"Udah tahu gosip terkini?"
Aku mengangkat kepala dari piring ketoprak lalu menatap serius ke Yudha yang tadi sedang membicarakan tentang kerjaan di kantor magangnya. Saat ini pemuda itu lagi datang ke kampus untuk bimbingan dengan dosennya. Nanti setelah ini akan balik ke kantornya lagi di Kuningan. Lalu topik pembahasan Yudha beralih beda tema lagi menjadi pertanyaan itu.
"Apa gosip terkininya?" tanyaku sambil pasang telinga sebaik-baiknya. "Kalo nggak seru awas aja ya!"
Yudha di depanku sedang menerawang sesaat. "Kamu tahu kan yang namanya Mark, anak Hima Hukum? Dia lapor ke Kaprodi loh tentang teman-temannya yang dipersulit sama Pak Abraham, dia seangkatan sama kamu, kan?"
Aku mencerna informasi itu sesaat mengingat siapa gerangan cowok bernama Mark itu. Saat teringat Mark si anak Hima Hukum yang cukup terkenal, karena ganteng tentu saja. Fisik adalah segalanya yang mudah diingat, kan?
"Terus terus hasilnya gimana?"
"Katanya sih nanti biar Kaprodi yang urus tuh dosen. Kata anak MAKSI si Teddy yang nemenin Mark ke Kaprodi, mereka bakal ngadain AKSI kalo mediasi nggak bisa ngasih perubahan juga. Dengan materi yang diprotes tuh banyak banget sebenarnya kan masalah di kampus ini, wahai anak pers?" Yudha mengedipkan sebelah matanya padaku. "Tapi aku nggak akan percaya diurus langsung kelar nggak terulang lagi. Dari dulu juga udah sering ada yang protes lalu kejadian lagi."
"Mantan sih. Nggak biasanya anak Hima sama MAKSI ada yang akur. Masalah fasilitas, transparansi nilai, kualitas dosen, dan kebijakan kampus dalam evaluasi kompetensi dosen. Gila, itu cerita banyak banget di Email Pers."
Yudha terkekeh rada sinis. "Anak Hima yang anti sama anak MAKSI cuma si Rifando kali! Tuh cowok kayaknya emang nggak suka alasan pribadi sama aku," cetus cowok itu geli.
"Katanya anak BEM atau Hima yang ketahuan masuk MAKSI bakal didepak, bener kan?"
"Ya kalo itu bener sih, emang MAKSI banyak dipandang buruk sama organisasi internal."
"Kalo memang tradisi itu nyata terus kenapa tadi bawa-bawa nama Rifando?" tanyaku galak gemas dengan cowok ini yang mengingatkanku dengan Rifando.
Yudha tertawa-tawa usil. "Ya tapi aku kan bener? Temenmu yang namanya Rifando itu anti banget sama aku," jawabnya.
"Biasa aja kok," jawabku.
Di meja kami kedatangan seseorang yang berwajah mirip Mark, ya aku ragu takutnya hanya mirip makanya aku bilang mirip Mark. Cowok itu datang lalu menyapa diriku. "Hai, kamu yang namanya Andara anak kelas C?" tanyanya sambil duduk di sebelah Yudha, seberang diriku.
"Iya, kenapa ya?" Aku menjadi kikuk karena didatangi sama cowok yang tahu namaku ini.
"Salam kenal ya aku Mark, anak Hukum kelas D, kita seangkatan makanya kamu familiar. Aku juga salah satu anak Hima Hukum." Cowok itu menjelaskan dirinya belum tentang tujuan dirinya mendatangi diriku. Tentu saja aku masih bingung, baru mendengar ceritanya sudah disatroni. Apa cowok itu peka ada yang membicarakannya?
"Hoi, Bang!" Mark juga menyapa Yudha yang duduk di sebelahnya. "Andara temen lu?"
"Hoi juga!" sapa Yudha kalem. "Iya temen gue. Ngape lo?"
"Ada apa ya, Mark?" Aku sudah merasa tak enak curiga.
"Ada urusan sama Andara," Mark menjawab pertanyaan Yudha lalu mengalihkan pandangan padaku lagi. "Enggak kok, jadi begini, kamu juga korban nilai Pak Abraham?" Mark berbisik-bisik menatapku serius.
Aku menjadi gelagapan. "Iya, aku dan Sagita. Memang kenapa?"
"Aku kan cerita sama anak-anak Himjur lain tentang usahaku sama teman-teman. Aku tahu dari salah satu Abang, doi senior anak Hima Komunikasi. Dia nanyain tentang kamu udah dimasukin ke daftar orang-orang yang protes masalah ke Kaprodi apa belum. Katanya kamu juga ada masalah sama itu dosen. Yah, kita sih ke Kaprodi baru atas nama teman-teman sekelas aja, jadi nanti kalo kamu beneran korbannya juga bisa gabung ke kita buat bikin pelaporan data."

KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
RomanceRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021