3.5K 461 36
                                    

"Renjun-ah, bangun sayang. Sudah waktunya sarapan" ujar Seungwan membangunkan pria kecil yang masih bergemul dengan selimut besarnya itu. Seungwan tersenyum kecil melihat tingkah lucu sang anak.

"Sebental bunda, aku macih ngantuk, ngh" ujarnya dengan aksen cadelnya. Ya begitulah Son Renjun. Anak semata wayangnya bersama sang mantan kekasih.

Sudah 4 tahun berlalu, ia sudah mengalami yang namanya pahitnya hidup dan bahagia membuncah ketika melahirkan seorang bayi lelaki yang sangat tampan dan juga imut. Seungwan bersyukur bahwa anaknya terlahir dengan selamat dan sehat, meskipun tak ada siapapun yang menemaninya. Sahabatnya Seulgi pun tak bisa hadir karena ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Beruntunglah ia bertemu dengan tetangganya, sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Dengan mereka, akhirnya Seungwan di antarkan ke rumah sakit untuk persalinan.

"Bangun sayang. Kau tau bukan hari ini bunda akan mengantarmu ke sekolah? Jadi, ayok mandi dan setelah itu sarapan, oke" ujarnya mengelus surai coklat sang anak. Renjun mengangguk malas dan memeluk sang bunda manja.

"Sebental bunda, cekali ini caja njun memeluk bunda. Injun lindu bunda" ujarnya dengan mata terpejam, mencari kenyamanan dalam pelukan sang bunda. Seungwan tersenyum sendu mendengar ucapan anaknya itu. Ia merasa bersalah.

Renjun memang sedari umur 1 tahun sudah ia titipkan kepada tetangganya karena Seungwan harus bekerja di sebuah cafe untuk mengisi panggung untuk menyanyi. Untuk pagi hari ia akan bekerja bersama tetangganya itu sebagai penjaga toko bunga hingga sore hari. Setelahnya, ia akan bekerja di sebuah cafe untuk menyanyi. Tentunya Renjun tak akan ikut karena itu terlalu berbahaya untuknya apalagi ia bekerja malam hari. Pasti anaknya aka merengek karena kelelahan. Jadi, Seungwan menitipkan anaknya itu kepada tetangga yang mempunyai anak berumur sama dengannya.

"Bunda, bolehkah njun beltanya?" tanya Renjun melepas pelukannya. Seungwan mengangguk dan tersenyum lembut. "Kau mau bertanya apa, sayang?" ujarnya.

"Dimana ayah, bunda? Njun ingin beltemu dengan ayah" ujarnya sedih. Seungwan merasa hatinya mencelos, ia bahkan melupakan fakta itu. Pasti ada saat Renjun bertanya mengenai ayahnya. Seungwan bingung harus menjawab apa.

"Kenapa Injun bertanya seperti itu, hm?" tanyanya seraya mengelus surai coklat itu sayang. Renjun menunduk dengan memainkan selimut yang membalut dirinya.

"Injun hanya beltanya saja bunda, soalnya kemalin eno beltanya kepada Injun. Ia tanya dimana ayah Injun, kalena ia tak pelnah beltemu ayah Injun? Jadi, Injun beltanya kepada bunda deh" ujarnya.

Seungwan tersenyum getir dan memeluk bocah berumur tiga tahun itu. Ia merasa bersalah atas semua ini, seharusnya Renjun memang memiliki keluarga yang lengkap tetapi karena sang ayah tak mau bertanggung jawab beginilah nasibnya. Tanpa ia sadari Seungwan menitikkan air matanya, melihat sorot kesedihan dari mata anaknya dan juga nasib hidup anaknya tak sebagus anak yang lain.

Semenjak Chanyeol tidak mau bertanggung jawab dan ia di usir dari rumah, ia langsung mengganti nomor telepon dan memblokir semua akses yang bersangkutan dengan mereka. Katakanlah Seungwan berlebihan, tetapi demi mentalnya untuk sang jabang bayi kala itu, ia harus melakukan hal tersebut dan di bantu oleh Seulgi untuk melupakan tragedi yang terjadi.

Dan sampai 4 tahun berlalu, Seungwan tidak tau keadaan ayah dari anaknya serta keluarganya. Ia tak tau sama sekali. Sebenarnya Seungwan ingin menemui keluarganya tetapi ada rasa takut begitu tinggi untuk menghadapi mereka apalagi membawa sang anak kehadapan orang tuanya. Seungwan tak masalah jika hanya dirinya yang disakiti karena ia sudah terbiasa tetapi ia takut bahwa Renjun yang akan di sakiti oleh mereka. Seungwan tak mau itu terjadi kepada anak kesayangannya. Sudah di rawat dengan kasih sayang tetapi disakit oleh orang lain.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang