13

37 6 0
                                    


('Sakitnya lo nolak makanan yang gua kasih ini sama sakitnya kaya lo yang selalu nolak siluet gua yang hadir dalam hidup lo cantik, tapi gapapa gua percaya hal yang paling lo benci akan jadi hal yang paling lo sukai nantinya')---Taerivan Ammarzidan







Dengan tubuh yang basah kuyup karena guyuran air hujan, Tae mendaratkan motornya di pekarangan rumah Qina.

Dengan membawa dua bingkisan yang ia tenteng di kedua tangannya, yang bahkan ia selimuti dengan jaket miliknya.

Qina yang akan masuk ke rumah pun menghentikan langkahnya setelah melihat penampilan Tae.

Yang dia sendiri tak habis pikir, bagaimana bisa lelaki itu justru hanya mengenakan kaos lengan pendek dan memakaikan jaketnya pada bingkisan yang ia bawa.

“Eh setan, lo gila ya, udah gak waras lo ujan-ujan kek gitu, mana jaket malah di pakai buat ngebungkus kek begituan lagi” ucap Qina sinis, sembari menunjuk bingkisan berbalut jaket yang dibawa Tae

“Ehee, ini tuh berharga tau makanya gua rela jaket mahal gua kasih buat nutupin ini, nih buat lo special pake banget valid no debat” ucap tae dengan tingkat percaya dirinya yang tinggi meski badannya sungguh tak bohong jika ia kedinginan

Tae pun menyerahkan bingkisan itu pada Qina.

Dan Qina membukanya perlahan, oh tentu tidak ia bahkan langsung membuang jaket Tae begitu saja juga dengan kantong kresek yang membalut sesuatu di dalamnya.

“Lo sengaja ya ngasih ini ke gua,” ucap Qina penuh penekanan dan menatap tae tajam

“Emang salah?, kata abang lo itu makanan yang gak lo suka, martabak telur dan kembang gula” ucap Tae santai

“Kalo lo tau, gua gak suka kenapa lo beliin ini anak kampret” ucap Qina mencoba sekuat tenaga menahan emosinya pada pria di depannya itu

“Nah, justru itu jackpot nya cantik, lo harus berusaha nerima hal yang gak lo suka, setidaknya belajar dulu buat nerima meski lu belum bisa menyukainya” ucap Tae yang kini justru berganti menatap netra Qina dengan intens dan tubuhnya kian mendekat ke arah Qina

“Apasih lo, gak jelas banget, dah sana pulang nih bawa balik aja, gua gak suka!” ucap Qina kesal sembari berusaha menjaga jarak diantara mereka

Tae terdiam sejenak tak ada sahutan apapun dari tae atas perkataan terakhir yang Qina lontarkan tadi.

Tae justru semakin mendekat ke arah Qina, sampai-sampai Qina terpojok dan menyentuh tembok depan rumahnya.

Rasanya saat ini jarak antara mereka sungguh terlalu intens. Perlahan tae mendekatkan wajahnya pada wajah Qina, perlahan tapi pasti.

Qina yang menahu soal itu berusaha untuk tetap menjaga matanya agar terjaga dan tidak terlarut dalam suasana intens yang Tae ciptakan.

Sesaat kemudian Tae menempatkan wajahnya tepat disamping telinga Qina, sembari membisikkan sesuatu padanya.

“Apa sesusah itu, menerima hal yang gak lo suka cantik?. Sakitnya lo nolak makanan yang gua kasih ini sama sakitnya kaya lo yang selalu nolak siluet gua yang hadir dalam hidup lo cantik, tapi gapapa gua percaya hal yang paling lo benci akan jadi hal yang paling lo sukai nantinya”—bisik Tae tepat di telinga Qina

Dan setelahnya Tae berlalu pergi bergitu saja, dengan badan yang masih basah kuyup ia melajukan motornya ke jalanan yang luas melawan derasnya hujan yang mengguyur bumi malam ini.

Sedang Qina, ia masih terpaku beberapa saat jantungnya berdetak tak karuan karena kelakuan Tae tadi yang sungguh mengagetkan baginya.

Bagaimana tidak perlakuan Tae tadi sungguh membuatnya takut jika terjadi adegan yang tak seharusnya diantara mereka.

“Heuuh, dasar cowok kampret, aneh, ga jelas, setan emang tuh anak” umpat Qina yang langsung masuk ke rumah tentu saja dengan membawa martabak telur dan kembang gula pemberian Tae

Dua hari setelahnya, Qina bahkan tak melihat Jeon berkeliaran di kampus.

Qina juga hanya berada di kampus sebentar, karena banyak tugas mandiri yang diberikan oleh dosennya.

SAEVA PUELLA (End☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang