Sekolah

215 82 104
                                        

Suasana SMPN 3 Gempita kini masih terasa sepi karena jam baru menunjukkan pukul 06.15 WIB. Hanya ada segelintir orang yang memilih datang pagi supaya tidak kepanasan.

Salah-satunya, yaitu Narin Sintya Putri yang akrab dipanggil Putri. Dia sedang berjalan melewati lapangan untuk menuju kelasnya yang berada di lantai satu. Entah apa yang membuat angkatannya harus berada dilantai bawah, sedangkan adik kelasnya berada di lantai atas. Aneh memang. Percayalah, bahwa sekolah yang ditempatinya memang berbeda dari sekolah mana pun.

Putri pun sampai di pintu berwarna cokelat yang di atasnya terdapat tulisan VIII-F. Menghirup napas dalam, Putri masuk dengan tangan yang mengeratkan genggaman dari tali tasnya.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Lantas Putri tersenyum mendengar itu. Tentu saja, berarti dia tidak sendirian di dalam kelas.

"Sendirian?" Putri menatap temannya yang sedang menyapu lantai. Orang itu mengangguk menampilkan senyum khasnya.

Putri pun melangkahkan kakinya menuju bangku yang ada di barisan keempat, lalu meletakkan tasnya dan duduk santai. Karena gabut, Putri memilih melihat temannya yang sedang menyapu lantai dari barisan satu ke barisan yang lain. Tanpa minat membantu.

"Halo! Vio Adiknya Iqbaal come back!" teriak suara dari arah pintu.

Terpampanglah wajah tegas Viona Alleta dengan alis tebal yang membuat siapa saja takut menatapnya. Dia seorang anak yang mengikuti OSIS. Viona juga seseorang yang sangat mengagumi sosok Iqbaal Dhiafakhri.

"Istrinya Dio diem," sahut perempuan yang menyapu tadi.

"Apa sih, Mel?" Orang itu malah mengedikkan bahunya, dan lanjut menyapu lantai yang masih terlihat kotor.

"Mel!" panggil Putri.

"Apa sih?" Orang yang dipanggil Mel itu menatap Putri kesal.

"Dio buat Putri ya?" Ucapan Putri lagi-lagi membuatnya kesal.

"ANIYA! Bebep Dio cuma punya Meli seorang!" ujarnya lantang membuat Vio dan Putri terlonjak.
Anastasya Imelda Meliana, yang akrab dipanggil Meli, Mel, Lili, Alien, bocil, dll. Dia seorang yang ceria, bawel, dan juga aktif. Orangnya mudah bergaul, menjadikan dirinya tidak terlalu susah ketika berada dilingkungan baru.

Jangan lupakan dengan satu fakta tentangnya, yaitu si bucin akut seorang Dio. Laki-laki tampan dengan wajah bulat yang berasal dari Korea Selatan. Lebih tepatnya bernama DO Kyungsoo dari Boy Grup yang bernama EXO. Hay, EXO-L!

"Dih, alay," seru Vio.

"Diem, Vi!" ucap keduanya tegas. Vio lantas bungkam dengan kata-kata mantra itu dan mencari keberadaan sapu yang terletak di pojok ruangan.

"Yang ini udah disapu belum?"

"Belum," jawab Meli.

Tinggallah Putri seorang yang hanya menatap kedua sahabatnya. Percayalah, Putri tidak serajin mereka berdua. "Woy, Put, bantuin!" Hingga tiba-tiba suara Meli memenuhi gendang telinganya dengan sapu yang dia angkat.

Putri mengangkat bahu acuh. "Gak! Bukan Putri yang piket."

"Heleh, setiap hari Senin aja jarang piket," ujar Meli julid.

"Ya udah diem." Meli menghela napas pasrah. Berbicara dengan Putri sama seperti berbicara dengan guru, selalu salah.

"AAAAA GILA PARAHHH!" teriak suara dari arah pintu. Sepertinya, pagi hari adalah suasana yang pas untuk teriak.

"Apa sih Ghea? Berisik tau," omel Meli menatap seseorang yang baru saja datang tapi sudah membuat kerusuhan.

Ghea hanya menampilkan senyum tanpa dosanya. "Itu tadi berangkat bareng kakel ganteng omaygat," girangnya.

Ketiga orang itu memutarkan bola matanya malas. "COWOK TERUS!”

"Biasalah," jawab Ghea dan berjalan bak model.

Ghealina Gifari, yang sering dipanggil Ghea. Seorang guru bucin bagi teman-temannya. Dia seorang gadis yang cantik juga baik. Siapa sih yang tidak jatuh ke dalam pesona seorang Ghea? Tapi karena terlalu baik, dia selalu dimanfaatkan oleh teman sekelasnya. Membuat kelima sahabatnya selalu jengkel karena tingkahnya.

"Ke mana-in tuh si Kak Gavin?" celetuk Vio.

Ghea mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya. "Ada dong selalu di hati," ujarnya.

"Anak polos diem," sahut Putri dari bangkunya.

"Heleh, Angga ke mana tuh?" Ghea mengejek. Putri mengangkat bahu acuh.

"Astagfirullah." Ghea mengelus-elus dadanya sabar. "Vi! Anter kantin, kuy," ujar Ghea akhirnya karena lelah berbicara dengan seorang Putri.

"Ayo, mau beli minum gue." Vio menarik tangan Ghea. Kini keduanya sudah pergi ke kantin. Biasalah, mereka selalu pergi ke kantin di saat pagi seperti ini. Entah untuk apa, hanya mereka yang tahu.

"Ghea!" panggil suara dari arah kelas IX. Karena namanya merasa terpanggil, Ghea pun segera berbalik menatap orang itu.

"Eh, Kak Kevin. Ada apa?" Ghea menatap orang itu.

Orang yang tadi memanggilnya kini tersenyum ke arah Ghea. "Nggak, manggil aja," jawabnya dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya.

"Ish, gaje," sahut Ghea dengan tawa kecilnya yang membuat Ghea terlihat sangat manis.

"Woy, masih pagi, jangan pacaran dulu," celetuk suara dari arah kantin.

"Apa sih, Vi?" ujar Ghea malas.

"Buruan sini!" Meskipun sedikit kesal, tapi Ghea tetap mengangguk dan segera pamit kepada Kevin.

"Tobat, Ghe!" ucap Vio sambil membayar air minum yang dia beli. "Makasih, Bi."

"Ini tuh mau tobat, tapi susah," ujar Ghea mengambil beberapa makanan ringan.

"Ish." Vio mendengus sebal. Bagaimanapun ia sedikit jengkel dengan Ghea. Sahabatnya yang satu itu mempunyai banyak sekali laki-laki. Dasar Ghea Play girl!

Tenang, Ghea hanya setia sama satu cowok, yaitu Gavin Satya Adijaya. Seseorang yang sudah membuat Ghea tidak bisa berpaling ke cowok lain, kecuali memang dirinya sedang ingin.

"Ya udah yuk, balik kelas," ujar Ghea. Karena sudah selesai acara beli-beli nya, kini mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kelas. Sebelum masuk, mereka melihat kedua sahabatnya yang baru saja datang.

"Weh, bisa bareng gitu?" Ghea takjub melihatnya.

Risa menampilkan senyumnya. "Tadi ketemu di depan." Sedangkan Ghea dan Vio hanya menganggukkan kepalanya.

"May! Tuh muka datar banget," ujar Vio. Maya yang dipanggil hanya acuh dan pergi memasuki kelas.

"Sabar hayati," ujar mereka bertiga.

Keenam gadis itu kini sudah lengkap. Sambil menunggu bel, mereka memilih untuk berbincang satu sama lain. Semua hal random selalu mereka bahas. "Tau nggak? Kemarin ada yang labrak Meli di WhatsApp." Meli memulai pergibahan estetiknya.

Mereka dibuat syok oleh ucapan yang dilontarkan Meli. "Siapa?" tanya Ghea selaku guru penasihat.

"Tau ih Meli juga gak kenal. Dia bilang sih katanya Meli jangan deket-deket cowoknya."

Mereka menghela napas panjang. "Gara-gara cowok, nih?"

Meli mengangguk sambil mencoret-coret meja Putri. "Heh! Jangan dicoret-coret gitu," marah Putri. Tapi Meli hanya menampilkan senyumnya tanpa takut, membuat Putri mendengus.

"Terus gimana?" sahut Vio.

"Ya gitu, Meli marahin balik lah," jawab Meli santai.

Mereka menatap Meli datar, berbeda halnya dengan Putri yang sedang mengacungkan satu jempol jarinya. "Bagus lanjutkan," salut Putri.

"Ya Allah, apa dosa hamba sampai harus mempunyai sahabat seperti mereka."  Ghea mengangkat kedua tangannya dan berdoa.

"Karena aku imut!" timpal Meli memasang wajah imut nya.

"Belek lebih imut," ujar Ghea. Belek adalah kucing kesayangan seorang Ghea yang sekarang sudah menjadi mantan seorang Anastasya Imelda Meliana.

"Mantan Meli astagfirullah." Meli terkejut kala mendengar nama belek.

"Makan tuh mantan," sahut Maya yang sedari tadi diam.

"Weh, Maya nyaut." Putri menatapnya Maya yang diam saja.

"Si maya harus disleding emang." Vio menaikkan lengan bajunya.

"Lah, apa urusannya mau sleding sama naikin lengan baju?" tanya Risa yang hanya menyimak dari tadi.

"Gerah." Vio tiba-tiba mengambil buku yang ada di atas mejanya, dan mengibas-ngibaskan bukunya membuat angin.

"Kirain." Risa memutar bola matanya malas.
Beginilah keseharian mereka. Sebelum bel masuk pasti akan membicarakan semua hal. Malah dengan santainya, mereka selalu membicarakan seseorang di depan orangnya langsung. Ya, prinsip mereka hanya satu, yaitu Bisa di depan kenapa harus di belakang.

Begitulah. Mereka itu selalu berani menghadapi apa pun. Banyak sekali orang yang membenci mereka karena semua itu. Tapi, tentu saja mereka tidak peduli. Orang lain membencinya tidak apa-apa, karena belum tentu mereka juga menyukainya. So, mereka tidak peduli akan hujatan apa pun.



Tbc
Ramein yuk hihi. Sekarang udah aku revisi kok.

Lumpiah [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang