Beberapa waktu berlalu Tae terus berusaha mendekati Qina dengan selalu memberikan bingkisan berupa makanan pada Qina setiap hari yang ia titipkan melalui Yoon ataupun teman-teman Qina yang lain.
Ia juga kerap datang tiba-tiba menghampiri Qina hanya untuk sekedar menyapa, dan berlalu pergi begitu saja. Hal itu berlangsung selama berbulan-bulan lamanya, Tae tak menyerah sedikit pun mendekati Qina
Mungkin tanpa sadar Qina telah mengikis perasaan sukanya pada Jeon, karena kehadiran Tae yang terus mengusik hidupnya.
Tetapi, mungkin Qina belum menyadari akan hal tersebut. Ia juga sudah biasa saja saat bertemu dengan Jeon, saat ia berkenalan dengan tunangan Jeon beberapa waktu lalu yang telah sadar dari koma pun perasaannya tidak sesakit dulu.
Justru ia merasa biasa saja dan ikut senang dengan kebahagiaan Jeon.
Namun, kini pikiran Qina sedikit terusik awalnya hanya dua minggu Tae tidak ada kabar, memberi bingkisan seperti yang biasa ia lakukan.Dan dua Minggu itu kinienjadi berbulan-bulan lamanya ia tak memperoleh bingkisan apapun dari Tae ataupun melihat bocah itu berkeliaran mengganggunya seperti biasa.
Qina bingung, dimana keberadaan bocah satu itu kenapa tiba-tiba menghilang bak di telan bumi, apa ia hanya memainkan hati Qina saja atau apa.
Karena, pikiran yang terus mengganggu itu akhirnya Qina memutuskan untuk bertanya pada abangnya tentang keberadaan Tae.
Ia takut saja jika benar Tae hanya mempermainkan dirinya, ia akan mencari lelaki itu dan mencabik-cabik nya sepuas hati Qina.
Enak saja, gadis cantik sepertinya dipermainkan, emang berasa ganteng apa si Tae itu, pikirnya. Apalagi sampai di ghosting berbulan-bulan begini, sudah patah hati karena tak mendapatkan Jeon sekarang apa iya ia harus di ghosting sama Tae. Dasar dua sepupu itu sama-sama menyakiti hati Qina saja.
Ataukah, ini semua adalah karma bagi Qina?. Dirinya hanya mengejar apa yang diinginkannya, saat ada seseorang yang justru sangat menginginkan dirinya?. Jika benar demikian, bukankah Qina harus menerima keadilan yang diberikan Tuhan padanya ini.
Tapi, bagaimanapun juga Qina tak sampai berpikir demikian. Dia sudah secara tak langsung membuka hati dan terbiasa dengan kehadiran Tae, dan tiba-tiba saja bocah itu menghilang.
Hal itu seperti, kau baru mendapatkan giveaway barang yang kau inginkan sejak lama tapi barang itu diambil lagi yang ternyata bukan kau pemenangnya.
“Bang, lo kok udah lama kagak ngumpul di rumah sama temen-temen lo?” tanya Qina basa-basi
“Iya, pada lebih suka ngumpul di café akhiran ini bisa pesen makan langsung kagak perlu D.O. Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu, tumbenan” ucap Yoon heran
“Ooh, gapapa pengen tanya aja. Eeem Tae selalu ikut ngumpul juga bang?” tanya Qina sedikit ragu
“Ekekekek…jadi lo basa-basi cuma mau tanya soal tuh anak, yaampun bilang dong kalo kangen sama tuh bocah” ucap Yoon dengan kekehan mengejek
“Ck apasih bang, kagak yaudah mau kamar dulu gua—“ ucap Qina sebal dan beranjak menuju kamarnya
“Ck gitu aja ngambek lo, Tae lagi di Kanada ngurusin bisnis bokapnya dua minggu lagi mungkin balik tuh bocah” teriak Yoon
“Jadi tuh anak ke luar negeri, kenapa kagak bilang sama gua” gumam Qina kesal pada dirinya sendiri sembari terus menaiki anak tangga menuju kamarnya
"Aish apaan sih Lo Qina, sadar Qin ngapain Lo berharap tu bocah dateng. Kalau pun tu bocah dateng Lo harus kasih dia pelajaran, enak aja mainin hati seorang Qina seenaknya!!" Monolog Qina setelah sampai di kamarnya
Dua minggu berlalu, dan tepatnya sudah enam bulan Tae berada di Kanada. Sedangkan Qina menjalani harinya seperti biasa, mungkin sedikit berbeda karena tidak ada Tae yang selalu mengusik harinya.
Sang sahabat Rin juga sekarang banyak menghabiskan waktunya dengan sang kakak Yoon, semenjak mereka resmi berpacaran. Bahkan Yoon pun kini sudah lulus dan fokus pada karir bermusiknya.
Dan Jeon lelaki yang dulu amat dicintainya sibuk memanjakan tunangannya, rasanya tunangan Jeon adalah gadis paling beruntung di dunia ini memperoleh calon suami seperti Jeon.
Andai itu adalah Qina, pasti dia akan sangat bahagia. Tapi, apa daya sekeras apapun Qina mencoba sekeras itu pula takdir tidak mengizinkan ia bersama dengan Jeon, menjadi sejoli yang bahagia.
Takdirnya adalah menjadi teman dan 'adek' bagi seorang Jeon. Heeuuhh rasanya hidup Qina makin hambar saja, lelaki idaman tak tercapai, eeh kena ghosting pula sama lelaki yang dulu sangat tertarik dengannya.
#Helloo...apa kabar readers kesayangan gw??? Kangen pasti sama gw wkwk🤣🤣
#Yaudah kuy lah support terus story'ini dengan vote comment and share ya readers kesayangan gw 💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
SAEVA PUELLA (End☑️)
De Todo"Yeaay, jadi apa yang lo lakuin sebelum tidur?" ucap Cesil antusias sembari mengarahkan HP nya ke arah bibir Qina untuk merekam "Memejamkan mata" ucap Qina datar dan berlalu pergi kemudian Sekiranya begitulah interaksi antara gadis savage Qinazia Co...