“Andah, aku udah baca semua isi kertas di toples. Aku suka banget sama hadiahnya, ini hadiah yang paling berkesan aku terima seumur hidup. Sekarang yang aku rasain itu bingung banget. Aku baru sadar selama ini udah jahat sama kamu dengan terus berusaha mendekat, memaksa, menganggap kita bakal baik-baik aja dengan kembali berteman. Aku memang nggak punya perasaan, egois, dan jahat. Kesalahanku udah banyak banget. Kata maaf memang nggak akan pernah bisa untuk menyelesaikan ini. Nggak akan bisa membuat sakit hati kamu langsung menghilang. Aku tahu nggak semudah itu untuk kamu mau bicara lagi sama aku, apalagi bisa maafin aku.”
Tut.
Suara di sekitarku membawa pada pikiran kembali ke dunia nyata. Suara-suara teriakan serta air yang menerima respons benturan benda padat memenuhi telinga mengembalikan kesadaranku. Tadi sempat merenung gara-gara mendengar pesan suara dari nomor Rifando yang dikirim sejak tadi pukul 2 pagi buta. Entah apa yang dilakukan oleh pria itu sampai iseng mengirimkan pesan suara di jam orang tidur, walau bilangnya sih memang habis membaca seluruh isi kertas dalam toples.
"Arghhhh!!" Suara teriakan heboh Rafel dari arah tengah kolam renang membuatku terkejut jadi mengalihkan pandangan. Di sana sudah ada Rafel sedang bergulat dengan Kelvin saling berusaha mendorong lawan sekaligus mempertahankan kekuatan tubuh masing-masing agar tidak lemah berakhir menjadi kekalahan.
“Abang, awas aja kalo aku ada lecet gara-gara penyiksaan ini!” seru Rafel yang sudah duduk di pinggir kolam memeriksa tangannya.
“Lebay dasar adiknya Andah, orang cuma narik bajunya, bukan nyakar. Tadi kamu yang nyakar Abang nih, untung biasa dicakar kucing.” Kelvin membuat gelombang air menyiprati ke arah Rafel sambil tertawa geli.
“Berhenti dulu nggak? Nanti masuk hidungku,” kata Rafel balas nyipratin air ke Kelvin.
"Soalnya lobang hidungmu lebar," sahut Kelvin santai tetapi tajam. "Kamu menarik napas dekat air aja tersedot sendiri itu kekuatannya kayak pompa air." Kelvin sudah tertawa-tawa sibuk dengan lawakan dan imajinasinya yang tentu saja berlebihan. Apa orang sadis imajinasinya juga memang separah dan seseram itu?
Kini giliran Kelvin yang usil dengan Natasya memaksa pacarnya itu untuk turun ke kolam renang lagi dan mereka main air bersama. Aku mendesah sebal menyimpan ponsel terlalu lama berhubungan dengan cowok itu membuatku jadi berantakan lagi perasaannya.
“Hei, udah yuk pada naik kita makan siang!” seruku mengajak mereka agar naik ke atas karena perutku mulai bunyi.
Sementara mereka mengeringkan pakaian dulu sebelum masuk ke dalam Villa, dan mandi membersihkan tubuh. Aku yang akan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk makan siang nanti. Untuk siang ini sepertinya makan mie instan dulu tidak apa-apa karena nanti malam baru ada acara untuk makan sepuasnya.
Aku sudah bisa dalam memasak nasi, untungnya di villa ada magic com untuk memasak nasi. Sambil menunggu nasi matang aku memilih-milih mie instan yang mau dimakan. Kalau Rafel dan Kelvin itu sama sepertiku, bisa makan menggunakan mie goreng sebagai lauk makanan. Kami tim indomie goreng plus nasi. Kalau makan indomie goreng saja, sudah jelas itu bukan makan. Hanya cemilan lewat saja.
Tidak lama aku menunggu sambil memutar lagu di TV dengan USB. Ponselku berdering di meja dengan nama pemanggil adalah Nilla. Iya aku masih menyimpan kontaknya, karena kami memang dulu pernah berkirim pesan. Ngapain itu cewek nelepon aku? Iya, mengetahui cewek itu bukan sang peneror ya membuatku tak ada alasan untuk membencinya. Memang sih masih kesal saja gara-gara dikatain centil karena makan martabak bareng sama pacar tersayangnya.
“Halo?” Aku menjawab telepon dengan nada malas.
“Halo Andah, kamu lagi di mana?” tanya Nilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
RomanceRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021