"Kamera?"
Aneh, ada kamera di pojok ruangan yang sudah terlapisi debu yang sangat tebal.
Icha hendak menghampiri kamera itu untuk di lihat, siapa tau disana ada bukti yang menunjukkan tentang siapa pembunuhnya.
"Bapak tinggal gapapa neng?" ucap Bapak itu secara tiba-tiba.
"Astagfirullah."
"Aduh maap neng, jadi kaget deh."
"Iya gapapa Pak."
"Yaudah Bapak tinggal ya neng."
"Iya pak."
"Kuncinya nanti biarin dulu aja."
"Okeh."
Setelah bapak itu pergi, Icha melanjutkan jalannya menghampiri kamera.
"Ambil!" bisik Felix.
Icha sempat terkejut karena Felix membiskikannya tepat di telinga Icha.
"Kaget gua, jangan ngagetin napa. Gua kira yang lain. Kalo bukan setan udah gua tabok lo."
Dengan tangan yang sedikit gemetar. Akhirnya Icha mengambil kamera itu. Berusaha menyalakan kamera itu, dan ternyata batrai kameranya habis.
Icha mengacak-acak laci yang ada disana untuk mencari charger kamera itu.
Akhirnya ketemu, dengan cepat Icha langsung mengecas kamera itu dan menunggu sampai sedikit terisi. Sambil menunggu ia melanjutkan keliling rumah itu.
Masuk kedalam kamar yang dapat di pastikan itu adalah kamar Rio dulu. Karena ada tulisan 'Kamar Rio'di depan pintunya.
Kamar yang masih tersusun rapih. Masih banyak barang di dalam kamar itu, Icha menjelajah melihat sekeliling kamar Rio.
Melihat foto keluarga yang sangat hangat. "Ternyata Rio punya adik perempuan."
Kemudian Icha melanjutkan berkeliling rumah memasuki setiap ruangan yang siapa tau memiliki bukti tentang pembunuhan itu.
Setelah lelah berkeliling rumah yang tidak bisa di bilang sedang, tapi besar ini, akhirnya Icha memutuskan untuk kembali ke tempat awal. Tempat dimana ia mencas kamera yang ia temukan.
"Huh gila, cape juga ya. Ni rumah ada pembantunya gak ya? Kalo gak ada sih ih gila pegel banget nyapu ngepelnya."
Icha mengambil kamera itu dan menyalakannya. Ada 3 vidio didalam sana, dengan teliti Icha mengecek satu persatu rekaman vidio itu.
Icha membuka vidio yang pertama, itu berisi semua keluarga besar Rio sedang berkumpul di sini.
"Banyak juga ya keluarganya. Andai gua bisa begini, pasti seneng banget. Ah tapi yaudah lah, gua sekarang cuma punya diri gua sendiri."
"Eh iya lupa, sama Raka. Maap ya sayang lupa kesebut."
Di vidio kedua berisikan keluarga kecil Rioa yang sedang berlibur dipantai. Entah kenapa melihat itu air mata Icha tiba-tiba turun dengan bebas.
Icha tidak pernah merasakan di peluk, di sayang, di cium oleh kedua orang tuanya. Icha ingin merasakan menjadi anak seperti anak-anak yang lainnya.
Dengan segera Icha menghapus air matanya, menahan rasa sedihnya. Icha selalu sedih ketika melihat anak kecil yang sangat akrab dengan orang tuanya. Karena ia tidak pernah merasakan itu sejak lahir.
Kemudian dengan memantapkan hati, Icha membuka vidio ketiga, alias terakhir yang ada di kamera itu.
Awalnya hanya ruangan kosong, dan datang lah mamah Rio dan papahnya dengan mamah Rio ditutup matanya. Seperti ingin memberi kejutan. Hanya ada mereka berdua, tidak ada Rio dan adiknya.
Ada kue di atas meja, mereka makan dengan sesekali tertawa. Bercanda, mengobrol dengan asiknya. Sampai tiba-tiba suara dobrakan pintu terdengar.
Brak
Masuk 3 orang kedalam rumah dengan menggunakan senjata tajam. Ada yang membawa pisau, gunting, sampai dengan pistol.
Icha tidak tau 3 orang itu siapa. Icha terus menonton sampai akhirnya kedua orang tua Rio tertembak dan jatuh.
Belum selesai disitu ketiga orang ini menusuk orang tua Rio dengan sadisnya. Menusuk berulang kali sampai banyak darah yang tercecer dilantai.
Setelah itu mereka meninggalkan orang tua Rio begitu saja. Sampai akhirnya datang kedua orang tua Icha.
Mereka berdua terkejut melihat dua orang yang sudah tidak bernafas. Disaat sedang panik-paniknya, warga datang mengerumuni mereka. Dan dengan cepat langsung ada polisi. Kemudian vidio itu habis. Mungkin karena kehabisan daya.
Icha dapat bernafas lega setelah mengetahui fakta ini. Ia memasukkan kamera itu kedalam tasnya menyimpan dengan sangat rapat agar tidak hilang.
Dengan ini ia dapat membuktikan kepada Rio kalau bukan orang tuanya yang membunuh kedua orang tua Rio.
Dengan perasaan lega, Icha berjalan keluar dan membiarkan kunci itu tergantung seperti yang bapak itu bilang. Sebelum pulang ia menuliskan sesuatu di kertas agar bapak itu mengetahui kalo dirinya sudah pulang.
'Bapak saya sudah pulang'
Lalu ia menjalankan motornya menuju rumah. Istirahat sebentar dan kemudian berniat menemui Rio untuk memberika bukti itu.
***
Tok tok tok
"Assalamualaikum," ucap Raka.
Raka sengaja mengunjungi rumah Icha karena Icha tak kunjung membalas pesannya.
Dan kebetulan Mbok Jum sedang tidak ada di rumah, Mbok Jum lagi di pasar membeli kebutuhan dapur.
"Assalamualaikum, Mbok."
Tak kunjung ada jawaban dari dalam rumah. Sementara itu pintu di kunci, dan Raka memutuskan menunggu di depan rumah Icha.
Tak lama motor Icha memasuki halaman rumah, Raka membulatkan matanya melihat Icha berkeliaran dirumah. Karena ia taunya kalo Icha sakit.
"Kamu dari mana?"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Aileen Nathania
Teen Fiction"Disaat semua orang menjadi api. Lo harus memposisikan diri lo sebagai air, bukan sebagai angin!" -Raka "Kadang kita harus mundur sedikit, supaya bisa melangkah lebih jauh kedepan." -Aisha