Tidak terasa masa libur akhir semester telah berlalu sejak kemarin. Hari ini, Jia, Mai dan Qory mengikuti kembali kegiatan perkuliahan di semester baru. Jia kuliah di jurusan yang berbeda dari kedua sahabatnya itu. Jia di jurusan Psikologi sedangkan Mai dan Qory di jurusan bisnis dan manajemen. Kebetulan yang menjadi dosen di jurusan tersebut adalah suaminya Jia. Alias Bapak Wahid, yang biasa dijuluki oleh mahasiswanya adalah dosen killer.
Tidak banyak yang tahu kalau Jia sudah menikah dengan manusia es itu. Mayoritas yang tahu hanya dari kalangan dosen senior di fakultas suaminya tersebut dan kedua sahabat Jia, yaitu Mai dan Qory. Mahasiswa di jurusan Jia tidak ada yang tahu. Para dosen dan staf di jurusan Jia mungkin hanya dua atau tiga orang saja yang tahu. Ah, entahlah. Author pusing.
Di hari pertama kuliah, dengan status seorang istri, Jia memutuskan untuk berangkat dengan mobilnya sendiri. Berhubung jarak fakultas dirinya dan sang suami cukup jauh. Tentu saja. Karena kalau dilihat-lihat, kampus mereka memang dibangun di atas tanah yang luas. Setiap fakultas disekat atau dipisah oleh jalan raya yang saling berhubungan.
Jia berjalan masuk ke dalam kelas yang sudah diinfokan oleh ketua kelasnya. Ia mengambil posisi duduk paling depan, sebab beberapa teman akrabnya juga duduk di sana. Maklum saja. Sejak awal semester pun mereka sudah dijuluki mahasiswa teladan. Dan itu memang nyata adanya.
Jia dan tiga teman lainnya berada di peringkat 5 besar di angkatan mereka. Banyak yang mengidolakan mereka. Terutama Azalea, si mahasiwi peringkat pertama. Bahkan beberapa dosen muda sempat ingin menjadi kekasihnya. Namun sayangnya hal itu terhalang oleh prinsip gadis itu. Ia sangat anti pacaran. Selain itu juga, ia ingin menyelesaikan kuliahnya lebih dulu, kemudian bekerja. Lalu setelah itu baru mau menikah.
Sangat berbeda dengan Lufy dan Aura. Kedua gadis itu memiliki impian untuk bisa menikah muda. Kalau bisa menikah dengan salah satu dosen muda yang ada di kampus mereka. Tidak tahu saja, kalau Jia sudah mendahului mereka. Hehe.
"Guys, mohon perhatian kalian sebentar. Ada pengumuman yang mau gue sampein ke kalian." Suara Fahri menginterupsi. Sang ketua kelas yang baru saja menjabat di semester tiga ini.
"Jadi, ada kabar sedikit mengecewakan untuk di mata kuliah kita pagi ini. Pak Hasan, selaku dosen pengampu ternyata sudah mengajukan pengunduran diri untuk mengajar di semester tiga dan akan digantikan oleh dosen baru yang sudah beliau rekomdasikan ke pihak fakultas. Gue udah sempat kontekan sama dosen baru itu satu jam yang lalu. Ternyata beliau masih berada di luar kota. Dan nggak bisa hadir hari ini. InsyaAllah di pertemuan kedua baru bisa. Jadi, untuk pertemuan pertama kita hari ini, kita cuma dikasih tugas kelompok. Kelompoknya udah gue bagi adil. Nggak ada yang satu kelompok sama temen akrabnya. Gue udah pisahin, biar tau gimana rasanya kerjasama dengan orang yang selama ini nggak dekat sama kita. Nanti gue share di grup kelas, kelompoknya. Oh ya, satu lagi. Kita belum nentuin siapa yang jadi PJ mata kuliah ini. Apa kalian ada saran, siapa aja yang bisa jadi kandidatnya? Supaya nanti gampang pas gue ngasih laporan ke dosen baru kita ini. "
Tentu saja, semua serempak menunjuk Jia dan kawan-kawan. Azalea berdecak sebal, sebelum melempar tatapan tajam pada sang ketua kelas.
"Kayaknya emang kalian deh, yang selalu dipercaya sama anak-anak." Seru Fahri dengan cengiran lebar di bibirnya.
Jia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum tipis menanggapi rasa keberatan Azalea. Gadis itu memang sedikit lebih bar-bar dari dirinya. Kalau dia tidak suka, dia akan bilang. Begitu juga sebaliknya. Tipe perempuan yang blak-blakan.
"Masih kandidat, Le. Belom jadi PJ." Bisik Aura.
"Awas aja kalau gue yang kepilih. Gue cincang itu cowok." Sahut Azalea geregetan.
"By the way. Dosen penggantinya Pak Hasan, cowok atau cewek, Ri?" Tanya salah satu mahasiswa yang duduk di kursi paling belakang.
"Cowok, dan masih muda. Dan gue baru dikasih tau sama Pak Hasan, kalau dosen itu tuh baru aja lulus S2 di Inggris. Kalau nggak salah Oxford University." Jawab Fahri tenang.
Tapi respon yang ditunjukkan teman-temannya sungguh sangat berlebihan. Terutama di kalangan mahasiswi. Jadilah kelas pada riuh saling berebut si dosen baru. Padahal mereka belum pernah bertemu dengan sosok itu. Wajahnya saja tidak tahu, apakah tampan atau jelek. Tapi memang ya, ekspektasi mereka rata-rata setinggi langit.
"Gue berharap itu dosen bukan dosen killer," ucap Azalea dengan wajah datar. Di antara mahasiwi penggemar dosen ganteng nan muda tapi killer, gadis yang akrab dijuluki ikan Lele itu adalah salah satu mahasiswi yang menentang dengan hal itu.
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Istrinya Guru Besar (Telah Terbit)
Chick-LitPenerbitan secara offline. Nggak ada di playstore atau platform lainnya. Cerita sudah tidak utuh. Beberapa bagian telah dihapus demi kepentingan penerbitan. ~~~~~ Menikah di usia muda memang tidak terpikirkan olehnya. Jia menjadi seorang istri dari...