3.8K 467 10
                                    

Seungwan sudah sampai di apartemen sahabatnya. Ia sudah memencet bel berkali-kali tetapi belum ada jawaban. Apalagi diluar keadaan sudah hujan, Seungwan sempat kehujanan tadi menuju ke apartemen Seulgi. Dan ia butuh baju kering untuk menghangatkan tubuhnya dan juga sang jabang bayi.

Tak kunjung di buka, Seungwan memutuskan untuk tetap menunggu di depan pintu. Mungkin saja Seulgi sedang berada di luar untuk urusan penting. Jadi, tak apa ia menunggu di depan pintu bercat abu-abu tersebut. Makin lama, badannya semakin menggigil. Udara yang begitu kencang menerpa dirinya yang begitu rapuh. Jadilah, dirinya yang mengigil. Ia terus menggosokkan tangannya untuk mendapatkan kehangatan tetapi tetap saja masih menggigil kedinginan.

Ia ingin menelpon Seulgi tetapi tak bisa karena batrai ponselnya sudah habis. Sungguh malang nasibnya ini.

"Astaga Seungwan!" pekik seseorang dan langsung memeluk tubuh mungil Seungwan yang sudah sedingin es itu. Seungwan tersenyum kecil ketika melihat Seulgi sudah berada di hadapannya.

"Maafkan aku. Aku tadi habis dari mini market untuk membeli bahan makanan ketika kau ingin menginap disini. Ayo masuk ke dalam" ujarnya membopong Seungwan seraya membuka password apartemennya. Seungwan yang sudah kedinginan hanya mengangguk lemah.

Seulgi langsung berlari ke arah kamarnya setelah menaruh Seungwan di sofa ruang tamu. Sungguh, ia menyesal tidak memberitahukan Seungwan terlebih dahulu bahwa ia sedang berada di luar karena persediaan makanan di rumahnya sudah menipis. Seulgi merutuki kebodohannya.

Setelah menemukan handuk kering dan juga satu stel baby doll berwarna lilac, Seulgi langsung menghampiri Seungwan yang masih menggigil kedinginan. Mukanya sangat pucat, padahal pemanasnya sudah di nyalakan untuk memberikan rasa hangat untuk gadis mungil itu.

"Ini Seungwan, gantilah pakaianmu. Maafkan aku atas keteledoranku. Aku merasa menyesal" ujarnya sedih. Seungwan tersenyum maklum dan menggenggam tangan Seulgi yang terasa hangat seperti beruang.

"Tak apa, Seulgi. Aku memaklumimu. Bolehkah aku meminjam kamar mandimu sebentar? Aku harus menghangatkan tubuhku untuk berendam? Boleh?" tanyanya. Seulgi mengangguk ribut dan menyuruh Seungwan langsung masuk saja ke dalam kamar mandi. Sementara ia, membuat makan malam hangat untuk dirinya dan juga Seungwan.

Seungwan memasuki kamar mandi itu dan tak lupa menyalakan air panas dan juga dingin untuk menghasilkan air hangat di dalam bathup milik Seulgi. Apartemen Seulgi masih tergolong mewah jika dilihat, apalagi memiliki fasilitas bathup seperti ini.

Tak banyak berfikir lagi, Seungwan melepas semua bajunya yang sudah basah dan langsung menyelupkan dirinya di air hangat itu. Seungwan suka sensansi ini. Hangat dan menenangkan. Siapa yang tidak suka air hangat ketika mandi? Apalagi cuaca sedang dalam kondisi dingin seperti ini.

Badannya yang tadinya bergetar lama kelamaan menjadi normal kembali. Pipi dan bibirnya pun sudah kembali merona tidak ada putih pucat layaknya mayit tadi. Seungwan memejamkan matanya untuk merasakan sensasi hangat menerpa tubuh putih susunya. Sesekali ia menggosok tubuhnya agar air itu masuk ke dalam pori-pori tubuhnya.

Sekitar 25 menit berendam, Seungwan langsung membasuh dirinya. Ia tak mau membuat Seulgi menunggunya lebih lama lagi, ini bukan apartemennya. Ia mungkin akan menumpang disini. Memikirkan hidupnya, mungkin setelah ini Seungwan akan mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan juga sang calon anak. Melihat dirinya yang tidak diberikan sepeserpun uang dari keluarganya karena pengusiran tersebut.

Sehabis makan, mungkin Seungwan akan melihat website lowongan pekerjaan yang hanya menerima ijazah SMA karena ia hanya menempuh pendidikan sampai SMA saja. Ia kuliah tetapi baru saja menempuh semester 2 tetapi harus kandas karena insiden melakukan ini.  Apalagi sang ayah dari jabang bayi ini tidak mau bertanggung jawab atas hidup anaknya. Sungguh keterlaluan memang.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang