"Tuhan itu Maha Adil. Dan Dia adil dengan caranya sendiri."
~JIA IMUT~
😘😋😂
◇◇◇Di ruang tamu rumah Wahid dan Jia, duduklah tiga pasang suami istri. Jia dan Wahid, Jihan dan Faqih, serta Haura dan Gaza. Keenam orang itu saling bertukar pandang sambil mengobrol dengan sangat serius.
Setelah sebelumnya situasi sedikit menegangkan karena para orang tua itu terkejut bukan main, karena mendengar berita besar yang disampaikan oleh Wahid dan Jia. Yaitu keinginan mereka untuk mengadopsi anak dari teman Wahid semasa di London dulu, yang telah meninggal dunia.
Ya, Wahid dan Jia sepakat untuk tidak membeberkan kisah yang sebenarnya. Biarlah itu menjadi rahasia mereka berdua. Karena poin pentingnya memang bukanlah itu.
"Jadi, apa keputusan kalian?" Tanya Papa Gaza, kepada anak dan menantunya.
Baik Jia mau pun Wahid, saling berpandangan sekilas sebelum menatap keberadaan Abraham yang tengah sibuk dengan mainannya di atas karpet berbulu tepat di tengah-tengah ruangan itu.
"Kami tidak melarang kalian untuk mengadopsi anak itu. Jika ditilik dari berbagai sisi, ini juga menyangkut soal kemanusiaan. Setelah mendengar garis besar dari kisah yang kalian ceritakan, tidak ada salahnya untuk mengambil tanggung jawab itu. Hanya saja, apa kalian siap memelihara anak itu dan tidak akan menelantarkannya di kemudian hari, apapun alasannya? Sangat berdosa, Nak, jika kalian tidak bertanggung jawab hingga akhir." Timpal Abati.
Maka dengan mantab akhirnya Jia mengangguk. Diikuti seruan Wahid yang menyatakan kesanggupannya untuk mengasuh anak yatim itu.
"Kami akan berjuang bersama, Pa, Ma, Abati dan Ummi. Semoga dengan ini, Allah akan memberi kami kelapangan hati dan cinta yang begitu besar untuk kami berikan pada Aham. Karena kami tahu, dia anak yang istimewa. Meskipun mungkin cara kami membesarkan dan mendidiknya akan sedikit berbeda dari anak-anak lainnya. Semoga itu akan menjadi ladang pahala untuk kita semua." Jawab Wahid tegas, tanpa ada sedikit pun rasa ragu.
Maka dua pasang orang tua itu pun saling berpandangan dengan rasa penuh haru. Haura dan Jihan nampak sangat senang, akhirnya bisa memiliki cucu, meskipun bukan cucu kandung mereka. Bukan hanya itu saja. Setelah mengetahui Abraham adalah anak istimewa, mereka begitu merasa terenyuh. Merasa bersyukur karena anak mereka diberikan kepercayaan oleh Allah untuk mengasuhnya.
Bukan tanpa alasan, kan Allah menitipkan anak itu pada Jia dan Wahid. Sebab, Allah paling mengetahui jika keduanya pasti mampu menjalaninya.
Kalau dipikir kembali, tidak akan semudah ketika membesarkan anak-anak normal pada umumnya. Di situlah nanti peran mereka sangat dibutuhkan. Apa lagi nanti ketika Jia melahirkan putri kecilnya. Setidaknya sebagian besar perhatiannya pasti akan berfokus pada bayi itu. Sehingga kehadiran para kakek dan nenek itu pasti akan sangat membantu.
♡♡♡
Sekitar dua bulan mengurus berkas sebagai syarat untuk mengadopsi Abraham, akhirnya sidang keputusan Mahkamah Agung di pengadilan telah menyatakan bahwa Abraham sah menjadi anak mereka. Di saat itu pula bocah itu resmi menjadi warga negara Indonesia.
Jia dan Wahid sebenarnya tidak menyangka bahwa prosesnya tidak sesulit yang dibicarakan orang-orang. Namun, atas kuasa Allah, apa pun yang tampak tidak mungkin pasti akan jadi mungkin. Itu semua juga tidak terlepas dari do'a juga restu dari kedua orang tua mereka.
Sempat mengalami beberapa kendala, hanya saja bisa diatasi dengan mudah. Beberapa contohnya adalah oleh sebab Jia yang masih berusia 19 tahun, pernikahan mereka yang baru seumur jagung, juga dia yang tengah mengandung. Serta usia Abraham yang sudah lebih dari 5 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istrinya Guru Besar (Telah Terbit)
Romanzi rosa / ChickLitPenerbitan secara offline. Nggak ada di playstore atau platform lainnya. Cerita sudah tidak utuh. Beberapa bagian telah dihapus demi kepentingan penerbitan. ~~~~~ Menikah di usia muda memang tidak terpikirkan olehnya. Jia menjadi seorang istri dari...