Kring... Kring....
Bel masuk pun berbunyi, membuat semua siswa masuk kedalam kelasnya masing-masing. Putri yang kini sedang sibuk dengan alat tulisnya terhenti karena ucapan Vio."Put! Anterin panggil guru yu," ajak Vio.
"Males, ah." Putri menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Ish, ya udah." Vio pun menepuk pundak Meli yang duduk didepannya. "Anter panggil guru." Dengan semangat, Meli mengangguk.
Vio dan Meli bergegas memanggil guru, mengabaikan teriakan teman sekelasnya yang menyuruh mereka untuk diam saja.
"Woy, Vi! Diem napa," teriak Naufan yang melihat Vio yang hendak pergi ke ruang guru.
Tapi bukan Vio namanya kalau menuruti kemauan bejat teman sekelasnya. Vio seorang KM mana mungkin dia berbuat seperti itu, bisa-bisa dia kena amuk wali kelas. Tidak ya, Vio cari aman.
"Permisi! Pak sekarang pelajaran, Bapak." Vio menghampiri guru Agama.
"Nanti, Bapak ke sana," ujar guru itu yang bernama, Pak Rizal.
"Kalau gitu kita permisi," pamit Vio, diangguki oleh Pak Rizal.
Mereka berdua kembali ke dalam kelas dengan suasana yang masih tidak kondusif seperti tadi. "Berisik oy! Bentar lagi bapak kesini!" teriak Vio di depan kelas, membuat teman-temannya mendengus sebal.
"Dibilangin gak usah manggil," omel Naufan.
"Apa huh, apa? Gak mau belajar? Ya udah diem," marah Vio.
Naufan pun memilih diam daripada harus berdebat dengan Vio. Karena mau sampai kapanpun perempuan selalu menang. Meski kenyataannya tidak selalu seperti itu.
Tidak berlangsung lama, akhirnya Pak Rizal pun masuk dengan membawa beberapa buku yang ia butuhkan untuk mengajar.
"Duduk rapih!" instruksi Vio kepada yang lain dengan segera mereka pun melaksanakan perintah itu
"Sikap membaca do'a dalam hati mulai!" Hening. Semuanya membaca do'a dalam diam.
"Sikap memberi salam!"
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Baiklah anak-anak, coba kalian buka buku paket halaman 57. Coba kalian rangkum sampai halaman 90, nanti kumpulkan di depan." perintah Pak Rizal, membuat mereka menghela nafas lesu.
Dengan malas mereka pun menuruti apa yang Pak Rizal minta, meskipun suasana tidak sehening ketika berdo'a tadi. Kelas VIII-F adalah kelas yang sangat berisik, banyak sekali guru yang mengeluh ketika akan mengajar didalam kelas itu. Tidak heran, hampir semua warga sekolah mengenal kelas VIII Fantastic. Kelas yang selalu banyak masalah, tapi selalu serius ketika mengikuti kegiatan sekolah.
"Put! udah?" tanya Meli menghadap ke bangku Putri.
"Belum," jawab Putri singkat dengan mata yang tidak berpaling dari bukunya.
"Oke." Meli pun berbalik kembali dan segera mencatat lagi.
Berbeda halnya dengan Maya, teman sebangku Meli. Disaat orang lain sibuk mencatat, dia lebih memilih menelungkupkan kepalanya di atas meja. Belum ada satupun buku yang dia keluarkan dari dalam tasnya.
Alvia Maya Dhika, yang akrab dipanggil Maya atau si manusia es. Seorang yang mempunyai wajah datar dan sikap cuek yang sulit dihilangkan. Hidupnya yang terlalu santai membuat beberapa orang geram. Dia lebih suka mementingkan dunia halunya daripada realitanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/262414397-288-k135927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpiah [TERBIT]
Novela Juvenil[Sudah terbit] Masa SMP itu masa yang nggak bisa dilupain gitu aja. Awal-awal kenal orang baru, karakter baru, kehidupan baru, kisah cinta monyet, dan pembelajaran yang lebih sulit dari sebelumnya. Masa SMP juga adalah masa dimana kita masih labil d...