열여덟

2.1K 324 50
                                    

Semenjak kejadian saat ia bertemu dengan Nyonya Park, Seungwan selalu waspada ketika ia pergi kemanapun. Ia tak akan melupakan bagaimana sifat buruk Nyonya Park tersebut. Sifat tak mau dipandang rendah dan selalu ingin menangnya.

Tetapi sudah hampir 3 bulan tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang dialami olehnya, keadaan masih sama seperti biasanya. Dan itu membuat Seungwan merasa bisa bernafas lega. Anaknya masih bisa terlindungi dari jangkauan keluarga sang ayah kandung.

Untuk sekarang ia sedang bersiap-siap untuk pergi menuju rumah orang tuanya. Sang ibu, Nyonya Son menyuruh Seungwan beserta Renjun kecil untuk mengunjungi mansion mereka. Karena mereka sangat merindukan keberadaan anak gadis yang sempat mereka buang kala itu. Seungwan yang awalnya ingin menolak tetapi tak jadi karena Renjun begitu antusias untuk bertemu dengan kakek beserta pamannya, Doyoung. Alhasil, Seungwan menyanggupinya.

Seungwan mengunjungi keluarganya mungkin tak begitu lama karena ia juga harus bekerja di cafe bar tersebut. Seraya menitipkan Renjun kepada keluarga Kim tetangganya itu. Ia tak akan menitipkan Renjun dirumah orang tuanya, karena ia takut merepotkan atau yang lebih parahnya ia tidak diperlakukan dengan baik. Pikiran buruk tentang anaknya itu yang akan ditolak oleh keluarganya masih saja mengawasi otak Seungwan dan rasa ketidak percayaan pun masih ia tanamkan dalam otak paling dasar.

"Bunda! Ayo cepat! Injun tidak cabal ingin pergi ke lumah halmeoni dan halabeoji. Oiya beltemu dengan Doyoung hyung uga" ujarnya seraya menarik Seungwan dari duduknya. Ia masih mematut dirinya di depan cermin. Seungwan tersenyum geli melihat Renjun yang begitu bersemangat itu seraya mengelus surai anaknya gemas.

"Iya sayang, sebentar ya. Bunda harus menyiapkan beberapa bingkisan yang harus kita bawa untuk harabeoji dan halmeoni. Supaya mereka senang, oke?" ujar Seungwan lembut dan langsung di angguki oleh sang anak. Mereka pun langsung keluar dari kamar dan tak lupa mengambil beberapa kue ringan yang ia pesan pada Joohyun dua hari lalu.

Untung saja Joohyun sedang tidak repot, maka ia bisa membuatkan kue untuk kedua orang tuanya tersebut. Seungwan tersenyum kecil melihat kue kesukaan sang ayah dan juga ibunya. Kue kering yang sering ibunya buat jika beliau sedang bosan atau senggang. Seungwan jadi merindukan kenangan masa lalu.

"Bunda! Ayok ini hali cudah cemakin cole. Ppali!" pekik Renjun kesal karena sang ibunda tak kunjung melangkahkan kaki untuk pergi dari kediamannya. Seungwan terkekeh kecil dan langsung membawa kue tersebut di tangannya.

"Anak bunda ternyata tidak sabaran, hm? Ayok kita pergi!" ujar Seungwan seraya mencubit pelan pucuk hidung Renjun dan mendapat kekehan sang anak. Mereka pun pergi menuju mansion Keluarga Son tersebut.

-SINGLE'S MOM-

Diperjalanan Renjun terus bersenandung ria, ia akan selalu menyanyikan lagu anak-anak yang Seungwan putar di dalam mobilnya. Ia pun turut ikut bernyanyi bersama Renjun sesekali mereka tertawa bersama karena merasa itu lucu. Renjun bahagia terlihat dari pancaran mata yang terus berbinar dan itu membuat Seungwan merasa bahagia juga.

Sampai di daerah perbatasan menuju District Gangnam, suasana begitu ramai disana. Jalanan pun berubah menjadi padat. Renjun yang melihatnya hanya diam sesekali ber-oh ria melihat daerah Gangnam yang terkesan elite dan modern tersebut.

"Bunda, Injun ingin pipis" cicitnya seraya memegangi bagian depannya menahan air seninya. Seungwan kebingungan, dimana ia harus menemukan toilet umum di sekitaran sini.

"Sebentar ya sayang, bunda carikan dulu di maps" ujar Seungwan menepikan sejenak mobilnya dan mulai mencari toilet umum di peta mobilenya.

Tak lama ia menemukan toilet umum dan itu tak jauh dari ia menepi tadi. Toilet tersebut pun dekat dengan pemakaman kremasi. Akhirnya, ia dan Renjun menuju toilet tersebut dengan Renjun yang selalu mengeluh sudah tak tahan.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang