11. Bubur

380 50 12
                                    

Untuk flashback-nya, kalian lebih nyaman dimiringkan atau diberi tanda "FLASHABCK ON/FALSHBACK OFF"?

Tolong dijawab ya, soalnya flashback-nya banyak. Takutnya kalian gak nyaman kalau kebanyakan tulisan miring.

Part ini aku contohkan pakai tanda aja.

***

~FLASHBACK ON~

Ketika kendaraan berburu dengan waktu bersama fajar sore, Riana dan Naufal selalu menghabiskan sisa hari dengan duduk santai di pantry. Setelah kebersamaan saat hujan kala itu, mereka menjadi lebih akrab. Lebih tepatnya, Riana yang mencoba mengakrabkan diri. Sedangkan Naufal adalah pria ramah yang welcome pada siapapun.

Namun, hari ini Riana tidak masuk kantor. Katanya, perempuan itu sakit. Entah sakit apa. Naufal jadi curiga ada sangkut pautnya dengan bekas luka di pergelangan Riana yang tidak sengaja dilihatnya. Kemarin, baju lengan panjang yang selalu dikenakan Riana tersingkap dan memperlihatkan bekas luka yang lumayan panjang di pergelangan tangannya. Naufal sudah ingin menanyakannya saat itu juga, tapi dia takut jika itu adalah privasinya. Walaupun mereka sudah akrab, tapi Riana tetaplah atasannya.

"Bro, pulang kerja ke club yuk" Suara dan rangkulan Tomo membuyarkan lamunan Naufal. "Mumpung kita ngelembur sekarang, jadi pulangnya mampir ke club. Yang lain juga bakal pergi kok."

"Gak," tolak Naufal. Club adalah tempat yang tidak akan dia pijak, karena di sanalah sarang setan. Naufal menyadari kalau dirinya bukanlah pria alim. Ilmu agamanya masih kurang. Namun, tempat seperti itu bukanlah tempat yang bagus. Bahkan untuk orang yang bukan muslim. Bayangkan saja, perempuan yang pergi ke sana pasti kebanyakan memakai pakain minim, disediakan minuman haram, musik non-stop, dan Naufal yakin pasti ada yang melakukan one night stand. Entah itu karena suka sama suka atau karena tidak adanya kesadaran akibat alkohol.

"Yaelah. Lo gak pernah ke club, kan? Ke club gak akan bikin lo masuk penjara kok. Kalau lo gak bisa minum minuman beralkohol, lo bisa minum jus. Di sana tuh gak cuma sediain alkohol kok." Kentara sekali kalau Tomo sudah terbiasa dengan tempat seperti itu.

"Bukan itu masalahnya." Naufal melepas rangkulan Tomo di pundaknya. Tatapannya tajam ke arah manik mata Tomo.

"Club itu tempat maksiat maksud lo?" tanya Tomo.

"Ya," jawab Naufal tegas, membuat Tomo tergelak.

Naufal menaikkan sebelah alisnya.

"Fal, Fal." Tomo geleng-geleng kepala. "Tergantung niat lo ke sana buat apa. Gak semua orang yang ke club itu pelaku maksiat."

"Ya, mungkin gak semua, tapi jalan kemaksiatan itu deket banget kalau di sana. Lebih baik mencegah daripada mengobati, kan?"

"Wait, don't tell me if you never ...."

"Yes, I am!" jawab Naufal sebelum Tomo menyelesaikan ucapannya.

"Seriously?" tanya Tomo tidak percaya.

Naufal hanya menatap Tomo tajam, dan itu sudah menjawab keraguan Tomo.

"Come on, Man. Ini 2020. Semua cewek aja udah lepas virgin sejak umur belasan, masa lo yang udah umur 27 gak pernah coba sekali?"

"Semua lo bilang? Sorry, gak semua. Adek gue contohnya."

"Karna dia sama kayak lo. Mungkin cuma adek lo doang tuh."

"Tom, gue kasih tau ya. Jodoh kita adalah cerminan diri kita. Gue gak mau dapat jodoh yang pernah dipake sama orang lain, makanya gue juga jaga diri gue sendiri."

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang