30. Jangan Ada Rahasia di Antara Kita

10.7K 894 4
                                    

◇◇◇

Kebiasaan baru Wahid beberapa waktu belakangan ini adalah membaca ayat-ayat suci al-Qur'an setiap dirinya dan Jia akan tidur. Kadang sambil mengelus-elus perut sang istri yang mulai membuncit. Seperti saat ini, Wahid membacakan surah Al-Kahfi, berhubung malam ini adalah malam Jum'at.

Sementara itu, Jia sendiri hanya berbaring telentang sembari memejamkan matanya demi meresapi ayat demi ayat bacaan sang suami. Awal Jia mendengar suara Wahid, tak menyangka ternyata pria itu memiliki suara yang indah dan langgamnya pun sangat disukai Jia. Mungkin jika kalian tahu Muzammil Hasballah. Ya, seperti itu kira-kira langgam yang dibawakan oleh Wahid. Langgam atau irama Bayyati. Indah sekali.

Meski masih kesal, Jia sadar bahwa ia harus tetap mampu meredam rasa kesal itu dengan menampilkan senyuman yang indah. Entah sampai kapan ia pendam sendiri. Selagi Wahid tak bercerita apapun perihal pekerjaan sampingannya, Jia juga tidak ingin terkesan menuntut penjelasan. Selain gengsi, gadis itu hanya ingin suaminya mengerti bahwa apakah dia adalah orang yang cukup berarti di hidup pria itu.

"Loh, kok udahan?" Tanya Jia, ketika Wahid tiba-tiba mengakhiri tilawahnya. Bahkan tak sampai satu lembar. Biasanya paling banyak Wahid akan menghabiskan ayat al-Qur'an hingga tiga lembar untuk surah yang panjang. Dan jika surahnya pendek seperti surah Al Kahfi, kadang dia habiskan saja satu surah itu.

"Mas mau meluruskan, tentang masalah yang tadi siang. Mas tau kamu masih kesal. Tapi pura-pura baik-baik saja."

"Alhamdulillah akhirnya peka." Balas Jia lirih.

"Sayang, jangan buat Mas menjadi semakin merasa bersalah. Kamu harus tahu Mas sayang dan cinta sama kamu. Satu hal lagi, kamu adalah prioritas Mas setelah Mama. Tidak ada orang lain yang bisa menyingkirkan posisimu. Kamu harus mengerti itu."

"Lalu?"

"Maafkan Mas, karena sikap Mas yang kurang terbuka, membuatmu meragukan Mas. Mas takut menyakitimu. Jadi, jika ada yang ingin ditanyakan, silakan tanyakan pada suamimu ini secara langsung. Jangan hanya menebak dan menyimpulkan sendiri. Apalagi di saat amarah menguasaimu. Mas sadar, seharusnya komunikasi adalah salah satu tolak ukur langgengnya suatu hubungan. Apalagi ini adalah hubungan rumah tangga. Sesuatu yang tidak boleh dipermainkan atau pun diolok-olok."

"Selain menjadi dosen dan bisnis restoran, apa ada lagi rahasia yang masih Mas simpan dari aku?" Tanya Jia tepat sesuai apa yang menjadi beban pikirannya beberapa jam ini.

"Mas menjalankan bisnis perhotelan bersama Om Rama. Adiknya Papa. Saat ini sudah ada tiga cabang, dan masih di sekitaran Jakarta. Salah satu hotel itu pernah menjadi tempat menginap, di malam pertama kita. Kamu tenang saja, kamar itu hanya pernah dihuni oleh kita berdua. Tapi sebelum menikah sama kamu, kamar itu adalah tempat istirahat kedua Mas jika malas pulang ke rumah ini. Karena jarak dari sana lebih dekat dengan kampus. Tapi setelah menikah sama kamu, Mas tidak pernah lagi menginap di sana. Paling hanya singgah sebentar sekalian mengecek keadaan hotel. Biasanya setiap akhir bulan, manager hotel akan melaporkan semua tentang perkembangannya."

Lagi? Jia nampak begitu syok. MaasyaAllah. Pantas saja, saat itu mereka diperlakukan seperti tamu VVIP. Sebenarnya suaminya ini sekaya apa sih? Kok Jia tak pernah menyadarinya? Padahal sudah jelas dari seberapa besar dan mewahnya rumah mereka ini. Meskipun tidak sebesar dan semegah mension-mension orang-orang kaya pada umumnya. Jia pikir, dulunya pembangunan/pembelian rumah ini sebagian biayanya ditanggung oleh papa mertuanya yang memang notabene adalah seorang pejabat pemerintahan.

 Jia pikir, dulunya pembangunan/pembelian rumah ini sebagian biayanya ditanggung oleh papa mertuanya yang memang notabene adalah seorang pejabat pemerintahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber: Foto Feed instagram   @wisanggeniproject

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber: Foto Feed instagram @wisanggeniproject

"Kenapa Mas nggak pernah cerita sih, dari awal? Apa aku kurang berarti di hidup Mas sehingga mengganggap tidak penting juga kalau aku tahu tentang semua itu? Toh, aku hanya perlu duduk manis, sambil ongkang-ongkang kaki menikmati segala fasilitas mewah di rumah ini. Begitu kan, pemikiran Mas selama ini? Aku baru sadar loh, Mas. Aku nggak pernah sekali pun kamu libatkan dalam managemen keuangan di rumah ini. Bahkan urusan memasak di dapur pun selalu Bibi yang ngerjain. Yang aku tau sampai detik ini, aku berperan sebagai istri kamu kebanyakan hanya sebatas aktivitas di kamar ini."

"Jia, Mas mohon kamu jangan salah paham. Mas nggak menganggap kamu sesuatu yang buruk. Apapun itu yang ada di pikiran kamu. Kamu istri Mas. Calon ibu dari anak-anak Mas kelak. Mas wajib memuliakanmu, Sayang. Mas wajib memberimu fasilitas semewah apa pun, selagi Mas mampu. Yang terpenting kamu nyaman. Selama ini pun Mas juga selalu berusaha untuk tetap konsisten dalam memanajemen waktu. Waktu antara pekerjaan dan kamu."

"Entahlah, Mas. Mas bisa saja bilang sayang dan cinta ke aku tiap hari. Tapi jika masih ada rahasia, aku nggak yakin bisa bertahan walau aku sudah berusaha untuk tetap menjalankan tugas dan peranku tanpa harus menuntut hak aku sama kamu secara terang-terangan. Aku cuma mau bilang, sampaikanlah suatu kebenaran, walau kebenaran itu akan terdengar pahit sekali pun. Karena lebih baik pahit di awal tapi manis di akhir dibanding manis di awal tapi pahit di akhir."

Sekian dan terima kasih. Jia mau tidur. Udah ngantuk. Capek juga, nahan tangis sejak tadi.

Tbc....

Mikir keras, dong. Mas Wahid enaknya diapain, ya? Disate atau direbus? 🤣

Istrinya Guru Besar (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang