스물 여덟

1.8K 218 47
                                    

Pukul 2 malam, Seungwan terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling terlihat sangat gelap hanya sinar bulan yang sengaja ia buka jendelanya agar udara malam memasuki ruangannya bersama sang anak. Beruntung musim kali ini adalah musim panas jadi ia tak perlu merasa kedinginan karena udara yang memasuki pori-pori kulitnya. Malam ini ia masih menemani Renjun karena anak itu tidak bisa ditinggal walau hanya satu menit saja. Ia pasti akan langsung menangis dan meraung jika tidak melihat sang bunda dalam jangkauan penglihatannya.

Seungwan menyibakkan selimutnya seraya turun dari kasurnya secara perlahan agar sang buah hati tak terbangun. Ia merasa tenggorokannya sangat kering layaknya digurun sahara. Ia menyelimuti tubuh sang anak dan pergi meninggalkan kamar tersebut secara perlahan. Seungwan melihat keadaan yang begitu sepi, sunyi, dan mencekam.

Lampu-lampu pun sudah di matikan secara keseluruhan hanya satu lampu yang dinyalakan dan itu hanya dibagian lorong entah lorong apa itu dan Seungwan tak memperdulikanmya, yang ia pedulikan hanya meminum segelas air dan kembali ke kamar.

Ia menuruni tangga sedikit terburu-buru, bulunya meremang seketika mengingat bahwa ia berada dirumah penjahat kelas kakap tersebut. Ia menyalakan lampu dapur dan langsung mengambil gelas kaca yang berada di lemari gelas. Seungwan menuangkan air dingin tersebut dan mulai meminumnya. Ia harus cepat-cepat menuju kamar takut-takut sang anak menangis dengan keras.

Prang!

Gelas yang ia pegang terjatuh dan menimbulkan pecahan kaca pada gelas itu. Air yang masih setengah pun sudah membanjiri keramik dibawah kakinya. Pelukan pada pinggangnya membuatnya terkejut bukan main, ia tau pemilik tangan ini tetapi sungguh ia benar terkejut sampai-sampai jantungnya berhenti berdetak walau satu detik.

Chanyeol menyamankan pelukannya di pinggang Seungwan walaupun tubuh gadis itu menegang kaku. Chanyeol mengelus perut rata Seungwan dengan bergumam tentang anak yang akan dikandung Seungwan semoga baik-baik saja. Seungwan yang mendengarnya muak tetapi ia masih terdiam kaku.

Chanyeol melepas pelukannya, melirik gelas kaca yang pecah akibat Seungwan melepasnya. Ia mengambil gelas lain dan meminum air mineral dingin yang Seungwan letakkan di meja makan. Seungwan memutar tubuhnya dengan kaku seraya menatap Chanyeol kosong.

"Aku kira tadi kau penyusup, tetapi ketika aku dekati ternyata dirimu sayang. Kenapa belum tidur, hm? menungguku?" ujarnya seraya menarik Seungwan untuk duduk di pangkuannya. Mau tak mau, ia harus menurut agar singa dalam tubuhnya tak terbangun dan kembali melakukan hal buruk lagi.

"A-aku haus tadi. Dan kebetulan di kamar tidak ada air minum" ujarnya gugup karena ketakutan karena Chanyeol sudah mulai mengendus leher jenjangnya.

Chanyeol mencium leher itu dengan kecupan-kecupan kecil dan menghirup tubuh Seungwan yang harum akan bunga lavender. Ia ingat bahwa di setiap kamar mandi, ia akan menyediakan sabun berwangi lavender tersebut karena Seungwan menyukai harum itu.

"Kau wangi, aku suka. Wangimu sudah menjadi favoritku sejak dulu dan itu tak pernah berubah" ujarnya disela-sela mencium kilat leher itu. Seungwan mencengkram piyama depannya karena takut Chanyeol melakukan hal itu lagi, ia tak suka dilecehkan seperti ini.

"Jangan pernah meninggalkanku karena kau hidupku Seungwan. Jika kau berniat meninggalkanku, jangan salahkan aku jika suatu saat nanti ada kabar berita bahwa orang terdekatmu tewas" lanjutnya dengan nada mengancam. Seungwan terpaksa mengangguk kecil karena yang ada di pikirannya hanya keluarganya saja.

"Ayo tidur. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi" ujarnya seraya menggendong Seungwan seperti koala. Seungwan memekik tertahan dan memohon untuk diturunkan tetapi Chanyeol tak peduli.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang