스물 아홉

1.7K 216 44
                                    

Satu bulan sudah Seungwan melewati kesehariannya berada di mansion Park tersebut. Walaupun cukup nyaman tetapi tetap saja rasanya Seungwan merasa tercekik dan tidak bebas. Bagaimana tidak merasa seperti itu, jika setiap pergerakan dan keberadaannya akan terus dipantau serta diberitahukan kepada sang Tuan Besar. Ia tersiksa.

Apalagi selama satu bulan ini, Renjun terus merengek untuk pulang dan ingin bermain bersama sahabatnya, Jeno. Tetapi apa daya, Seungwan tak bisa menuruti apa mau dari sang buah hati. Ia terus merasa bersalah karena membawa sang anak kepada Raja iblis tersebut. Untung saja Renjun tipikal anak yang mudah menurut dan mengerti kondisi. Jadi, Seungwan tak begitu stress untuk sekadar mendengarkan rengekan meminta pulang sang anak.

Satu bulan ini jugas surat yang dikirimkan oleh dirinya tak kunjung mendapatkan jawaban. Ia merasa cemas tetapi satu sisi ia berfikir mungkin mereka merencanakan sesuatu untuk dirinya. Dalam suratnya Seungwan memang berkata untuk tidak terlalu gegabah dan mengambil cara yang mudah namun mematikan.

Ia meminjam salah satu nama maid yang bekerja pada mansion ini. Awalnya gadis berambut blonde itu tidak memberikannya dan merasa curiga tetapi pada akhirnya, ia memberikan namanya juga. Caroline nama maid tersebut. Gadis berkebangsaan ganda, Korea dan juga Inggris.

"Sudah satu bulan ini mereka tak mengirimkanku pesan balasan. Aku sedikit khawatir jika Chanyeol mengetahui perlakuanku ini. Semoga saja tidak" gumamnya yang duduk di pinggir kasurnya.

Semenjak pagi tadi setelah sarapan bersama tentunya bersama Chanyeol, Seungwan memilih berada di kamar bersama sang anak. Ia malas untuk sekedar mengenali sisi dan sudut mansion Park ini, sementara sang anak memang lebih suka di dalam kamarnya dan menggambar seperti biasa.

Ia diberi satu set alat menggambar oleh Chanyeol, entah apa motifnya Seungwan tidak tau. Yang terpenting, pria itu tak menyakiti anaknya kembali. Renjun awalnya tak mau menerima hadiah tersebut tetapi karena Chanyeol seperti memaksa untuk menerimanya, ia pun mengambil alat gambar itu dengan takut-takut. Chanyeol tersenyum senang akan hal itu. Jadilah, setiap ia merasa bosan akan menggambar pada alat menggambarnya tersebut.

"Bunda, cantik tidak?" tanya Renjun yang memperlihatkan hasil gambarannya. Seungwan tersenyum manis dan mengangguk.

"Cantik sayang. Bunda bertanya boleh? Kalau boleh tau gambar ini maksudnya apa Injun?" tanya Seungwan seraya memangku Renjun.

Renjun berfikir sejenak dan terkikik geli. Sepertinya anak ini memikirkan hal yang menyenangkan, batinnya. Seungwan tersenyum akan tingkah Renjun yang terkadang imajinatif tersebut.

"Ini adalah pemandangan di culga. Ini adalah istana tempat ayah belada dan ini adalah ayah. Injun yakin cekali kalau ayah bahagia di culga, apalagi punya istana yang cantik dan Bagus cepelti ini hihihi. Injun lindu ayah dan cayang ayah juga!" ujarnya dengan senyum lebarnya seraya memeluk buku gambar tersebut.

Senyum Seungwan meluntur seketika dan digantikan dengan tatapan sendu. Andai Renjun tau sebenarnya bahwa ayahnya belum meninggal dan paman yang memberikan satu set alat gambar itu adalah ayahnya. Tapi Seungwan akan selalu menutupi hal itu dari anaknya, mungkin hingga Renjun sudah mengerti situasi dan kondisi. Ia tak mau mental sang anak kembali terguncang.

Seungwan mengelus surai itu sayang seraya menciumnya. Ia sangat menyayangi bocah mungil nan menggemaskan tersebut. Anak semata wayangnya dan hidup matinya. Son Renjun, buah hatinya. Walaupun resiko akan menghampirinya, ia akan berjuang demi sang anak. Seungwan sudah berjanji pada dirinya. Walaupun anak ini adalah hasil tidak di inginkan dalam hidupnya maupun sang ayah tetapi kasih sayang Seungwan melampaui kasih sayang pada dirinya sendiri karena Renjun adalah dunianya saat ini.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang