Maya kini sedang membaringkan tubuhnya di atas kasur. Baju seragam sekolahnya masih melekat rapih di tubuhnya. Tidak lupa, dua jarinya sibuk mengotak-atik layar ponselnya. Dia terlalu sibuk dengan dunianya yang tidak pernah ada, sedangkan dunianya yang sudah dia hinggapi dari jaman jabang bayi selalu dia kesampingkan. Mungkin, itu salah satu caranya Maya bahagia dan melupakan masalahnya. Kita hanya perlu mendukung dan mengingatkan jika salah.
"May! Makan dulu!" teriak suara dari arah luar. Maya lantas berdecak karena merasa terganggu.
"Nanti aja!"
Pintu kamar pun terbuka dan menampilkan seorang wanita dengan kulit wajah yang sudah mulai keriput. Ya, Mama Rima. "Makan dulu."
"Males, nanti aja." Rima lantas mengangguk paham.
"Sampai malem gak makan juga gapapa. Malah bagus, makanan masih banyak." Jawaban yang diberikan Rima mampu membuat Maya sedikit melongo, tapi sedetik kemudian dia menetralkan kembali wajah datarnya. Dia sudah biasa dengan sikap Mama nya yang seperti itu. Maklumi saja ya keluarga ini.
Maya kembali sibuk dengan ponselnya, sampai pada akhirnya, satu notip dari grup muncul di ponselnya. Maya memutar bola matanya malas. Dia sudah hapal kerjaan siapa yang selalu membuat grup itu rame. Siapa lagi kalau bukan, Putri, si cuek di sekolah, tapi bawel di sosmed.
Dia lantas membuka aplikasi chat itu dan menekan grup, 'Squad Arcenciel 🦄🦒🐨🐻🐰🐳' yang sudah dipenuhi banyak notip.
Squad Arcenciel 🦄🦒🐨🐻🐰🐳
Putri
Hy
Pada kemana sih?
yuhuuuu
Ih astaghfirullahMeli
Ape?Putri
Manggil aja sihMeli
Banting nih!Putri
Emang berani?Meli
Ya ... enggakGhea
Ey ada apa atuh wahai teman-temanku?Vio
Woy! Cepet liat Iqbaal live di yt guys. Buruan!!Risa
Ada apa ini teh? Aku lagi makan nihPutri
Enggak ih, manggil aja PutriRead by 5
Nah, kan sudah Maya duga bakal seperti itu. Apa dosa Maya sampai harus mempunyai teman seperti mereka. Karena tidak ada unsur yang penting, Maya memilih tidur saja karena matanya sudah mulai memberat. Padahal, hari sudah sangat sore.
• • • •
Terdengar suara dari arah luar saling bersahut-sahutan dengan nada yang tidak pelan, membuat seseorang yang tengah mengistirahatkan dirinya merasa terganggu.
"Woy lah berisik!"
Tapi, namanya juga anak-anak, mereka tidak mempedulikan seruan dari orang itu. Sampai pada akhirnya, orang itu merasa geram karena suara berisik itu.
"Main di sana! Atau bocorin tuh bola!" ucapnya penuh amarah. Sontak, anak-anak yang sedang bermain di halaman rumahnya segera berlari, membuat dia menghela napas senang.
Orang itu kembali masuk dan merebahkan dirinya di atas sofa. "Dari tadi kek."
Siapa lagi kalau bukan Putri, seseorang yang tidak terlalu suka keramaian, tapi takut dengan kesunyian. Terserah Putri saja maunya apa.
Di saat sedang asik-asiknya berbaring, tiba-tiba sebuah suara masuk di gendang telinga Putri. "Mana si Habi?"
Habi nama Adik Putri. Nama panjangnya, Habi lahabiwwatab. Eits, bukan! Percaya aja. Namanya, Habizhar Putra. Adik Putri yang cengeng juga ngeselin.
Putri lantas mengangkat kepalanya menatap orang itu. "Udah Putri usir main di sana yang jauh." Ucapan Putri lantas membuat orang itu menghela nafas sabar.
"Punya Adik bukannya dijaga malah diusir." Ucapan itu seperti angin lalu untuk Putri. Putri gak pernah nyuruh punya Adik, batinnya.
Jujur nih, Putri memang tidak menyukai seorang Adik. Karena dia takut kedua orang tuanya dan Nenek, Kakeknya lebih sayang Adiknya nanti. Tapi, itu memang fakta sih. Kecuali, Kakeknya yang selalu membelanya bagaimanapun situasinya. Mungkin karena Putri cucu pertama, yah.
Tapi, seiring berjalannya waktu, Putri mulai mengakui keberadaan Adiknya meski tidak jarang selalu dia marahi. Ya, gimana lagi, sifat itu sudah tertanam sejak dulu dalam diri Putri. Jadi, harap maklum.
Sampai pada akhirnya, Putri merasakan gabut yang berakhir menyepam teman-temannya di dalam grup. Yang penting dirinya senang, pikirnya.
• • • •
Meli kini tengah berdecak sebal di dalam kelas. Dia paling tidak suka dengan hari Rabu karena memakai baju pramuka yang sangat besar di badannya.
"Cepet-cepet hari Kamis aja lah. Gak suka pake baju ini, kaya orang-orangan sawah," sungutnya kesal. Hari sudah berganti rabu yang di mana jadwal SMP Gempita untuk pramuka.
Sedangkan kelima temannya yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala tanpa minat menjawab karena mereka juga merasakan apa yang Meli rasakan. Baju seragam pramuka yang diberi di sekolah semuanya tampak besar. Tapi mau tidak mau, mereka harus tetap memakainya. Daripada beli, buang uang lagi.
"Sok sokan harus lengkap, pramukanya aja gak pernah," celetuk Ghea.
"Kalau ngomong suka bener," sahut Vio.
"Bagus dong, jadi gak usah panas-panasan." Mereka menatap Putri datar.
"Ya, emang enak sih. Tapi percuma elah, itu pembina pramuka tetep nagih uang kas, padahal pramukanya juga gak pernah," kesal Ghea.
"Sabar, Ghe, sabar." Risa mengelus pundak Ghea.
"Demo." Ucapan singkat Maya mampu membuat mereka berteriak setuju.
Sedangkan di depan kelas sana, Devan dan Naufan yang menyaksikan itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah keenam teman wanitanya.
"Untung temen."
Heyyow Toge's maaf nih kalau gaje, soalnya aku lagi sibuk buat ngurusin sekolah dulu. Tapi karena pengen up, jadi up dulu hehe.
So, komen dan vote oke🌟
Rindu manteman 😭

KAMU SEDANG MEMBACA
Lumpiah [TERBIT]
Novela Juvenil[Sudah terbit] Masa SMP itu masa yang nggak bisa dilupain gitu aja. Awal-awal kenal orang baru, karakter baru, kehidupan baru, kisah cinta monyet, dan pembelajaran yang lebih sulit dari sebelumnya. Masa SMP juga adalah masa dimana kita masih labil d...