스물 일곱

1.9K 227 24
                                    

Seungwan menangis terus menerus tanpa berhenti meskipun Chanyeol sudah pergi entah kemana dan itu ia tak peduli. Ia terus menangis seraya bergumam kata-kata maaf, penyesalan, dan ucapan-ucapan yang bisa menyayat hati siapapun. Makanan yang diantar maid pun tak ia sentuh sedikitpun, ia tak mau memakan makanan di rumah iblis itu. Biarkan dia mati, agar semua kesakitan dan kesengsaraannya cepat berlalu.

Keadaannya tak berbeda dari tadi malam, ia hanya menggunakan kemeja kebesaran Chanyeol yang diberikan pemuda bak setan tersebut. Itu pun harus dipaksa menggunakannya. Seungwan mau tak mau harus menggunakan itu walaupun hatinya menjerit tak terima.

Ia menghapus air matanya dan langsung pergi dari kamar itu untuk menemui anak semata wayangnya. Perasaannya seketika tak tenang dan gelisah mengingat Renjun seorang diri pada malam dimana ia harus melayani pria tersebut layaknya seorang jalang. Seungwan terus menelusuri rumah besar itu, satu persatu ia mengecek kamar yang tersedia. Tapi tak mendapatkan sang anak dimana pun.

Ia semakin menangis keras karena tak mendapati sang buah hati. Seungwan terus menerus menyebut nama Renjun disetiap pencariannya. Ia tak mau hal buruk terjadi kepada anak kesayangannya. Biarlah Seungwan yang menjadi korban disini tapi tidak dengan anak menggemaskannya.

"Nyonya" panggil seseorang dibelakangnya. Seungwan menoleh dan mendapati maid disana. Ia pun langsung mendekati maid tersebut seraya menanyakan dimana anaknya.

"Dia baik-baik saja nyonya. Nyonya tidak perlu khawatir, nyonya bisa mengikutiku. Mari" ujarnya seraya mengantarkan Seungwan kepada sang anak. Seungwan mengikuti arahan sang maid tersebut, ia diantarkan pada lantai 1 dan kamar paling ujung.

Pintu terbuka dan terlihat Renjun melamun disana seraya menatap luar jendela. Keadaannya masih baik-baik saja, tanpa luka sedikit pun. Tetapi sudah Seungwan tau bahwa sang anak merasa ketakutan dan tertekan disini karena suasana asing yang tak pernah ia kunjungi sama sekali. Apalagi tadi malam adegan kekerasan terpampang nyata di depan matanya.

"Saya permisi dulu nyonya. Jika anda ingin sesuatu bisa memanggil salah satu dari kami" ujarnya dan meninggalkan Seungwan yang masih diam di ambang pintu.

Seungwan mendekati anaknya seraya perlahan dengan menghapus air mata yang terus berjatuhan di pelupuk matanya. Ia sedih melihat sang anak yang diam, melamun tanpa ekspresi itu. Ia tak sanggup melihatnya.

"Sayang" panggilnya lembut. Renjun tersentak dan badannya mulai bergetar kecil. Isakan keluar dari mulutnya.

Seungwan yang terkejut melihat keadaan Renjun langsung memeluk anak kesayangannya. Ia menangis melihat Renjun yang semakin menangis dengan kencang seraya memanggil namanya untuk pergi dari sini. Seungwan merasakan dadanya diperas dengan keras. Menyakitkan sekali.

"Lepasin! Injun ingin pelgi! Bundaaa hiks hiks, ayok pulang bundaaa hikss hikss hikss. Jangan peluk Injun! Injun takut cama paman!" ucapnya seraya melepas pelukan dari Seungwan.

"Sayang tenang okey. Ini bunda sayang. Ini bunda. Jangan takut, sayang" ujarnya terus menenangkan dan memberitahu bahwa ia adalah ibundanya, Seungwan.

Renjun menatap Seungwan dengan mata yang sudah memerah dan langsung menabrakan tubuhnya kepada tubuh Seungwan dengan erat ia memeluknya. Renjun terus bergumam menginginkan pulang ke rumahnya dan terus berkata takut.  Renjun tak sanggup berada disini karena ia kerap dibentak oleh seorang pria yang terus menyebut dirinya ayah, jika ia tak mengikuti kemauannya.

Seungwan yang mendengar penuturan sang anak mengepalkan tangannya, emosinya membuncah. Renjun mengalami trauma pada psikisnya sekarang. Seungwan terus mengelus surai dan punggung anaknya seraya menenangkan sang anak bahwa ia baik-baik saja. Renjun juga berkata bahwa tak ingin ditinggal sendiri. Seungwan menyanggupi.

SINGLE'S MOM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang