33. Sisi Lain Dunia

10.3K 816 15
                                    

Minta tolong difollow ya guys. Duh, aku jadi pengemis hari ini. Tapi intinya adalah, udah sampai part ini kok masih belum ngefollow author sih? Dan aku ucapkan terima kasih buat yang udah follow. Hehe

◇◇◇

Pagi-pagi sekali Jia sudah dikejutkan oleh pesan singkat dari nomor tak dikenal.

0821XXXXXXXX

"Kamu percaya kalau Wahid mencintai gadis sepertimu? Tidak khawatir kalau ternyata kamu hanya sebatas selingan saja? Atau bahkan hanya sebagai pelampiasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu percaya kalau Wahid mencintai gadis sepertimu? Tidak khawatir kalau ternyata kamu hanya sebatas selingan saja? Atau bahkan hanya sebagai pelampiasan. Mungkin kamu tidak tahu, kegiatan suamimu itu di luaran sana selain sebagai dosen sekaligus menjabat sebagai dekan. Saya hanya ingin menyampaikan kebenaran, sebelum kamu menyesal di kemudian hari."

"Apa maksudnya sih, nih orang? Sekurang kerjaan itu banget, deh." Seru Jia sarkasme.

Jia tak habis pikir, ada saja orang iseng semacam itu. Bahkan segitu niatnya sampai mengiriminya potret sang suami bersama seorang pria lainnya yang sama sekali tak Jia kenal. Ini baru pertama kalinya Jia melihat penampilan sang suami seterbuka itu di luar rumah. Biasanya pasti mengenakan celana kain panjang yang dipadukan dengan kaos atau kemeja. Apa mungkin itu adalah foto lama? Yang diambil beberapa tahun lalu.

Lalu, menyadari ada yang janggal pada pernyataan si pengirim pesan, membuat pikiran Jia berkelana kemana-mana. Ah, tidak mungkin. Suaminya seorang ....? No! Big No. Buktinya pria itu mampu membuat Jia hamil. Dan gadis itu sendiri sudah membuktikan seberapa besar hasrat suaminya itu ketika bersamanya. Alah! Orang ini malah ngajak bercanda. Nggak lucu sama sekali.

Tapi kok tiba-tiba nyesek, ya? Ya Allah, ujian apa lagi ini? Jia benci kebiasaan negative thinking nya.

"Pesan dari siapa?" Tanya Wahid, dengan suara serak khas bangun tidur. Pria itu tampak meraba nakas di sampingnya untuk melihat jam pada ponselnya.

Hari ini memang hari Minggu. Seperti janji Wahid, mereka menyambangi kediaman orang tua Jia sekalian menginap satu malam. Awalnya ingin berkunjung sebentar saja pas di hari Minggu. Tapi akhirnya karena permintaan Jia untuk menginap, jadinya mereka datang di hari Sabtu malam.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 4 subuh. Belum terlalu terlambat untuk Wahid bersiap-siap ke masjid bersama ayah mertuanya.

"Hah, oh. Ini, cuma orang iseng. Aneh nggak sih, darimana dia dapat nomorku? Mana kurang kerjaan banget ngirim yang kayak beginian." Sahut Jia santai, sambil menunjukkan isi pesan si orang misterius.

Wahid yang sudah sepenuhnya sadar, dibuat syok saat melihat foto dirinya bersama seorang pria. Wahid ingat betul foto itu diambil sekitar tiga tahun lalu. Ada perasaan getir sekaligus amarah terkumpul di dalam dadanya. Entah siapa gerangan yang berusaha ingin mengusik hidupnya?

"Siapa yang kirim?" Tanya Wahid.

Suaranya terdengar dingin, tak bersahabat. Jia yang mendengar jadi kena imbasnya. Gadis itu tampak takut-takut sekaligus heran. Kenapa reaksi suaminya seberlebihan itu? Apa mungkin ketakutannya tadi memang benar? Nggak mungkin, kan?

Istrinya Guru Besar (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang