16. Hue

455 53 13
                                    

Salah satu alasan kenapa perempuan sering minta ditemani ke toilet yaitu agar dapat bergosip. Gara-gara perempuan, toilet yang hanya berfungsi untuk buang air dan mandi, kini bertambah fungsinya sebagai tempat bergosip dan memperbaiki ber-make up tentunya.

Benar kata orang bahwa perempuan adalah makhluk yang dapat melakukan hal secara multitasking. Lihat saja, sementara mamakai lipstick, mulut mereka masih bisa berceloteh. Tentu saja, gerakan bibir mereka disesuaikan dengan gerakan ke lipstick.

"Gue tadi lihat anaknya Bos Besar di sini," ucap perempuan berambut gelombang untuk memulai gosip.

"Yang bener?" Perempuan berambut bob menghentikan olesan lipstick-nya demi melihat temannya yang memberikan informasi. Dia penasaran. Jadi setelah menengok jejeran bilik toilet yang nampak sepi, muncullah pertanyaan, "Perutnya buncit, gak?"

Sebelum menjawab, perempuan rambut gelombang menyimpan alat make up di tas kecilnya terlebih dahulu. "Gak kelihatan sih. Soalnya dia pakai blazer gede, terus dalamannya hitam."

"Buat nutupin perut buncitnya tuh," sembur perempuan rambut bob. Kemudian dia berdecak. "Heran gue. Gue kira Naufal itu orangnya alim. Ternyata ...." Dia menggeleng-geleng untuk menandakan kalimatnya yang terpotong adalah sesuatu yang tabu.

Mereka sudah selesai menimpa make up yang sudah setengah hari menempel di wajah. Namun, dari keduanya tidak ada yang berniat meninggalkan toilet. Kedua mata mereka malah berbinar, menunjukkan bahwa masih ada yang perlu digosipkan.

"Gue denger-denger nih ya, anaknya Bos Besar sebenarnnya udah dijodohin sama pengusaha kaya. Tapi, karna anaknya Bos Besar pacaran sama Naufal, makanya Naufal ngelakuin itu biar dapat restu dari Bos Besar. Hubungan mereka tuh sebenarnya gak direstuin." Cerita itu mengalir begitu saja tanpa saringan. Dia percaya diri bahwa berita itu benar.

"Gila!" perempuan berambut bob membekap mulutnya. "Segitunya ya demi cinta."

Perempuan rambut gelombang menggeleng. "Menurut lo itu cinta? Eh, perhatikan ya. Kasta mereka beda. Jelas Naufal di bawah. Kalau lo jadi cowok di kelas bawah, berani gak deketin cewek kelas atas?"

Perempuan rambut bob berpikir sejenak. "Agak minder sih sebenarnya."

"Nah, normalnya begitu, kan? Tapi Naufal pede aja deketin anaknya Bos Besar. Karena apa coba, kalau bukan dia bermuka tebal menginginkan sesuatu?"

"Harta?"

"Salah satunya."

"Oh pantas aja. Makanya sekarang dia udah gak jadi staff marketing, kan? Pasti dia dikirim sama Bos Besar ke cabang perusahaan lain untuk memimpin di sana. Dan karna Bos Besar cuma punya satu anak, ntar lama-lama, mau gak mau Naufal bakal di sini gantiin posisinya, karna Riana hamil anaknya Naufal."

"Yaps. Jelas Naufal diuntungkan di sini. Dia bisa ngangkat status sosialnya. Duh, ngeri gue. Ternyata bener ya, don't judge the book by the cover."

"Udah yuk, balik kerja lagi."

Bertepatan dengan itu, seseorang keluar dari bilik toilet dengan menggebraknya keras-keras.

Menatap seseorang yang mengejutkan mereka, mata mereka langsung melebar. Suara gebrakan itu tidak kalah mengejutkan dari apa yang terlihat.

Mereka pikir, hanya ada mereka berdua di dalam toilet ini, karena sepinya toilet. Mereka tidak tahu saja, kalau Riana ada di dalam sejak tadi. Dia memang hanya duduk di toilet untuk berpikir. Sampai akhirnya, dia mendengar gosip tidak benar itu dari mulut para munafik.

Rasa takut langsung menjalari dua penggosip itu. Namun, mereka berusaha bersikap tidak terjadi apa-apa.

"Hai, Gita dan Cia," sapa Riana seraya memamerkan gigi putihnya. Sebisa mungkin dia bersikap netral, seperti tampang kedua orang itu yang mendadak berubah dengan berpura-pura tidak pernah membicarakan Riana di belakangnya. Jika mau, Riana bisa langsung menarik rambut kedua perempuan itu sampai botak, karena telah menejelekkan Naufal. Namun, dia memilih membalas ucapan dengan ucapan juga.

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang