19. Diary

372 54 1
                                    

Ini isinya diary Riana ya.

***

Aku adalah pedang
Kau pegang mataku, maka kau terluka
Kau pegang gagangku, maka kau menjadi raja

Mama adalah sosok yang penyayang dan penyabar. Beliau sayang benget sama keluarganya, termasuk Papi yang kejam. Dari pengabdian Mama yang selalu melayani Papi tanpa mengeluh, protes, apalagi meninggalkan, sudah membuktikan kalau Mama cinta banget sama Papi. Aku yakin, tubuh Mama yang selalu ditutup pakaian panjang itu terdapat banyak bekas luka. Tapi Mama bahkan gak pernah berniat meninggalkan Papi, walau semua luka itu didapat dari Papi. Ah, bahkan Mama gak pernah marah sama Papi.

Wiya, adikku juga memiliki bekas luka yang tidak bisa hilang di punggungnya. Luka cambuk itu terlalu dalam. Dia mendapatkannya saat umurnya delapan tahun. Itu bukan cambukan pertamanya, tapi itu yang paling parah. Lagi-lagi, semua karena aku. Aku sampai meringis dan ikut menangis saat mengobati luka Wiya. Semenjak Wiya terluka parah, Papi sudah gak pernah mukuli dia lagi. Tentu saja, karena Mama gak ngebiarin Wiya di rumah tanpa dirinya setelah kejadian itu.

Sepertinya, sasaran Papi hanya Mama. Tapi karena saat itu Mama gak di rumah, Wiya yang jadi korban.

Aku gak tahu, kenapa Papi melukai Mama dan Wiya padahal aku yang salah. Mama bilang, karena Papi mencintaiku. Lalu, apa Papi gak mencintai Mama dan Wiya?

Pertanyaan itu gak pernah dijawab dengan jelas oleh Mama. Dia selalu menjawab dengan jawaban diplomatis. "Papimu sangat mencintai keluarganya. Dia ngelakuin itu supaya kalian gak melakukan kesalahan."

Mungkin semenjak itu, aku berusaha dengan keras agar gak melakukan kesalahan sekecil pun.

🌧🌧🌧🌧

Gagang dan mata pedang
Mata ingin melepas gagang
Gagang ingin melepas mata

Dari dulu, aku pengen banget keluar dari rumah ini, supaya gak ada lagi yang tersakiti. Makanya, saat kuliah, aku meminta izin untuk tinggal di apartemen dengan alasan jarak rumah ke kampus terlalu jauh. Untung Papi ngizinin. Pikiranku saat itu, supaya Papi gak melihat jika aku ngelakuin kesalahan. Supaya Mama gak dipukuli lagi.

Untuk mencari aman, aku belajar dengan giat. Mencoba meraih prestasi sebanyak mungkin. Bukankah itu yang diinginkan Papi? Aku menjadi anak pintar dan membanggakan. Walaupun akibatnya, aku sering mimisan saat memaksakan belajar. Itu gak masalah sih, daripada Mama terluka.

Syukurlah, selama aku gak di rumah, Mama beneran gak dipukuli.

🌧🌧🌧🌧

Apakah aku telah terlepas?
Apakah aku berpindah tangan
Apakah dia orang yang tepat?

Naufal Aldandy. Sepertinya tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan betapa mengagumkannya dia. Dia seolah tidak nemiliki beban hidup. Dia juga tahu bagaimana menghargai perempuan. Dia tahu bagaimana bersikap pada siapa pun. Dan tanpa dia sadari dia telah memikatku sejak hari pertama bertemu dengannya.

Kerapuhanku. Aku gak mau siapapun tahu. Tapi dia, Naufal Aldandy, orang yang paling aku wanti-wanti supaya gak tahu penyakit mentalku, justru dialah orang pertama yang tahu selain dokter.

Saat aku berhasil menikah dengannya, aku berharap diriku yang merupakan pisau ini bisa berada di tangan orang yang tepat sehingga gak ada lagi orang yang terluka.

🌧🌧🌧🌧

Hanya Sang Raja yang boleh memegang gagang pisau

Rakyat dan bahkan Ratu hanya bisa memegang mata pisau

Maka, siapa yang terluka?

Aku gak suka Papi. Dia memang Papi kandungku, tapi seperti itukah sosok ayah? Dia seperti raja yang kejam. Kerajaan yang dipimpinnya menggunakan sistem diktator. Pengapdiannya bukan raja kepada rakyat, melainkan rakyat kepada raja. Sayang sekali, aku memiliki darah yang sama dengannya.

🌧🌧🌧🌧

Menutup telinga namun mata terbuka
Membuka mata namun telinga terbuka
Percuma

Aku bersyukur saat tinggal di apartemen. Aku gak lagi mendengar suara cambukan dan suara isakan kesakitan mama. Dulu Mbok Ipeh memang selalu membawaku ke kamar jika Papi melakukan KDRT pada Mama, tapi bukan berarti aku gak bisa mendengar dan mengartikan sendiri apa yang terjadi.

🌧🌧🌧🌧

Putih menjingga
Jingga memerah
Merah menghitam

Kekayaan gak menjamin kebahagiaan. Aku tahu orang beranggapan aku terlahir di keluarga sempurna. Papi dan Mama yang baik, kekayaan yang berlimpah, prestasi yang banyak kuraih, karir yang bagus, dan orang-orang juga sering mengatakan aku cantik bak model. Tidak sepunuhnya salah, tapi mereka hanya melihat dari luar. Mereka tidak tahu seperti apa keluarga ini. Mereka tidak tahu bagaimana rusaknya hatiku. Mereka gak tahu ada berapa banyak luka yang berusaha aku tutupi, gara-gara kepala rumah tangga ini.

Aku ingin hitamnya hidupku menjadi putih.
Aku ingin keluargaku pulih.

Aku ingin bahagia.

***

Kira-kira seperti itulah isi diary Riana.
Untaian kata hati Riana yang lain ada di instagram oryzatikastory

Akan di upload tiap hari selama dua minggu ini.


Salah satunya kayak ini 👇


Sebenarnya, part ini cuma intermezo sebelum salah satu fakta terungkap.

Btw, aku gerogi lihat reaksi kalian nanti pas baca part selanjutnya.

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang