Lumpiah

40 30 63
                                    

Cahaya matahari sudah muncul sedikit demi sedikit. Burung-burung berkicau merdu menyambut datangnya pagi. Angin berhembus pelan menerbangkan setiap daun-daun. Cuaca hari ini tampak indah, seindah kehidupan para gadis itu yang kini sedang bersama.

Mereka sudah berjanji dari jauh-jauh hari untuk melakukan kegiatan belajar bersama di rumah Putri. Meskipun rumah mereka itu jauh, tapi siapa sangka jika mereka fine fine saja saat diajak untuk berkumpul. Seperti hari ini, mereka sedang sibuk dengan ponselnya karena menunggu seorang Risa yang belum datang.

"Si Maya gak ikut?" tanya Ghea sambil meminum satu kotak susu cokelat.

"Si Maya mah pasti masih tidur," jawab Meli dengan tangan yang masih sibuk melihat-lihat Instagram.

"Padahal Mingdep udah ujian. Dia mah santai banget." Vio tidak habis pikir dengan Maya. Setenang itukah kehidupan seorang Maya?

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Risa pun sudah datang, membuat mereka menghentikan kegiatan bermain ponselnya. Mereka tidak mau menjadikan ponsel sebagai prioritas karena pada dasarnya kebersamaan mereka lebih penting dari sebuah ponsel.

"Ya udah, BB di mulai!" Ghea berteriak semangat.

Mereka menaikkan satu alisnya bingung. "BB apa?" tanya Risa.

"BB itu 'Belajar Bersama'." Mereka hanya ber 'oh' ria.

"Emm tapi yakin?" Putri menatap mereka ragu.

"Lapar belum makan." Vio menjitak kepala Meli.

"Beli Lumpiah dulu aja yuk. Nanti belajarnya udah makan." Putri memberi usul. Usul tersebut tentu disetujui oleh kelima sahabatnya. Karena mereka juga sudah lama tidak membeli Lumpiah basah yang selalu menjadi hal penting dalam kisah persahabatan mereka. Bukan rasanya saja yang enak, tapi juga mempunyai sebuah makna tersendiri bagi mereka.

"Hayoklah gasss!" Mereka segera bergegas menuju motornya masing-masing. Di halaman depan rumah Putri hanya terdapat dua motor yang di mana milik Meli dan Ghea. Mereka saling melempar pandang satu sama lain. "Ada yang bertiga dong?"

"Risa sama Meli. Aku, Vio sama Putri. Gimana?" Mereka menatap Ghea.

"Putri ditengah gitu?" Ghea mengangguk.

Meli hanya tertawa melihat Putri yang sudah menghela nafas lesu. "Putri diapit oleh dua badan yang tidak bisa dikatakan kecil, hahahahha."

"Udah-udah ayo." Mereka mengangguk dan menaiki tempatnya masing-masing. Putri hanya bisa pasrah karena mau bagaimana lagi, dia tidak mau ditinggalkan sendirian.

Jalan demi jalan pun mereka telusuri. Hawa di sini sangat sejuk karena masih banyak pohon-pohon juga sawah yang berada di pinggir jalan. "Sejuk banget negeri ini!" Vio berucap dengan merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut panjangnya.

Karena waktu masih menunjukkan pukul 08.00 WIB, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa foto dulu disebuah taman yang sangat cantik. Mereka segera mengambil posisi untuk mengambil gambar yang bagus.

Cekrek

Satu foto sudah mereka ambil. Mereka segera memeriksa hasil foto itu dan mereka tertawa ketika melihat hasilnya yang sangat bagus. "Cantik banget wahai bidadari surga."

"Amin!" Mereka meng-amin-kan ucapan Ghea.

Mereka kembali mengambil foto dengan berbagai pose. Keseruan kembali terjadi karena tiba-tiba ada sebuah serangga di kepala Meli membuat dia loncat-loncat kecil. "Ambilin itu serangga!" Ghea segara mengambilnya dengan tawa yang belum berhenti.

Lumpiah [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang