Yiieee ... Aku seneng part ini lebih cepat update daripada part sebelumnya. Hehe ...
Happy reading!
***
Naufal tersenyum saat melihat garis bibir Riana terangkat, kemudian dia menyatukan kedua kening mereka.
"Jangan selalu minta maaf, Na, kalau kamu gak salah."
"Aku mau pergi, Mas."
Ucapan Riana membuat Naufal menjauhkan wajah.
"Pergi?"
Riana mengangguk. Selain untuk menunjukkan bela sungkawa, kedatangannya juga untuk menyampaikan bahwa, "Aku mau pergi jauh. Jauh dari kamu, dan dari lingkungan tempatku besar. Aku ingin ...."
"Kenapa?!" Naufal mencengkram bahu Riana. Matanya nyalang menatap Riana.
Menyadari Riana meringis kesakitan, Naufal langsung melepaskan cengkaramannya. "Ma-maaf. Aku gak maksud ...."
"Aku paham, Mas." Riana tersenyum.
"Kamu bilang mau pergi, tapi kenapa senyum? Apa kamu senang?" Naufal tidak habis pikir.
Riana terdiam sejenak. "Sejujurnya aku sedih, Mas. Tapi ini yang harus aku lakukan. Aku gak mau terus-terusan terbelenggu sama penyakit mentalku. Aku udah pernah bilang kan kalau aku mau sembuh?"
"Tapi kenapa harus pergi? Kamu sudah kelihatan agak lebih baik setelah konsultasi sama Dokter Annika." Naufal masih tidak terima dengan keputusan sepihak Riana. Hei, Naufal masih suaminya, kan? Seharusnya istri dapat izin dari suami dulu baru boleh pergi.
"Tapi dalam waktu dekat, aku gak bakal bisa ketemu Dokter Annika lagi."
"Tunggu, tunggu." Naufal memijit pelipisnya. "Bisa jelaskan aku semua secara detail?"
Riana menarik napas dalam. Ucapan pembuka sudah dimulai, sekarang dia akan menjelaskan semuanya.
"Kamu udah tau kan kalau papiku kena stroke. Aku mau ngerawat Papiku sekalian mau berobat untuk penyakit mentalku. Tapi aku gak bisa berobat di sini lagi. Pertama, aku gak bisa konsul sama Mbak Annika lagi, karena setelah menikah dengan Brian nanti, dia mau ikut Brian kerja di sana."
"Hah, Brian mau menikah sama Annika?" potong Naufal, karena kaget mendengar kabar itu. Baik Brian maupun Annika tidak ada yang memberitahukan kabar ini padanya. Namun, Naufal tidak begitu heran, karena kedua orang itu memang selalu bersama. Pasangan dokter dan mantan pasien, hah?
"Iya, mungkin dua minggu lagi. Tunggu aja undangannya."
"Terus alasanmu selanjutnya?" Mengabaikan kabar Brian dan Annika yang mau menikah, Naufal lanjut menanyakan topik utama.
"Selain itu, aku, Mama, adikku dan Papi sudah sepakat untuk memulai lagi dari awal membangun keluarga yang lebih bahagia. Jadi kami memilih untuk gak terbelenggu dengan masa lalu lagi, dan memilih tinggal di luar kota ini."
Semua isi batin Riana, Pak Genta, dan Bu Manda sudah tumpah ruah saat itu. Mereka menyesal akan perbuatan dan niat jahat mereka. Namun, di sisi lain, mereka sama-sama menyanyangi satu sama lain. Pun kepada Bu Rahmi. Mereka sama-sama menyayanginya. Berkat Riana, mereka sadar bahwa bukan pertikaian yang diinginkan Bu Rahmi. Wanita lembut itu padahal sudah menegaskan di surat wasiatnya bahwa dia ingin Manda dan Genta bahagia, dan merewat Riana dengan cinta. Namun untuk waktu yang lama, mereka melupakan itu.
"Tapi aku keluargamu sekarang, Na," protes Naufal.
"Kamu lupa kalau kita udah pisah? Hari di mana kamu datang ke apartemenku, aku minta kita cerai dan kamu mengiyakan. Bukannya satu kata yang merujuk ke cerai yang diucapkan laki-laki berarti sudah jatuh talak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dopamine
Romance[16+] Spin off "The Teacher Becomes a Mom" (Mohon bijak dalam membaca) Dopamine adalah salah satusenyawa di dalam otak yang mampu memberikan kebahagian. Naufal adalah dopamine bagi Riana. Setiap dia terperosok dalam 'lumpur hisap', Naufal selalu men...