Di dapur rumah itu aku sedang bersama dengan Tante Emma dan Elda. Kami berbagi tugas untuk memasak. Tante Emma yang bertugas untuk membuat adonan seperti memasukkan daging giling ke dalam baskom kecil. Dicampurkan dengan tepung kanji, garam, bawang putih yang sudah dihaluskan, telur, dan lada bubuk. Seluruh bahan-bahan itu diaduk oleh Tante Emma yang menggunakan sarung tangan plastik dalam melakukan tugasnya.
Aku dan Elda bertugas membuka bungkusan plastik mie dan menuggu giliran untuk memasak mie itu setelah adonannya nanti dibulatkan membentuk menjadi bakso.
“El, nanti untuk kuahnya nanti pake royco sapi, garam, gula, bawang putih yang udah dialusin sama Mbok. Jangan lupa pake lada putih, dan pala bubuk ya,” ucap Tante Emma pada Elda yang lagi mengumpulkan bahan-bahan.
“Jangan lupa airnya juga, Nte,” tambahku membuat Elda tertawa.
“Iyalah Kakak ih, masa nggak pake airnya? Terus kapan buat bikin kuahnya Ma, aku kira nanti rebus baksonya langsung di air yang udah sama bumbu kuah.”
“Heh ngaco, di tukang bakso aja micin sama daun-daunan, dan mie-nya dipisah.” Tante Emma menatap Elda lalu tertawa.
“Iya, aku kan nggak tahu,” sahut Elda ketawa padaku. “Nanti Kak Andah yang ngurusin dan inget caranya, aku lupa.”
“Dengerin Mama nih ya, nanti bihunnya jangan kelamaan, cuma diseduh aja jangan sampe lembek banget. Nanti kena kuah baksonya bisa makin lembek. Kamu liatin itu bihunnya kalo udah ditiriskan taro di piring aja aja. Fando kan nggak suka sama mie yang lembek, jangan lupa!”
Tante Emma sudah membuat adonan yang pas untuk bakso dagingnya, aku mengambil sendok untuk membuat bola-bola bakso.Aku mengajarkan Elda untuk membuat bulatan bakso dari adonan itu. Diambil adonannya dengan sendok lalu dibulatkan dengan kedua tangan yang sudah bersih.
“Kak Andah jago bikin buletan bola ya?” Elda melihat bulatanku yang cukup bagus, sedangkan dia masih belajar untuk memutar adonan di tangan.
“Dulu sering mainin tanah liat pas SMP, dulu Andah ke rumah minta dibantuin Fando bikin tugas seni rupa dari tanah liat. Fando bikinnya yang susah gitu, kayak Ultraman. Terus Andah yang dibantuin malah bikin boneka salju main-mainan sama sisa tanahnya.”
Aku mendengarkan cerita masa lalu itu dengan perasaan sedih. Aku mengambil adonan dan membuat bulatan tanpa fokus.
“Kak, itu baksonya kegedean!” seru Elda tiba-tiba mengejutkan.
Aku melongo melihat bola bakso itu cukup besar seperti bola bekel, lebih besar dari yang seharusnya. “Astaga, ini karena gede buat aku aja! Biasanya bakso yang gede begini harganya beda.” Aku menutupi rasa salah tingkah akibat tidak fokus.
Untuk urutannya setelah merebus bakso, akan membuat kuah baksonya yang tidak akan terlalu lama seperti merebus bakso.
“Mama rebusin tauge, karena pengen pake tauge. Nanti jangan lupa ya hati-hati kalo mau bikinin buat si Fando,” ucap Tante Emma membuat aku dan Elda bersiap mantap.
Sambil menunggu bakso matang aku melihat-lihat isi panci tersebut. Di dapur masih ada Elda yang duduk di meja makan menyiapkan mangkuk-mangkuk kecil.
“Kak, ini aku siapin mangkuknya juga. Nanti pasti masih banyak sisanya, bisa nambah lagi ya!” seru Elda.
“Hai, El!!!” sapa seseorang mengejutkanku dari pintu masuk dapur.
Aku menoleh dan mendapati cewek itu sedang tersenyum riang ceria pada Elda. Aku yang tidak disapa pura-pura menjadi objek yang tak terlihat dengan fokus mengaduk bakso dalam panci. Aku melihat di kompor sebelah untuk kuah airnya sudah tergolak hebat mendidih. Dalam diri menahan agar tidak memiliki lamunan busuk layaknya film thriller untuk menyiram kuah itu ke oknum menyebalkan. Astaga, aku menyeramkan banget.
![](https://img.wattpad.com/cover/262295986-288-k779535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
Roman d'amourRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021