10. Rinai

410 60 8
                                    

Vote dulu sebelum baca dong

***


Seharusnya matahari masih malu-malu menyembunyikan dirinya. Namun, sejak empat jam lalu, matahari sudah tidak memendarkan cahaya terangnya ke bumi, karena awan tebal menutup hampir seluruh ibu kota negara.

Seorang pria mendengkus sebal. Dalam hati merutuki BMKG yang salah memprediksi cuaca.

"Cerah apanya? Ini malah deres begini," dumel pria yang memakai kemeja biru dan celana bahan hitam. ID Card bertuliskan 'Naufal Aldandy, staff marketing' masih menggantung di lehernya. Kepalanya mendongak menatap langit dari balik jendela kantor. Awan yang hitam pekat menandakan hujan ini akan lama berhentinya.

Sekali lagi dia mendengkus. Seharusnya dia ikut pulang sejak teman-temannya meninggalkan ruangan divisi marketing satu per satu. Ya, dia terlambat pulang. Teman-temannya yang pulang tepat waktu pasti sekarang sudah santai di rumah. Mungkin juga ada yang singgah ke suatu tempat dulu. Setidaknya, mereka tidak terjebak sendirian di kantor.

Naufal melepas ID Card-nya, lalu menyimpan di dalam tas ransel yang selalu dia bawa, karena selain berkas, tas itu juga selalu berisi laptop. Itu yang membuatnya gelisah sejak hujan tidak memberikan tanda akan berhenti padahal malam hampir beranjak. Parahnya, dia lupa membawa jas hujan. Baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk tasnya.

Jika Naufal punya mobil, dia tidak perlu segelisah ini. Sayangnya, dia belum berniat membeli mobil. Bukan hanya karena uangnya belum cukup, mengingat dia baru bekerja selama empat bulan. Namun, hal pertama yang ingin dia beli saat memiliki uang banyak adalah rumah. Dia ingin memiliki kediaman sendiri sebelum menikah.

Naufal meninggalkan ruangan yang memiliki delapan kubikel itu untuk ke toilet sekaligus ke pantry untuk mencari cemilan. Biasanya selalu ada roti, snack, dan mie instant di laci atas pantry yang memang merupakan jatah mereka. Maklum, divisi marketing di perusahaan Chandra ini memiliki tim yang memang doyan makan. Apalagi kalau sudah tugas luar. Kembali ke kantor, pasti makanan yang dicari. Untung manajer divisi marketing juga doyan makan, jadi laci pantry selalu terisi cemilan.

Ah, Naufal lupa, manajer mereka sudah ganti kemarin. Manajer gemuk itu digantikan oleh perempuan muda berbadan langsing. Bertolak belakang dengan body manajer lama.

Naufal langsung berbelok ke pantry usai dari toilet. Semoga saja masih ada sisa makanan untuk Naufal, karena tadi siang teman-temannya mengeluh kalau makanan mereka tinggal sedikit. Berbeda dengan dulu, mereka bisa mengeluh ke manajer, sekarang tidak ada yang berani. Melihat tubuh langsung si manajer baru, mereka menarik kesimpulan bahwa dia bukanlah kaum doyan makan seperti mereka.

Langkah Naufal terhenti di depan pintu pantry  yang dipikirnya kosong tanpa manusia, ternyata sekarang terdapat perempuan cantik. Wait. Apa dia manusia atau bidadari yang salah turun? Bukan ke sungai, malah nyasar ke salah satu pantry Chandra.

Perempuan ber-dress hitam lengan panjang dengan totol-totol merah itu tengah memasukkan cemilan dan mie instant ke laci paling atas. Dia tidak begitu kesusahan meraih laci itu, karena tubuhnya sudah tinggi ditambah high heels lima senti yang dikenakannya.

Naufal melangkah mendekat untuk memastikan perempuan itu. Seingatnya, tidak ada temannya yang pergi ke kantor memakai dress. Office girl juga tidak pernah memakai dress, karena mereka memiliki seragam sendiri. Lalu, siapa perempuan ini yang baik hati mengisi laci mereka dengan makanan?

Walaupun Naufal sempat menduga perempuan itu adalah bidadari, tapi mana mungkin ada bidadari di pantry? Kalau di kamarnya, Naufal akan memercayainya walaupun itu hanya khayalan semata.

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang