang ternyata juga memperhatikannya.

Dan Icha langsung teringat ucapan Raka agar berhati-hati dengan Rio. Icha jalan dengan santai melewati Rio.

Sampai satu tarikan tangan berhasil memberhentikan langkah Icha. Dan pelakunya adalah Rio. Icha membalikan badannya dan langsung menatap tajam mata Rio, satu hempasan berhasil membuat tangan Icha lepas.

"Apaan sih?" tanya Icha.

Rio mendekatkan dirinya pada Icha.

"Gua cuma mau minta maaf sama lo, soalnya dari kemaren gua sering ganggu lo," ucap Rio.

"Lo mau kan maafin gua?" lanjutnya.

Icha memutarkan bola matanya malas. Dan menarik nafas dalam.

"Gini ya Rio. Pertama, awalnya kita gak saling kenal dan lo sok kenal sama gua, jijik tau gak. Yang kedua, gua gak pernah ada urusan sama lo gua gak ada masalah sama lo. Jadi stop ngeganggu hidup gua. Ngerti lo?" ucap Icha dengan penuh penekanan.

Kemudian Icha berjalan meninggalkan Rio. Dan lagi-lagi tangan Icha ditarik, namun kali ini cengkramannya lebih kencang hingga membuat Icha sedikit menringis.

"Apaan lagi sih? Lepasin gua!"

"Gua gak akan lepasin lo sebelum lo maafin gua."

Icha berusaha mengatur emosinya jangan sampai Felix menguasai dirinya, karena ia tak ingin banyak orang yang tau tentang ini.

Plak

"Santai aja dong bro, gak usah pake otot!"
______________________________________

Aisha Aileen NathaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang