04

53 9 0
                                    

Hari ini Qina berjalan di koridor kampus dengan wajah seperti biasa dingin dan dengan senyum yang tipis.

Tapi tak berapa lama ia berjalan ia memutuskan untuk berhenti seakan kakinya mematung senyum di wajahnya pun kini perlahan melebar menyunggingkan senyum yang teramat manis.

Ini terjadi karena seseorang yang ia lihat di depannya

"Hi, Qina" sapa seorang lelaki yang sudah berada jauh lebih dekat di depan Qina sembari menyungging senyum yang aish manis lah pokoknya

"Eooh-eemm Hi, Jeon" sahut Qina dengan cengengesan karena gugup

"Ekekek...nah gitu dong senyum kan manis, banyakin senyum ya Qin" ucap lelaki bernama Jeon sembari mengacak lembut rambut Qina

Qina tak bisa bohong sekarang pipinya jadi menimbulkan rona merah, demi apa seorang ice girl seperti Qina tengah malu rupanya.

Ia kini hanya mengangguk atas pernyataan lelaki Jeon barusan, jantungnya pun berdetak sangat kencang.

Qina benar-benar gugup sekarang...ooh tidak sepertinya hati Qina mencair...gemashnya.

"Qin, are you okay?" tanya Jeon sebab Qina tak bereaksi beberapa saat

"Haa...aku em gapapa kok Jeon hehe" ucap Qina sembari menyungging senyumnya

"Okedeh, yaudah aku duluan ya ada urusan sama anak BEM" ucap lelaki Jeon yang kemudian berlalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Qina

Nampak dari air muka Qina bahwa ia sedang benar-benar senang, bahkan sejak bertemu dengan Jeon tadi dia terus menyungging senyumnya, membuat semua orang yang melihatnya jadi terheran-heran bab, tak biasanya si gadis itu senyum.

Jelas saja Qina bertingkah demikian, Jeon adalah pria yang ia sukai sejak pertama kali ia masuk ke kampus.

Jeon juga satu jurusan dengan Qina hanya mereka beda kelas dan beda semester saja.

Mereka bisa kenal karena Jeon juga teman dari sang kakak Yoon di BEM, dan Qina sempat main bersama Yoon dan teman-teman BEM nya dan salah satunya adalah Jeon.

Bukannya Qina lancang tapi, Jeon sendiri lah yang menyuruh Qina untuk memanggil namanya tanpa embel-embel 'abang atau kak'.

Jeon sendiri kini tengah menjabat sebagai ketua BEM fakultas ilmu komunikasi. Wajahnya rupawan, fans nya juga banyak, dia multitalent, humble, badannya juga atletis benar-benar sempurna.

Tapi, sejak Qina mengenal Jeon belum pernah terdengar bahwa lelaki itu memiliki kekasih ataupun sedang dekat dengan seorang gadis.

Ini juga yang menjadikan Qina perlahan terus mendekati Jeon, satu-satunya lelaki yang membuat sisi es dan savage seorang Qina menghempas jauh entah kemana saat dirinya bersama Jeon.

Perihal perasaan Qina terhadap Jeon, ia tidak pernah mengatakan itu pada sang kakak, takut diejek dia

"Woi, kesambet lo Qin" celetuk Rin sahabat dekat Qina

"Iya, kesambet pangeran gua Rin aaaaaaa senengnya" jawab Qina dengan senangnya

"Astaga....hari ini lo ngomong lebih banyak, lo kayknya beneran kesurupan Qin" decak Rin sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Qina

"Apasih elah lebay lo oncom" ucap Qina yang kembali datar seperti biasa

"Nah, setannya dah pergi nih kayaknya, lo udah balik normal" ucap Rin lega

"Hm" ucap Qina

Tak lama setelahnya masuklah seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah dosen komunikasi public.

SAEVA PUELLA (End☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang