Konser kelas

86 49 91
                                    

"piket!"

Putri yang baru datang terlonjak kaget karena Meli yang tiba-tiba menyodorkan sapu di depan mukanya. Dengan malas, Putri pun mengambil sapu itu. Sekarang hari Senin, di mana Putri, Meli, Vio, Ghea, Risa, dan Maya, piket.

"Eh, nanti katanya mau dikumpulin dulu pas beres upacara," ujar Vio yang sedang membersihkan meja guru.

"Serius?" tanya Meli tidak percaya.

"Jangan gibah dulu, tunggu yang lain," sahut Putri yang sedang menyapu lantai dengan malas. Mereka berdua pun mengangguk patuh.

"Hos ... Hos ...." Suara nafas seseorang terdengar tidak beraturan.

"Awas bengek," celetuk Vio membuat Ghea membulatkan matanya. "Masa cantik-cantik gini bengek," ujar Ghea percaya diri.

Mereka yang mendengar itu, memutar bola matanya malas. "Kenapa telat?" tanya Meli.

"Oh, si Belek gak mau ditinggal," jawab Ghea.

Meli yang mendengar nama Belek, segera menghampiri Ghea dengan mata yang berbinar. "Belek!" ucapnya antusias. "Iya si Belek, mantanmu," ujar ghea.

"Piket!"

Ghea yang mendengar itu mengelus dadanya. "Iya, iya, sini," ucapnya sambil mengambil sapu yang Putri berikan.

Ketahuilah, Ghea tidak pemalas seperti Putri. Dia itu rajin, apalagi kalau sudah menyangkut urusan cowok. Rajin banget!

* * *

"Tau gak?" kata Vio memulai acara per-gibah-an estetiknya. "Apa?" tanya mereka-kecuali Maya yang hanya menyimak-dengan antusias.

"Nanti semuanya dikumpulin di lapangan," jelas Vio.

"Ada apa lagi?" tanya Putri lesu karena kalau dikumpulkan di lapangan pasti ada hal yang tidak beres akan terjadi.

"Hooh," sahut Meli.

"KEPADA SELURUH SISWA-SISWI SMPN 3 GEMPITA DIHARAPKAN SEGERA BERBARIS DI LAPANGAN KARENA UPACARA BENDERA AKAN SEGERA DIMULAI. SEKIAN TERIMA YERIN GFRIEND. EH, MAKSUDNYA, SEKIAN DARI SAYA, KETUA OSIS YANG TAMPAN. TERIMAKASIH!" ucap suara dari mikrofon.

"Weh, upacara," ucap Putri lesu.

Semua warga sekolah berhamburan keluar kelas untuk mengikuti upacara bendera.

"Tungguin, Putri!" kata Putri ketika melihat teman-temannya yang akan pergi meninggalkannya.

"Buruan pake sepatunya," ujar Meli greget. Putri hanya mendengus kesal dan segera mempercepat memakai sepatunya.

SMPN 3 Gempita, tentu mempunyai aturan yang memerintahkan untuk semua muridnya tidak memakai sepatu ketika masuk kelas membuat mereka agak kesulitan ketika pergi kemana-mana. Tapi, guru-ah sudahlah biarkan.

Lapangan sudah dipenuhi oleh semua angkatan. Keadaan sangat tidak kondusif karena upacara belum dimulai lagi.

"Eh, Dio!" panggil seseorang membuat Meli menoleh.

"Apa panggil, Dio?!" ketusnya.

Laki-laki itu hanya menampilkan cengirannya. "Tuh, si Rizkan." Seketika Meli terdiam ketika mendengar nama itu.

"Nah, orangnya," sahut laki-laki lain.

"Hai!" sapa Rizkan dengan senyum manisnya. Meli yang disapa seperti itu sedikit salah tingkah, sedangkan Putri yang sedari tadi melihat interaksi mereka, geli sendiri.

"Kenapa baris disitu?" Kali ini Putri yang bertanya.

"Oh, itu. Males ah di sana mah, berisik," jawab Rizkan.

Lumpiah [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang