Seragam sekolah sudah melekat di tubuhnya pagi ini. Rambutnya sudah ia ikat dengan rapih. Kini dia sedang berdiri di sebuah cermin kamarnya untuk melihat penampilannya.
Tahun ajaran baru sudah kembali dimulai yang berarti sebuah MOS sudah kembali dilaksanakan. Vio selaku anggota OSIS harus memberikan contoh yang baik dengan seragamnya yang harus rapih dan bersih. Kali ini, Vio harus pergi ke sekolah pagi-pagi sekali.
Mama Letta kini sudah siap mengantar anaknya. Karena Ayah Vio sudah berangkat jauh lebih pagi dari jadwal Vio. Via yang melihat itu hanya bisa pasrah karena ditinggal sendirian dengan nasi yang sudah memenuhi mulutnya.
"Kakak! Adek sama Mama pergi dulu!" ujar Mama Letta yang sudah menaiki motornya. Tidak lupa dengan Vio yang sudah duduk manis di sana.
"Iya!" terdengar suara jawaban dari dalam rumah membuat Mama Letta mengangguk.
Kini keduanya sudah membelah jalanan komplek. Masih terasa sepi karena waktu masih menunjukkan pukul 06.00 WIB. Siapa sih yang mau berangkat pagi-pagi, kecuali sudah jadwalnya.
Vio menatap jalanan sekitar yang masih gelap. Dia memikirkan nasib teman-temannya yang kini masih bergumul dengan selimutnya. Ah, dia sedikit iri kali ini.
Akhirnya gerbang SMP Gempita pun sudah terlihat. Di luar gerbang sudah banyak sekali peserta MOS yang sudah datang hanya untuk membeli balon karena takut kehabisan. Ya, tugas pertama mereka adalah membawa sebuah balon.
Mama Letta memberhentikan motornya tepat di depan gerbang. Dia jadi mengingat bagaimana Vio dan Via waktu itu yang sangat cemas akan kehabisan balon. Ah, itu membuatnya kembali mengenang.
"Mama! Vio masuk dulu, ya." Vio mencium punggung tangan Mama Letta.
Mama Letta tersenyum. "Hati-hati. Jadi Kakak kelas yang baik lagi!"
Vio mengangguk. "Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Vio berlari menuju para anggota OSIS berkumpul. Masing-masing dari mereka sedang sibuk mengecek beberapa data anggota kelas yang mereka ajar, dan melihat kembali barang apa saja yang harus mereka periksa.
Oke lah, Vio! Semangat!, batinnya.
• • • •
"Jadi inget waktu dulu kita MOS, ya," ujar Putri menatap para peserta MOS. Kini dia dan Meli baru saja sampai di SMP Gempita dan tidak sengaja melihat mereka yang sedang berbaris dengan beberapa OSIS yang mendampingi.
Meli mengangguk mendengar ucapan Putri. "Bela-belain bangun pagi cuma buat beli balon." Putri hanya terkekeh mendengar itu. Ya, itu memang sebuah fakta yang benar.
Karena tidak mau mengganggu panitia OSIS yang sedang bertugas, akhirnya keduanya segera menuju kelas baru mereka, yaitu kelas IX-F yang terdapat di lantai satu lagi. Katanya sih, kalau kelas IX dibiarkan berada di lantai dua, mereka akan sering bermain-main karena jauh dari pengawasan guru. Padahal tinggal bilang saja, kalau guru-guru itu takut membuat mereka merusak semua properti yang ada di lantai dua.
Miris memang.
Matahari akhirnya memunculkan wujudnya, membuat suasana tidak segelap dan sedingin tadi. Kini kelas IX dan kelas VIII begitu juga dengan para peserta MOS sudah berada di lapangan untuk melakukan upacara bendera. Karena ini tahun ajaran baru, jadi paskibra lah yang menjadi petugas.
Putri yang melihat barisan para anggota paskibra itu hanya bisa tersenyum miris. Dulu dia juga berada di sana bersama Meli dan Ghea. Tapi mereka memutuskan untuk berhenti karena suatu alasan. Percaya tidak? Seorang Putri yang pemalas dulunya adalah mantan anggota paskibra?
Upacara pun dimulai dengan keadaan hening karena mereka tidak mau dicap jelek oleh Adik kelasnya. Ya, jaga image untuk hari ini saja. Balon-balon yang dibawa oleh peserta MOS tadi, kini sudah terikat dan tertiup angin. Tapi untungnya tidak ikut terbang karena anak-anak OSIS udah mengikatnya kuat ke sebuah tiang.
Kepala sekolah kini sedang memberi ceramah dengan tangan yang dia lipat kebelakang. Pembukaan yang sangat lama. "Anak-anak yang saya cintai dan saya banggakan. Akhirnya dengan ini saya nyatakan bahwa kita memulai kembali masa sekolah dan menyambut kedatangan Adik-adik kelas yang lucu-lucu ini. Sebagai bentuk dimulainya acara MOS ini, mari kita terbangkan balon-balonnya!" ujar Pak Bagus selaku kepala sekolah SMP Gempita.
Beberapa anak OSIS kini sudah siap menerbangkan balon-balon itu.
Satu
Dua
Tiga!
Sekumpulan balon itu pun sudah terbang dengan sebuah spanduk bertuliskan 'MOS SMP 3 Gempita' tercetak jelas di bawahnya. Beberapa balon yang terikat sedikit juga sudah OSIS itu terbangkan. Suara riuh tepuk tangan memenuhi lapangan. Mereka tampak heboh menyaksikannya, padahal dulu juga mereka merasakan itu.
Upacara pun kembali dimulai sampai akhir. Keadaan hening kembali tercipta. Para guru bersyukur kali ini karena para tingkat VIII dan IX tidak membuat kegaduhan. Setidaknya untuk hari ini.
Akhirnya upacara bendera pun sudah sepenuhnya selesai. Pak Nana selaku guru yang selalu aktif dalam semuanya sudah membubarkan kedua angkatan itu. Tersisa lah kini para peserta MOS dengan mentornya masing-masing. Selamat berpanas-panasan!
• • • •
Suara gaduh di kelas kini menjadi-jadi karena guru yang tidak akan mengajar. Inilah yang paling mereka suka dari adanya MOS, semua kelas pasti free, kecuali gurunya memang sedang butuh untuk masuk.
Karena tidak ada guru, mereka memutuskan untuk melihat para Adik kelas yang sedang berada di lapangan. Entah sedang apa yang pasti mereka belum dibawa untuk memasuki kelas.
"Woy, woy, woy! Demi apa Pak Heri, woy! Masuk!" teriak Naufan dengan berlari memasuki kelas diikuti yang lain. Kelas IX-F tampak kacau saat ini karena kepanikan bahwa Pak Heri akan datang.
Satu bayangan pun terlihat jelas diambang pintu. Sosok Pak Heri sudah muncul dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya. Mereka semua menahan nafas karena tidak mau mendengar suatu kenyatan pahit.
"Baiklah, Bapak hanya ingin mengabsen kalian saja. Kali ini, guru IPS di kelas kalian Bapak lagi," ujar Pak Heri.
Seperti tersambar petir, mereka mematung seketika. Oh, ayolah! Kerang ajaib Spongebob saja menolak untuk ini. Mereka kira guru IPS akan berganti. Tapi nyatanya sebuah angan tidak memenuhi realitanya.
Pak Heri pun segera mengabsen mereka satu-persatu. "Vio mana?" tanyanya dengan memegang kacamatanya yang hampir melorot.
"Vio panitia OSIS, Pak!" seru Ghea. Pak Heri mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Setiap barisan maju ke depan untuk mengambil nomor kelompok." Mereka yang mendengar itu hanya bisa pasrah. Pasti belajar kelompok lagi jika dengan beliau.
Setiap barisan kini sudah maju untuk mengambil nomor masing-masing dan sudah terlihat jelas bahwa siapa saja teman sekelompok nya.
Meli menghela nafas panjang. "Idih, si Putri mah enak sekelompok sama Vio, Ghea. Lah, Meli."
Putri hanya tersenyum senang ke arah Meli. "Meli! Risa kan ada," ujar Ghea.
"Aku sakit hati karena tidak dianggap." Risa memegang dadanya dramatis.
"Please deh, jangan sampai kayak si Ali." Maya ikut menyahut.
"Lah, Maya sekelompok sama siapa?" tanya Risa.
Maya memutar bola matanya malas. "Curut-curut."
Jawaban Maya sontak membuat keempat nya tertawa. Mereka tahu pasti siapa yang Maya panggil curut-curut itu.
"Ekhem." Deheman seseorang membuat mereka baru menyadari bahwa Pak Heri masih ada di dalam kelas.
Tbc
Maaf baru up lagi. Kemarin tuh mentok. Jadi, yah gak up.Yuk Toge's jangan lupa vote, komen dan follow! Aku tunggu.
>Rindu Vio yang suka ke sana kemari karena sibuk. Maapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/262414397-288-k135927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpiah [TERBIT]
Jugendliteratur[Sudah terbit] Masa SMP itu masa yang nggak bisa dilupain gitu aja. Awal-awal kenal orang baru, karakter baru, kehidupan baru, kisah cinta monyet, dan pembelajaran yang lebih sulit dari sebelumnya. Masa SMP juga adalah masa dimana kita masih labil d...