Putri
Liburan sekolah kali ini, aku hanya bisa berdiam diri di rumah tanpa melakukan perjalanan kemanapun. Yah, paling hanya ke sebuah mall untuk sekedar menjernihkan pikiran dari jenuhnya hari. Huweee rindu grup hewan! Eh maksudku rindu kelima sahabatku.
Aku sekarang sedang menscroll layar ponselku yang menampilkan banyak sekali foto yang sudah aku dan yang lain ambil selama ini. Sampai akhirnya, aku harus berhenti melakukan itu karena salah-satu saudaraku memanggilku.
Aku menoleh ke arahnya dengan mematikan ponsel yang aku genggam. "Apa, Bang?" Dia bukan saudara kandungku, tapi aku dan saudaraku yang lain sudah biasa memanggil dengan sebutan itu.
"Hayu kita ngeliwet! family time!" ucapnya dengan senyuman yang mampu membuat diri ini menghangat.
Aku mengangguk dan segera memanggil orang rumah. Setelah itu, aku dan yang lain menuju ke sebuah rumah yang selalu keluarga besarku jadikan tempat berkumpul. Hanya perlu melangkah beberapa langkah dari rumahku untuk menuju ke sana. Itu sangat dekat.
Aku bisa melihat bahwa di halaman rumah itu sudah banyak sekali orang yang sedang memasak. Yah, keluargaku selalu melakukan acara ini di ruangan terbuka. Supaya bisa melihat kelap-kelip lampu dari rumah-rumah dan sinar bulan.
Tidak menunggu lama, aku segera bergabung dengan saudaraku yang tidak terpaut jauh umurnya. Emm hanya berbeda 1 dan 5 tahun. Ada dua orang saudara perempuan yang sangat dekat denganku.
Suara tawa memenuhi malam ini, tepatnya saling bersenda gurau bersama, menceritakan sebuah kisah sejarah yang selalu diceritakan setiap kumpul oleh Bang Diki. Entah kenapa dia bisa tahu tentang sejarah-sejarah. Jadi tidak heran sih, kalau aku sendiri suka dengan sastra atau soal tulis menulis. Mungkin dari sini.
"Beli martabak hayoo!" seru saudaraku yang sekarang berumur 9 tahun. Simaniak martabak. Mika namanya.
"Gassss!" timpal saudaraku yang lain. Aku hanya bisa diam menyaksikan itu semua karena yah, agak canggung aja gitu.
Akhirnya, keputusan membeli martabak pun tercapai. Dua saudara perempuanku yang paling dewasa di antara yang lain memutuskan untuk membeli itu dengan menggunakan motornya.
Sambil menunggu martabak datang, angin malam selalu menerpa bandanku. Untung saja aku memakai hoodie. Sebenarnya saudaraku yang lain tampak sibuk dengan alat masaknya, mungkin hanya aku yang diam melihat semuanya.
Suara musik kini sudah mengalun mengiringi kegiatan kami malam ini. Musik apa saja, yang penting bisa membuat suasana menjadi tambah ramai. Sudah sangat lama rasanya menunggu, akhirnya saudaraku yang membeli martabak itu pun sudah tiba.
"Hoylahhh martabak datang!" teriaknya dengan tangan yang menenteng dua kresek dan mengangkatnya ke atas.
"Awas jatoh," seru saudara laki-laki ku yang bernama Ardan.
"Santuy! Holkay ini," ujar saudara perempuan ku yang membawa martabak itu. Sini aku kasih tau, dia namanya Kak Tiwi. Seseorang yang sangat cerdas dibidang apapun, apalagi pelajaran.
"Iyalah yang udah kerja," seru Suci saudara perempuanku yang kesekian kalinya. Dia sedang sibuk dengan ponselnya sekarang. Entah ada apa di situ.
"Hayooo liwet pun jadilah!"
Kami semua berseru girang. Terlihat dari balik gelapnya malam, ada dua orang dewasa yang sedang memegang daun pisang yang sangat besar untuk dijadikan piring.
Kami pun sibuk mengambil posisi dimana akan makan. Nasi liwet dan beberapa lauk sudah berada di atas daun pisang. Tenang saja, sudah dibersihkan kok. Aku duduk dekat dengan saudaraku yang hanya berbeda 1 tahun. Dia namanya Maudi. Sering kali dia dijahili oleh saudaraku yang lain dengan menyanyikan namanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpiah [TERBIT]
Novela Juvenil[Sudah terbit] Masa SMP itu masa yang nggak bisa dilupain gitu aja. Awal-awal kenal orang baru, karakter baru, kehidupan baru, kisah cinta monyet, dan pembelajaran yang lebih sulit dari sebelumnya. Masa SMP juga adalah masa dimana kita masih labil d...